Tulisan Berjalan

NIKMATILAH PEKERJAANMU NISCAYA KAMU AKAN MENEMUKAN KEBAHAGIAAN YG TERPENDAM

Minggu, 05 Februari 2023

MODEL RAMBUT YG COCOK UNTUK PRIA

 Untuk memiliki model rambut yang sesuai dengan bentuk tubuh, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, perhatikan bentuk wajah dan leher. Rambut pendek dan rapi seringkali sesuai untuk wajah dan leher yang lebih pendek, sedangkan rambut panjang lebih sesuai untuk wajah dan leher yang lebih panjang. Kedua, perhatikan bentuk bahu dan dada. Rambut yang lebih tebal dan volumin bisa membuat bahu dan dada terlihat lebih lebar, sedangkan rambut yang tipis dan teratur bisa membuat bahu dan dada terlihat lebih ramping. Terakhir, perhatikan tinggi dan berat badan. Rambut yang lebih pendek dan rapi seringkali sesuai untuk pria yang lebih pendek dan ramping, sedangkan rambut yang lebih panjang dan tebal lebih sesuai untuk pria yang lebih tinggi dan berotot. Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, Anda bisa memilih model rambut yang sesuai dengan bentuk tubuh dan membuat Anda terlihat lebih proporsional.

Sabtu, 05 November 2022

KAU LAKSANA BIDADARI YG SELALU HADIR MENJELANG TGL MUDA

Seperti apapun kau, kau tetap kubanggakan. Karena dgn kau aku bisa menyambung hidup, karena dengkau kau memberi aku Sahabat. Kerena dgn engkau aku merasa nyaman dan bahagia sungguh kau laksana bidadari rebutan tetapi ketika beranjak pertengahan bulan kau berangsur angsur laksana nenek2 yg lusuh yg justru membutuhkan pertolongan . DISPERINDAGKOP DAN UKM tetap dihati

Senin, 04 Februari 2019

7 Langkah Mencuci Hati



"ketika memulai shalat aku merasa ka'bah di depanku, surga di kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapk kakiku, dan izrail telah menunggu di belakangku yang siap mencabut nyawa"
الحمد لله, الحمد لله الذى أعد للمؤمنين والمؤمنات جنات تجرى من تحتها الانهار أحمده سبحان الله تعالى وأشكره على نعمه الغزار, وأشهد أن لااله الا الله وحده لاشريك له الملك العزيز الغفار, وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله المختار, اللهم صل وسلم وبارك على عبدك ورسولك محمد نور الانوار وسر الاسرار وعلى اله الأبرار واصحابه الاخيار ومن تبعهم باحسان الى يوم القرار. اما بعد.
فيامعاشر المسلمين رحمكم الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله وقد فاز المتقون واحثكم على طاعته لعلكم تفلحون.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini, khatib hendak mengisi khutbah jum'at ini dengan dua buah kisah teladan dari sayyidina Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu dan Hatim al-Asham. Kisah ini semoga dapat menjadi inspirasi kita bersama dalam beramal dan menjalankan ibadah keseharian. Sehingga kita benar-benar menjadi seorang muslim yang sehat lahir dan bathin.
Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia
Suatu ketika seorang sufi ahli ibadah bernama Hatim al-Asham (w. 237 M) diminta penjelasan oleh Ashim bin Yusuf setelah pengajian majlis ta'limnya. Ashim bin Yusuf adalah seorang ahli fiqih yang melihat segalanya dari kacamata syariah. Ashim bertanya kepada Hatim "ya Syaikh bagaimanakah cara kamu melaksanakan shalat?"
Hatim al-Asham sebagai ahli tarekat dan syariat menjawab "ketika masuk waktu shalat aku berwudhu dengan dua wudhu, wudhu lahir dan wudhu bathin. Wudhu lahir itu syariat dan wudhu bathin adalah haqiqat". Ashim bin Yusuf sebagai santri yang berkonsentrasi pada fiqih agak terkejut. Sebelum memperpanjang keterkejutannya Hatim al-Asham segera menerangkan bahwa "wudhu lahir dilakukan dengan membersihkan anggota badan menggunakan air. Kalau wudhu bathin itu harus mencuci hati (salamatush shadri) dengan tujuh hal. 1) Dicuci dengan rasa penyesalan an-nadamah. Menyesali dari berbagai kesalahan dan menyesali karena meninggalkan kebaikan. Mengenai an-nadamah ini, kisah Sayyidina Umar bin Khattab ra patut didengarkan.
Jama'ah Jum'ah yang Dimuliakan Allah
Sayyidina Umar bin Khattab ra memiliki kebun kurma di Madinah. Pohon-pohon kurmanya berbuah dengan kwalitas bagus, manis dan legit. Tidak hanya itu saja, bahkan di dalam kebun itu terdapat satu sumber air, padahal sudah maklum sulitnya sumber air di Madinah. Betapa bahagianya hati Sayyidina Umar memiliki kebun tersebut, hingga seringkali beliau berjalan mengelilingi dan memeriksa hasil perkebunannya. Hingga suatu saat sepulang dari kebun itu beliau berjumpa dengan para sahabat yang berjalan bersamaan. Kemudian Sayyidina Umar bertanya "dari manakah gerangan kalian berjalan bersama-sama?" para sahabat menjawab "ini dari pulang berjama'ah ashar" kontan saja sayyidina umar berucap "innalilahi wa inna ilaihi rojiun, jadi ini tadi habis jama'ah ashar? Masyaallah saksikanlah para sahabat, karena aku ketinggalan jama'ah karena kebun kurma ini, maka kebun ini aku wakafkan kepada fakir miskin"
Demikianlah selayaknya contoh yang harus kita teladani dalam hal penyesalan meninggalkan satu ibadah kebaikan. Bacaan taroji' yang berbunyi innalilahi wa inna ilaihi rojiun, sebenarnya merupakan ungkapan ketika seseorang mendapatkan cobaan dan musibah. Jadi suburnya kebun dan sumber air bagi sayyidina Umar tidak lain hanyalah cobaan yang menimpa dirinya. Dan kalimat innalilahi wa inna ilaihi rojiun menunjukkan betapa penyesalan yang luar bisa dari beliau akibat ketinggalan shalat jama'ah ashar.
Apakah demikian keadaan kita, pernahkan kita berucap innalilahi wa inna ilaihi rojiun ketika ketinggalan satu shalat jama'ah? Ada juga kita innalilahi wa inna ilaihi rojiun ketika gelas ditangan kita terjatuh, ketika makanan tertumpah dari tangan. Bukankah itu sama artinya kita lebih menghargai gelas dan maknan dari pada shalat jama'ah?
Selanjutnya, Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah
Yang ke-2, hati harus dicuci dengan taubat. Taubat nashuha sesungguh-sungguhnya. Bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Jika perlu taubat itu disertai dengan puasa tiga hari sebagai bukti kesungguhan dan membiasakan shalat di malam hari. Yang ke- 3, hati harus dicuci dengan meninggalkan cinta dunia atau tarku hubbid dunyamengapa? liannahu ra'su kulli khati'athinKarena cinta dunia mengakibatkan kesalahan. Mengapa menipu? Karena hubbid dunya, mengapa selingkuh? Karena hubbid dunya, mengapa korupsi? Karena hubbid dunya.
Yang ke-4 hati dicuci dengan menjauhkan diri dari suka kekuasaan hubbur riyasah sesunggunya kekuasaan sering menyibukkan manusia dan memalingkannya dari Allah Yang Maha Kuasa. yang ke-5, hati harus dicuci dengan meninggalkan suka dipuji hubbul mahmadah. Pujian seringkali menenggelamkan manusia dalam ke-Aku-annya yang mengakibatkan kesombongan yang luar biasa. Dan ke-6, baiknya hati dicuci dari dendam tarkul hiqdiMeninggal dan melupaka dendam yang secara otomatis akan membawa seseorang tabah dan sabar menghadapi cobaan dan rasa sakit dari orang lain yang disebut hamlul adza. Dan terakhir, yang ke-7 baiknya hati dicuci dengan Tarkul Hasadmeninggalkan hasud yang sangat berbahaya. Sebagaimana bahayanya api yang dengan cepat membakar kayu."
Demikian Ma'asyiral Muslimin
Hatim memaknai wudhu secara bathin. Lalu bagaimanakah cara beliau melaksanakan shalat. Kemudian lanjut Hatim al-Asham, "ketika memulai shalat aku merasa ka'bah di depanku, surga di kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapk kakiku, dan izrail telah menunggu di belakangku yang siap menyabut nyawa". Inilah praktik Qashrul amal (pendek angan-angannya)yaitu semangat yang mampu mendorong untuk beribadah lebih ditingkatkan. Selalu merasa psimis sehingga menjadikan semangat ibadah yang tinggi.
Jama'ah yang Berbahagia
Demikianlah khutbah jum'ah kali ini yang disampaikan melalui kisah dan cerita. Sesungguhnya dalam kisah itu terdapat hikmah yang dapat dijadikan uswah bagi kita semua. Ya Allah jadikanlah kami semua bagian dari orang-orang yang beruntung yang mampu menjalankan perintahmu secara benar dan meninggalkan laranganmu dengan benar pula, amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Redaktur: Ulil Hadrawy
"ketika memulai shalat aku merasa ka'bah di depanku, surga di kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapk kakiku, dan izrail telah menunggu di belakangku yang siap menyabut nyawa"<>
الحمد لله, الحمد لله الذى أعد للمؤمنين والمؤمنات جنات تجرى من تحتها الانهار أحمده سبحان الله تعالى وأشكره على نعمه الغزار, وأشهد أن لااله الا الله وحده لاشريك له الملك العزيز الغفار, وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله المختار, اللهم صل وسلم وبارك على عبدك ورسولك محمد نور الانوار وسر الاسرار وعلى اله الأبرار واصحابه الاخيار ومن تبعهم باحسان الى يوم القرار. اما بعد.
فيامعاشر المسلمين رحمكم الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله وقد فاز المتقون واحثكم على طاعته لعلكم تفلحون.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini, khatib hendak mengisi khutbah jum'at ini dengan dua buah kisah teladan dari sayyidina Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu dan Hatim al-Asham. Kisah ini semoga dapat menjadi inspirasi kita bersama dalam beramal dan menjalankan ibadah keseharian. Sehingga kita benar-benar menjadi seorang muslim yang sehat lahir dan bathin.
Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia
Suatu ketika seorang sufi ahli ibadah bernama Hatim al-Asham (w. 237 M) diminta penjelasan oleh Ashim bin Yusuf setelah pengajian majlis ta'limnya. Ashim bin Yusuf adalah seorang ahli fiqih yang melihat segalanya dari kacamata syariah. Ashim bertanya kepada Hatim "ya Syaikh bagaimanakah cara kamu melaksanakan shalat?"
Hatim al-Asham sebagai ahli tarekat dan syariat menjawab "ketika masuk waktu shalat aku berwudhu dengan dua wudhu, wudhu lahir dan wudhu bathin. Wudhu lahir itu syariat dan wudhu bathin adalah haqiqat". Ashim bin Yusuf sebagai santri yang berkonsentrasi pada fiqih agak terkejut. Sebelum memperpanjang keterkejutannya Hatim al-Asham segera menerangkan bahwa "wudhu lahir dilakukan dengan membersihkan anggota badan menggunakan air. Kalau wudhu bathin itu harus mencuci hati (salamatush shadri) dengan tujuh hal. 1) Dicuci dengan rasa penyesalan an-nadamah. Menyesali dari berbagai kesalahan dan menyesali karena meninggalkan kebaikan. Mengenai an-nadamah ini, kisah Sayyidina Umar bin Khattab ra patut didengarkan.
Jama'ah Jum'ah yang Dimuliakan Allah
Sayyidina Umar bin Khattab ra memiliki kebun kurma di Madinah. Pohon-pohon kurmanya berbuah dengan kwalitas bagus, manis dan legit. Tidak hanya itu saja, bahkan di dalam kebun itu terdapat satu sumber air, padahal sudah maklum sulitnya sumber air di Madinah. Betapa bahagianya hati Sayyidina Umar memiliki kebun tersebut, hingga seringkali beliau berjalan mengelilingi dan memeriksa hasil perkebunannya. Hingga suatu saat sepulang dari kebun itu beliau berjumpa dengan para sahabat yang berjalan bersamaan. Kemudian Sayyidina Umar bertanya "dari manakah gerangan kalian berjalan bersama-sama?" para sahabat menjawab "ini dari pulang berjama'ah ashar" kontan saja sayyidina umar berucap "innalilahi wa inna ilaihi rojiun, jadi ini tadi habis jama'ah ashar? Masyaallah saksikanlah para sahabat, karena aku ketinggalan jama'ah karena kebun kurma ini, maka kebun ini aku wakafkan kepada fakir miskin"
Demikianlah selayaknya contoh yang harus kita teladani dalam hal penyesalan meninggalkan satu ibadah kebaikan. Bacaan taroji' yang berbunyi innalilahi wa inna ilaihi rojiun, sebenarnya merupakan ungkapan ketika seseorang mendapatkan cobaan dan musibah. Jadi suburnya kebun dan sumber air bagi sayyidina Umar tidak lain hanyalah cobaan yang menimpa dirinya. Dan kalimat innalilahi wa inna ilaihi rojiun menunjukkan betapa penyesalan yang luar bisa dari beliau akibat ketinggalan shalat jama'ah ashar.
Apakah demikian keadaan kita, pernahkan kita berucap innalilahi wa inna ilaihi rojiun ketika ketinggalan satu shalat jama'ah? Ada juga kita innalilahi wa inna ilaihi rojiun ketika gelas ditangan kita terjatuh, ketika makanan tertumpah dari tangan. Bukankah itu sama artinya kita lebih menghargai gelas dan maknan dari pada shalat jama'ah?
Selanjutnya, Jama'ah Jum'ah Rahimakumullah
2, hati harus dicuci dengan taubat. Taubat nashuha sesungguh-sungguhnya. Bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Jika perlu taubat itu disertai dengan puasa tiga hari sebagai bukti kesungguhan dan membiasakan shalat di malam hari. Yang ke- 3, hati harus dicuci dengan meninggalkan cinta dunia atau tarku hubbid dunyamengapa? liannahu ra'su kulli khati'athinKarena cinta dunia mengakibatkan kesalahan. Mengapa menipu? Karena hubbid dunya, mengapa selingkuh? Karena hubbid dunya, mengapa korupsi? Karena hubbid dunya.
4 hati dicuci dengan menjauhkan diri dari suka kekuasaan hubbur riyasah sesunggunya kekuasaan sering menyibukkan manusia dan memalingkannya dari Allah Yang Maha Kuasa.
5, hati harus dicuci dengan meninggalkan suka dipuji hubbul mahmadah. Pujian seringkali menenggelamkan manusia dalam ke-Aku-annya yang mengakibatkan kesombongan yang luar biasa.
6, baiknya hati dicuci dari dendam tarkul hiqdiMeninggal dan melupaka dendam yang secara otomatis akan membawa seseorang tabah dan sabar menghadapi cobaan dan rasa sakit dari orang lain yang disebut hamlul adza.
7 baiknya hati dicuci dengan Tarkul Hasadmeninggalkan hasud yang sangat berbahaya. Sebagaimana bahayanya api yang dengan cepat membakar kayu."
Demikian Ma'asyiral Muslimin
Hatim memaknai wudhu secara bathin. Lalu bagaimanakah cara beliau melaksanakan shalat. Kemudian lanjut Hatim al-Asham, "ketika memulai shalat aku merasa ka'bah di depanku, surga di kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapk kakiku, dan izrail telah menunggu di belakangku yang siap menyabut nyawa". Inilah praktik Qashrul amal (pendek angan-angannya)yaitu semangat yang mampu mendorong untuk beribadah lebih ditingkatkan. Selalu merasa psimis sehingga menjadikan semangat ibadah yang tinggi.
Jama'ah yang Berbahagia
Demikianlah khutbah jum'ah kali ini yang disampaikan melalui kisah dan cerita. Sesungguhnya dalam kisah itu terdapat hikmah yang dapat dijadikan uswah bagi kita semua. Ya Allah jadikanlah kami semua bagian dari orang-orang yang beruntung yang mampu menjalankan perintahmu secara benar dan meninggalkan laranganmu dengan benar pula, amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Redak


Empat Kategori Orang Saleh Menurut Sayyid Abdullah Al-Haddad


اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صدق الله العظيم

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Kebaikan kehidupan di dunia ini sangat bergantung kepada orang-orang saleh yang menghuninya. Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad membagi orang saleh ke dalam empat kategori sebagaimana beliau uraikan dalam kitabnya berjudul Al-Fushul al-‘Ilmiyah wa Ushul al-Hikamiyyah, hal. 21-22, sebagai berikut: 

Pertama,

     عَابِدٌ مُسْتَقِيْمٌ زَاهِدٌ مُتَجَرِّدٌ ذُوْ مَعْرِفَةٍ بِاللهِ تَعَالَى كَامِلَةً وَبَصِيْرَةٍ فِي الدِّيْنِ نَافِذَةً

Artinya:“Seorang ahli ibadah yang lurus, hidup dengan zuhud, perhatian penuh kepada Allah, arif billah, dan memiliki kesadaran tajam dalan keberagamaan.”

Kategori orang saleh
pertama adalah para ahli ibadah yang istiqamah. Mereka mengutamakan zuhud, yang berarti menahan diri untuk tidak memburu kenikmatan duniawi. Mereka mencurahkan seluruh hidupnya dengan sepenuhnya menghamba kepada Allah semata, yang berarti mereka habiskan waktunya untuk beribadah baik secara vertikal (langsung kepada Allah SWT) maupun secara horizontal (melalui sesama manusia). 

Selain itu mereka juga ma’rifat, yakni mengenal Allah SWT secara dekat dengan mata batin. Pengetahuan mereka tentang Allah dan alam semesta sangat mendalam sebagai anugerah khusus dari-Nya. Juga, mereka memiliki kesadaran yang tajam dalam kaitan dengan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh Allah SWT sebagaimana diatur dalam syariat agama. 

Jamaah Jumat rahimakumullah

Kedua, 

عَالِمٌ بِالشَّرْعِ، رَاسِخُ الْقَدَمِ فِي اْلعِلْمِ بِاْلكِتَابِ والسُّنَّةِ يَعْمَلُ بِعِلْمِهِ وَيُعَلِّمُ النَّاسَ وَيَنْصَحُهُمْ، وَيَأْمُرُ بِاْلمَعْرُوْفِ، وَيَنْهَى عَنِ اْلمُنْكَرِ لَايُداهِنُ فِي الِّدِيْنِ، وَلَايَخْشَى فِي اللهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ

Artinya: “Seorang ulama yang berpengetahuan mendalam dan luas tentang agama, memegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah, mengamalkan ilmunya, mengajari dan memberikan nasihati kepada manusi, ber-amar ma’ruf dan nahi mungkar, tidak bersikap munafik dalam urusan agama dan tidak terpengaruh oleh kecaman dari siapa pun (dalam membela apa yang telah ditetapkan oleh Allah).”

Kategori orang saleh
kedua adalah para ulama yang allamah, yakni orang alim yang mengamalkan ilmunya. Mereka istiqamah dalam menegakkan amar makruf nahi munkar dan memiliki keberanian yang tinggi dalam membela kebenaran. Mereka konsisten antara kata dan perbuatan.Meraka tidak takut kepada siapapun termasuk kepada para penguasa yang dapat menjebloskannya ke dalam tahanan atau penjara dan orang-orang kaya yang bisa memberinya fasilitas apa saja. Ia hanya takut kepada Allah SWT.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Ketiga,

سُلْطَانٌ عَادِلٌ مُنْصِفٌ حُسْنُ الِّسيْرَةِ صَالحُ السَّرِيْرَةِ، مُسْتَقِيْمُ السِّيَاسَةِ

Artinya: “Seorang penguasa yang adil, jujur, berperilaku baik, berjiwa bersih, dan berpolitik lurus.” 

Kategori orang saleh
ketiga adalah para penguasa atau pemimpin yang adil, jujur dalam kata maupun tindakan, memiliki jiwa yang bersih seperti ikhlas, rendah hati dan sederhana. Mereka juga memiliki cara berpolitik yang menjunjung tinggi akhlak mulia. Mereka tidak mengabdi kepada kekuasaan itu sendiri tetapi lebih pada tegaknya moral demi perdamaian dan kesejahteraan bersama sebagaimana diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak manusia di dunia ini. 

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Keempat,

غَنِيٌّ صَالِحٌ لَهُ مَالٌ طَيِّبٌ وَاسِعٌ يُنْفِقُهُ فِيْ وُجُوْهِ اْلخَيْرَاتِ وَيُوَاسِي مِنْهُ الضُّعَفَاءَ 
 وَالمَسَاكِيْنَ ويُسِدُّ مِنْهُ حَاجَاتِ اْلمُحْتَاجِيْنَ لَمْ يُمْسِكِ اْلمَالَ وَلَمْ يَجْمَعْهُ إلَا لِذَالِكَ، وَلِمَا فِي مَعْنَاهُ مِنَ الخَيْرَاتِ وَاْلمَكْرُمَاتِ

Artinya: “Seorang hartawan yang saleh dengan memiliki harta yang bersih dan berlimpah, dibelanjakan untuk amal-amal kebaikan dan untuk menyantuni kaum lemah dan orang-orang miskin, serta untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang sedang dalam kesulitan. Ia tidak menyimpan dan mengumpulkan hartanya itu kecuali untuk maksud-maksud tersebut serta kebijakan-kebajikan dan santunan yang sesuai dengan itu.” 

Kategori orang saleh keempat adalah para hartawan yang saleh. Mereka mendapatkan kekayaan yang besar dengan cara bersih. Hartanya yang banyak tidak ditumpuk melulu untuk dipamerkan kepada publik, tetapi sebagai persedian dan kesiapan untuk menyantuni kaum lemah dan fakir miskin serta orang-orang yang membutuhkan bantuan karena kesulitan. Jika hartanya kemudian menipis atau bahkan habis, misalnya, karena digunakan untuk keperluan di jalan Allah dan bukan untuk menuruti hawa nafsu, justru harta seperti inilah yang sejatinya tetap berada di tangan mereka hingga alam akherat karena telah dikonversi menjadi harta spiritual berupa amal-amal kebaikan untuk bekal hidup abadi di Sana. 

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Keempat kategori orang saleh tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan bersama di dunia ini. Jika salah satu saja tidak ada, maka kehidupan di dunia ini akan mengalami ketimpangan. Maka harus ada dalam sebuah masyarakat orang-orang yang ahli ibadah yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT memohon keselamatan dan kebaikan bersama. Demikian pula harus ada orang-orang yang 'alim yang 'allamah yang senantiasa membimbing umat ke jalan yang benar sebagaimana harus ada para pemimipin yang adil, jujur dan bersih serta adanya orang kaya-kaya yang senantiasa menyediakan hartanya untuk menolong fakir miskin yang memerlukan bantuan. 

جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا 

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ










Rabu, 20 Juni 2018

Ahli Kubur Juga Butuh THR




Oleh: Luluatul Mabruroh*
الدعاء للأموات بمنزلة الهدايا للأحياء
“Do’a bagi orang-orang yang mati itu kedudukannya seperti hadiah”
(Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin juz 2 halaman 184)
Tidak hanya muslim di dunia yang masih hidup yang menginginkan Tunjangan Hari Raya (THR) di hari yang fitri. Akan tetapi ahli kubur pun berharap hal yang sama. Oleh sebab itu, terhadap semua yang hidup di bunia senantiasa mengingat dan mengirimkan hadiah bagi mereka yang sudah berada di alam barzak. Hadis-hadis shohih tidak didapati mengenai keadaan alam barzakh di bulan Ramadan maupun di bulan syawal, akan tetapi pada bulan tersebut banyak kesempatan dan peluang bagi yang masih hidup di dunia untuk membantu ahli kubur meringankan dosa-dosa dan siksaan mereka di alam barzak. Hal itu dapat dilakukan dengan cara mendoakan dan menziarahi kuburan mereka. Tersebut dalam hadis bahwa salah satu amal orang mukmin yang tidak pernah putus hingga liang lahat adalah doa anak-anak yang salih.
Iklan Tebuireng Online
Dalam tradisi ahlussunnah wal jamaah ziarah kubur dan tawassul merupakan hal yang diperbolehkan dan dianjurkan. Ulama bersepakat bahwa membaca Al Quran  di atas kuburan mayit hukumnya tidak haram dan  pelakunya tidak berdosa. Mereka secara eksplisit berpendapat demikian, di antaranya adalah Ibn Qudamah al Maqdisi al Hanbali yang berkata, “Segala bentuk qurban (Ibadah) yang dilakukan seseorang dan diberikan pahalanya untuk seorang mayit muslim akan bermanfaat baginya, Insyaallah. Sebagian ulama berpendapat apabila Al Quran dibaca di samping mayit atau pahalanya dihadiahkan kepadanya, maka pahalanya akan didapat oleh si pembaca, si mayit seolah-olah menghadiri pembacaan tersebut sehingga diharapkan ia mendapatkan rahmat darinya. Kami sependapat dengan hukum yang kami sebutkan ini. Dan ini adalah ijma’ kaum muslimin. Karena setiap waktu dan tempat mereka berkumpul, membaca Al Quran, dan menghadiahkannya kepada keluarga mereka yang telah wafat tanpa ada yang mengingkari”.
Syaikh Usmani juga mengutip ijma’ ulama mengenai hal tersebut melalui pernyataannya, “Ulama sepakat bahwa istighfar, do’a, shadaqah, haji dan memerdekan budak bermanfaat kepada mayit. Pahalanya pun sampai kepadanya. Membaca Al Quran di samping kuburan pun disunahkan”.
Adapun menghadiahkan pahala kepada mayit, apakah sampai atau tidak, mayoritas ulama berpendapat bahwa pahalanya sampai kepada mayit. Ulama madzhab Syafi’i berpendapat sampainya pahala tersebut seperti halnya berdoa untuknya, seperti berdoa, “ Ya Allah jadikanlah pahala bacaanku ini untuk si Fulan,” bukan menghadiahkan hakikat amal kepadanya. Perbedaan keduanya sangat tipis, masalah ini tidak patut diperdebatkan. Oleh sebab itu, mari kita berlomba-lomba untuk menghadiahkan pahala dzikir dan Al-Qur’an kepada orang-orang yang kita cintai di alam barzakh agar di hari nan fitri dan momen bulan Syawal ini mendapatkan rahmat dan ampunan Allah SWT.
Wallahu A’lam.

*Mahasiswi Unhasy dan santri di Pesantren Putri Walisongo Cukir

Minggu, 17 Juni 2018

Hukum Foto ‘Prewedding’ dalam Islam


3370
Sumber gambar: http://dwcorp.blogspot.com/2015/03/hukum-membuat-foto-pre-wedding-menurut.html
Oleh: Silmi Adawiya*
Menikah  adalah menyatukan dua cinta dalam satu ikatan janji suci. Acara pernikahan banyak dinanti oleh setiap pasangan guna melanjutkan hubungan pada jenjang yang lebih serius. Oleh karena itu, calon pengantin sibuk mempersiapkan beberapa hal  guna memeriahkan acaranya. Salah satunya dengan foto prewedding (prewed) yang bisa ditampilkan dikartu undangan, di ruang foto booth acara atau dipajang di pintu masuk gedung acara.
Lantas, benarkah kebiasaan anak muda jaman now tersebut? Sedikit kita menelaah fenomena tersebut dalam kajian Islam. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sebelum akad nikah terucap, calon mempelai pria adalah belum halal untuk mempelai wanita. Layaknya hukum haramnya pria memeluk wanita yang nonmahram.
Begitu pula dengan foto prewed yang biasa melakukan pose layaknya suami istri yang sudah menikah sekian lama. Foto tersebut tidak diperbolehkan karena statusnya belum sah. Sehingga berdua-duaan, saling berhias, dan bersentuhan yang berlebihan masih belum diperbolehkan, kita tahu bahwa segala perantara yang mendekati zina itu dilarang oleh Allah. Tersurat dalam QS: Al-‘Isra ayat 32:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”
Meskipun dalam proses foto prewed tersebut calon mempelai wanita menggunakan hijab, namun tetaplah Islam tidak memperbolehkan ikhtilat, yaitu bercampurnya laki-laki dan perempuan dengan tujuan tertentu tanpa adanya batas yang memisahkan mereka. Dari ‘Umar bin Al-Khattab, ia berkhutbah di hadapan muslim di Jabiyah, lalu ia membawakan hadits nabi berikut:
لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا وَمَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ
“Janganlah salah seorang di antara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiapa yang bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya maka dia adalah seorang yang mukmin.”
Pose yang diarahkan dalam proses prewed kebanyakan menunjukkan keromantisan sebuah pasangan. Jarak yang minim antar keduanya membuat kulit bersentuhan dengan sangat sengaja. Bahkan sebagian menganggapnya hal yang biasa jika menggunakan pose layaknya suami istri, karena mereka akan segera menikah. Iya mereka akan menikah, bukan telah menikah. Sehingga hukum suami istri akan halal jika ia sudah menikah. Bukan akan menikah.
Ancaman yang cukup berat dalam hadits sebagai berikut:
لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ
“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.”
Quraish Shihab sedikit memaparkan pembelajaran perihal ini dalam tayangan “tafsir Al-Misbah” di Metro TV. Menurutnya walaupun seseorang tersebut akan menikah, seyogyanya mereka harus memperhatikan aturan dalam Islam. Terlebih bagi sang fotografer seharusnya tidak mengarahkan pada pose saling peluk memeluk, mungkin bisa megarahkan hanya duduk-duduk yang disaksikan orang lain. Dengan begitu, mereka lebih menjaga dan tidak menyalahi aturan.
Sekali lagi Quraish Shihab menekankan, bahwa yang menjadi persoalan bukan pada foto prewednya. Melainkan, pose kedua insan, yang statusnya di mata agama masih belum resmi menjadi suami istri. Sehingga, dua insan berlainan jenis tetap harus menjaga diri.
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Irfan Helmi di Cilandak Jakarta. Bahwa hakikatnya pemotretan prewedding yang banyak dilakukan oleh seorang fotografer adalah haram. Hal itu disebabkan dalam pemotretannya selalu menggambarkan perilaku khalwat, ikhtilat, dan seringnya kasyful aurat. Adapun faktor yang paling puncak yang menyebabkan banyaknya calon pengantin mendatangi fotografer untuk pemotretan adalah tren.
Namun, yang perlu digarisbawahi, pemotretan prewedding boleh dilakukan jika pasangan tersebut sudah melakukan akad, alias sah secara agama dan negara. Kemungkinan mereka hanya menunggu waktu seremonial resepsi saja. Kalau dalam kasus ini, maka boleh dan tidak diharamkan, asalkan keduanya memperhatikan aurat yang batasnya sudah digariskan syariat.
Jadi buat anda yang ingin mencantumkan foto pra resepsi, sebaiknya melangsungkan akad dulu agar sah dan resmi suami istri. Semoga para calon suami dan istri yang akan melangsungkan pernikahan dijadikan Allah keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Amin.

*Alumnus Unhasy Tebuireng dan PP. Walsongo Cukir Diwek Jombang, kini menempuh S2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.