Untuk memiliki model rambut yang sesuai dengan bentuk tubuh, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, perhatikan bentuk wajah dan leher. Rambut pendek dan rapi seringkali sesuai untuk wajah dan leher yang lebih pendek, sedangkan rambut panjang lebih sesuai untuk wajah dan leher yang lebih panjang. Kedua, perhatikan bentuk bahu dan dada. Rambut yang lebih tebal dan volumin bisa membuat bahu dan dada terlihat lebih lebar, sedangkan rambut yang tipis dan teratur bisa membuat bahu dan dada terlihat lebih ramping. Terakhir, perhatikan tinggi dan berat badan. Rambut yang lebih pendek dan rapi seringkali sesuai untuk pria yang lebih pendek dan ramping, sedangkan rambut yang lebih panjang dan tebal lebih sesuai untuk pria yang lebih tinggi dan berotot. Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, Anda bisa memilih model rambut yang sesuai dengan bentuk tubuh dan membuat Anda terlihat lebih proporsional.
Minggu, 05 Februari 2023
Sabtu, 05 November 2022
KAU LAKSANA BIDADARI YG SELALU HADIR MENJELANG TGL MUDA
Seperti apapun kau, kau tetap kubanggakan. Karena dgn kau aku bisa menyambung hidup, karena dengkau kau memberi aku Sahabat. Kerena dgn engkau aku merasa nyaman dan bahagia sungguh kau laksana bidadari rebutan tetapi ketika beranjak pertengahan bulan kau berangsur angsur laksana nenek2 yg lusuh yg justru membutuhkan pertolongan . DISPERINDAGKOP DAN UKM tetap dihati
Senin, 04 Februari 2019
7 Langkah Mencuci Hati
"ketika memulai shalat aku merasa ka'bah di depanku, surga
di kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapk kakiku, dan izrail
telah menunggu di belakangku yang siap mencabut nyawa"
الحمد لله, الحمد لله الذى أعد للمؤمنين
والمؤمنات جنات تجرى من تحتها الانهار أحمده سبحان الله تعالى وأشكره على نعمه
الغزار, وأشهد أن لااله الا الله وحده لاشريك له الملك العزيز الغفار, وأشهد أن
سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله المختار, اللهم صل وسلم وبارك على عبدك ورسولك
محمد نور الانوار وسر الاسرار وعلى اله الأبرار واصحابه الاخيار ومن تبعهم باحسان
الى يوم القرار. اما بعد.
فيامعاشر المسلمين رحمكم الله أوصيكم
ونفسى بتقوى الله وقد فاز المتقون واحثكم على طاعته لعلكم تفلحون.
Ma'asyiral Muslimin
Rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini, khatib
hendak mengisi khutbah jum'at ini dengan dua buah kisah teladan dari sayyidina
Umar bin Khattab radhiallahu
'anhu dan Hatim al-Asham. Kisah ini
semoga dapat menjadi inspirasi kita bersama dalam beramal dan menjalankan
ibadah keseharian. Sehingga kita benar-benar menjadi seorang muslim yang sehat
lahir dan bathin.
Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia
Suatu ketika seorang sufi ahli
ibadah bernama Hatim al-Asham (w. 237 M) diminta penjelasan oleh Ashim bin
Yusuf setelah pengajian majlis ta'limnya. Ashim bin Yusuf adalah seorang ahli
fiqih yang melihat segalanya dari kacamata syariah. Ashim bertanya kepada Hatim
"ya Syaikh bagaimanakah cara kamu melaksanakan shalat?"
Hatim al-Asham sebagai ahli
tarekat dan syariat menjawab "ketika masuk waktu shalat aku berwudhu
dengan dua wudhu, wudhu lahir dan wudhu bathin. Wudhu lahir itu syariat dan
wudhu bathin adalah haqiqat". Ashim bin Yusuf sebagai santri yang
berkonsentrasi pada fiqih agak terkejut. Sebelum memperpanjang keterkejutannya
Hatim al-Asham segera menerangkan bahwa "wudhu lahir dilakukan dengan
membersihkan anggota badan menggunakan air. Kalau wudhu bathin itu harus
mencuci hati (salamatush
shadri) dengan tujuh hal. 1) Dicuci
dengan rasa penyesalan an-nadamah. Menyesali dari berbagai kesalahan dan menyesali
karena meninggalkan kebaikan. Mengenai an-nadamah ini, kisah Sayyidina Umar bin Khattab ra patut
didengarkan.
Jama'ah Jum'ah yang Dimuliakan
Allah
Sayyidina Umar bin Khattab ra
memiliki kebun kurma di Madinah. Pohon-pohon kurmanya berbuah dengan kwalitas
bagus, manis dan legit. Tidak hanya itu saja, bahkan di dalam kebun itu
terdapat satu sumber air, padahal sudah maklum sulitnya sumber air di Madinah.
Betapa bahagianya hati Sayyidina Umar memiliki kebun tersebut, hingga
seringkali beliau berjalan mengelilingi dan memeriksa hasil perkebunannya.
Hingga suatu saat sepulang dari kebun itu beliau berjumpa dengan para sahabat
yang berjalan bersamaan. Kemudian Sayyidina Umar bertanya "dari manakah
gerangan kalian berjalan bersama-sama?" para sahabat menjawab "ini
dari pulang berjama'ah ashar" kontan saja sayyidina umar berucap "innalilahi wa inna ilaihi
rojiun, jadi ini tadi habis jama'ah
ashar? Masyaallah saksikanlah para sahabat, karena aku ketinggalan jama'ah
karena kebun kurma ini, maka kebun ini aku wakafkan kepada fakir miskin"
Demikianlah selayaknya contoh
yang harus kita teladani dalam hal penyesalan meninggalkan satu ibadah
kebaikan. Bacaan taroji' yang berbunyi innalilahi wa inna ilaihi rojiun, sebenarnya merupakan ungkapan ketika seseorang
mendapatkan cobaan dan musibah. Jadi suburnya kebun dan sumber air bagi
sayyidina Umar tidak lain hanyalah cobaan yang menimpa dirinya. Dan kalimat innalilahi wa inna
ilaihi rojiun menunjukkan betapa penyesalan
yang luar bisa dari beliau akibat ketinggalan shalat jama'ah ashar.
Apakah demikian keadaan kita,
pernahkan kita berucap innalilahi
wa inna ilaihi rojiun ketika
ketinggalan satu shalat jama'ah? Ada juga kita innalilahi wa inna ilaihi rojiun ketika gelas ditangan kita terjatuh, ketika makanan
tertumpah dari tangan. Bukankah itu sama artinya kita lebih menghargai gelas
dan maknan dari pada shalat jama'ah?
Selanjutnya, Jama'ah Jum'ah
Rahimakumullah
Yang ke-2, hati harus dicuci
dengan taubat. Taubat nashuha sesungguh-sungguhnya. Bertekad tidak akan
mengulanginya lagi. Jika perlu taubat itu disertai dengan puasa tiga hari
sebagai bukti kesungguhan dan membiasakan shalat di malam hari. Yang ke- 3,
hati harus dicuci dengan meninggalkan cinta dunia atau tarku hubbid dunya, mengapa? liannahu ra'su kulli khati'athin. Karena cinta dunia mengakibatkan kesalahan. Mengapa
menipu? Karena hubbid
dunya, mengapa selingkuh? Karena hubbid dunya, mengapa korupsi? Karena hubbid dunya.
Yang ke-4 hati dicuci dengan
menjauhkan diri dari suka kekuasaan hubbur riyasah sesunggunya kekuasaan sering menyibukkan manusia dan
memalingkannya dari Allah Yang Maha Kuasa. yang ke-5, hati harus dicuci dengan
meninggalkan suka dipuji hubbul
mahmadah. Pujian seringkali
menenggelamkan manusia dalam ke-Aku-annya yang mengakibatkan kesombongan yang
luar biasa. Dan ke-6, baiknya hati dicuci dari dendam tarkul hiqdi. Meninggal dan melupaka dendam yang secara otomatis
akan membawa seseorang tabah dan sabar menghadapi cobaan dan rasa sakit dari
orang lain yang disebut hamlul
adza. Dan terakhir, yang ke-7 baiknya hati dicuci dengan Tarkul Hasad, meninggalkan hasud yang sangat berbahaya. Sebagaimana
bahayanya api yang dengan cepat membakar kayu."
Demikian Ma'asyiral Muslimin
Hatim memaknai wudhu secara
bathin. Lalu bagaimanakah cara beliau melaksanakan shalat. Kemudian lanjut Hatim
al-Asham, "ketika memulai shalat aku merasa ka'bah di depanku, surga di
kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapk kakiku, dan izrail
telah menunggu di belakangku yang siap menyabut nyawa". Inilah praktik Qashrul amal (pendek angan-angannya). yaitu semangat yang mampu mendorong untuk beribadah
lebih ditingkatkan. Selalu merasa psimis sehingga menjadikan semangat ibadah
yang tinggi.
Jama'ah yang Berbahagia
Demikianlah khutbah jum'ah kali
ini yang disampaikan melalui kisah dan cerita. Sesungguhnya dalam kisah itu
terdapat hikmah yang dapat dijadikan uswah bagi kita semua. Ya Allah jadikanlah
kami semua bagian dari orang-orang yang beruntung yang mampu menjalankan
perintahmu secara benar dan meninggalkan laranganmu dengan benar pula, amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ
اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ
وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ
وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ
اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان
وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي
التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Redaktur: Ulil Hadrawy
"ketika memulai shalat aku merasa ka'bah di depanku, surga
di kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapk kakiku, dan izrail
telah menunggu di belakangku yang siap menyabut nyawa"<>
الحمد لله, الحمد لله الذى أعد
للمؤمنين والمؤمنات جنات تجرى من تحتها الانهار أحمده سبحان الله تعالى وأشكره على
نعمه الغزار, وأشهد أن لااله الا الله وحده لاشريك له الملك العزيز الغفار, وأشهد
أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله المختار, اللهم صل وسلم وبارك على عبدك ورسولك
محمد نور الانوار وسر الاسرار وعلى اله الأبرار واصحابه الاخيار ومن تبعهم باحسان
الى يوم القرار. اما بعد.
فيامعاشر المسلمين رحمكم الله أوصيكم
ونفسى بتقوى الله وقد فاز المتقون واحثكم على طاعته لعلكم تفلحون.
Ma'asyiral Muslimin
Rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini,
khatib hendak mengisi khutbah jum'at ini dengan dua buah kisah teladan dari
sayyidina Umar bin Khattab radhiallahu
'anhu dan Hatim al-Asham. Kisah ini semoga dapat
menjadi inspirasi kita bersama dalam beramal dan menjalankan ibadah keseharian.
Sehingga kita benar-benar menjadi seorang muslim yang sehat lahir dan bathin.
Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia
Suatu ketika seorang sufi
ahli ibadah bernama Hatim al-Asham (w. 237 M) diminta penjelasan oleh Ashim bin
Yusuf setelah pengajian majlis ta'limnya. Ashim bin Yusuf adalah seorang ahli
fiqih yang melihat segalanya dari kacamata syariah. Ashim bertanya kepada Hatim
"ya Syaikh bagaimanakah cara kamu melaksanakan shalat?"
Hatim al-Asham sebagai
ahli tarekat dan syariat menjawab "ketika masuk waktu shalat aku berwudhu
dengan dua wudhu, wudhu lahir dan wudhu bathin. Wudhu lahir itu syariat dan
wudhu bathin adalah haqiqat". Ashim bin Yusuf sebagai santri yang
berkonsentrasi pada fiqih agak terkejut. Sebelum memperpanjang keterkejutannya
Hatim al-Asham segera menerangkan bahwa "wudhu lahir dilakukan dengan
membersihkan anggota badan menggunakan air. Kalau wudhu bathin itu harus
mencuci hati (salamatush shadri) dengan tujuh hal. 1) Dicuci dengan rasa penyesalan an-nadamah. Menyesali dari berbagai kesalahan dan menyesali karena
meninggalkan kebaikan. Mengenai an-nadamah ini, kisah Sayyidina Umar bin Khattab ra patut didengarkan.
Jama'ah Jum'ah yang
Dimuliakan Allah
Sayyidina Umar bin
Khattab ra memiliki kebun kurma di Madinah. Pohon-pohon kurmanya berbuah dengan
kwalitas bagus, manis dan legit. Tidak hanya itu saja, bahkan di dalam kebun
itu terdapat satu sumber air, padahal sudah maklum sulitnya sumber air di
Madinah. Betapa bahagianya hati Sayyidina Umar memiliki kebun tersebut, hingga
seringkali beliau berjalan mengelilingi dan memeriksa hasil perkebunannya.
Hingga suatu saat sepulang dari kebun itu beliau berjumpa dengan para sahabat
yang berjalan bersamaan. Kemudian Sayyidina Umar bertanya "dari manakah
gerangan kalian berjalan bersama-sama?" para sahabat menjawab "ini
dari pulang berjama'ah ashar" kontan saja sayyidina umar berucap "innalilahi wa inna ilaihi rojiun, jadi ini tadi habis jama'ah ashar? Masyaallah saksikanlah para
sahabat, karena aku ketinggalan jama'ah karena kebun kurma ini, maka kebun ini
aku wakafkan kepada fakir miskin"
Demikianlah selayaknya
contoh yang harus kita teladani dalam hal penyesalan meninggalkan satu ibadah
kebaikan. Bacaan taroji' yang berbunyi innalilahi
wa inna ilaihi rojiun, sebenarnya merupakan
ungkapan ketika seseorang mendapatkan cobaan dan musibah. Jadi suburnya kebun
dan sumber air bagi sayyidina Umar tidak lain hanyalah cobaan yang menimpa
dirinya. Dan kalimat innalilahi
wa inna ilaihi rojiun menunjukkan betapa
penyesalan yang luar bisa dari beliau akibat ketinggalan shalat jama'ah ashar.
Apakah demikian keadaan
kita, pernahkan kita berucap innalilahi
wa inna ilaihi rojiun ketika ketinggalan satu
shalat jama'ah? Ada juga kita innalilahi
wa inna ilaihi rojiun ketika gelas ditangan
kita terjatuh, ketika makanan tertumpah dari tangan. Bukankah itu sama artinya
kita lebih menghargai gelas dan maknan dari pada shalat jama'ah?
Selanjutnya, Jama'ah
Jum'ah Rahimakumullah
2, hati harus dicuci
dengan taubat. Taubat nashuha sesungguh-sungguhnya. Bertekad tidak akan
mengulanginya lagi. Jika perlu taubat itu disertai dengan puasa tiga hari
sebagai bukti kesungguhan dan membiasakan shalat di malam hari. Yang ke- 3,
hati harus dicuci dengan meninggalkan cinta dunia atau tarku hubbid dunya, mengapa? liannahu
ra'su kulli khati'athin. Karena cinta dunia
mengakibatkan kesalahan. Mengapa menipu? Karena hubbid dunya, mengapa selingkuh?
Karena hubbid dunya, mengapa korupsi? Karena hubbid dunya.
4 hati dicuci dengan
menjauhkan diri dari suka kekuasaan hubbur riyasah sesunggunya
kekuasaan sering menyibukkan manusia dan memalingkannya dari Allah Yang Maha
Kuasa.
5, hati harus dicuci
dengan meninggalkan suka dipuji hubbul
mahmadah. Pujian seringkali menenggelamkan manusia
dalam ke-Aku-annya yang mengakibatkan kesombongan yang luar biasa.
6, baiknya hati dicuci
dari dendam tarkul hiqdi. Meninggal dan melupaka dendam yang secara otomatis akan membawa
seseorang tabah dan sabar menghadapi cobaan dan rasa sakit dari orang lain yang
disebut hamlul adza.
7 baiknya hati dicuci
dengan Tarkul Hasad, meninggalkan hasud yang sangat berbahaya. Sebagaimana bahayanya
api yang dengan cepat membakar kayu."
Demikian Ma'asyiral
Muslimin
Hatim memaknai wudhu
secara bathin. Lalu bagaimanakah cara beliau melaksanakan shalat. Kemudian
lanjut Hatim al-Asham, "ketika memulai shalat aku merasa ka'bah di
depanku, surga di kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapk
kakiku, dan izrail telah menunggu di belakangku yang siap menyabut nyawa".
Inilah praktik Qashrul
amal (pendek angan-angannya). yaitu semangat yang mampu
mendorong untuk beribadah lebih ditingkatkan. Selalu merasa psimis sehingga menjadikan
semangat ibadah yang tinggi.
Jama'ah yang Berbahagia
Demikianlah khutbah
jum'ah kali ini yang disampaikan melalui kisah dan cerita. Sesungguhnya dalam
kisah itu terdapat hikmah yang dapat dijadikan uswah bagi kita semua. Ya Allah
jadikanlah kami semua bagian dari orang-orang yang beruntung yang mampu
menjalankan perintahmu secara benar dan meninggalkan laranganmu dengan benar
pula, amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ
اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر
ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ
وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ
اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان
وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي
التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Redak
Empat Kategori Orang Saleh Menurut Sayyid Abdullah Al-Haddad
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ،
وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا
الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ
سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و
سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ
بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى الله
وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم: أعوذ بالله من الشيطان
الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال
تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صدق الله العظيم
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Kebaikan kehidupan di
dunia ini sangat bergantung kepada orang-orang saleh yang menghuninya. Allamah
Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad membagi orang saleh ke dalam empat kategori
sebagaimana beliau uraikan dalam kitabnya berjudul Al-Fushul
al-‘Ilmiyah wa Ushul al-Hikamiyyah, hal. 21-22, sebagai berikut:
Pertama,
عَابِدٌ مُسْتَقِيْمٌ زَاهِدٌ مُتَجَرِّدٌ
ذُوْ مَعْرِفَةٍ بِاللهِ تَعَالَى كَامِلَةً وَبَصِيْرَةٍ فِي الدِّيْنِ نَافِذَةً
Artinya:“Seorang ahli
ibadah yang lurus, hidup dengan zuhud, perhatian penuh kepada Allah, arif billah,
dan memiliki kesadaran tajam dalan keberagamaan.”
Kategori orang saleh
pertama adalah para
ahli ibadah yang istiqamah.
Mereka mengutamakan zuhud, yang berarti menahan diri untuk tidak memburu
kenikmatan duniawi. Mereka mencurahkan seluruh hidupnya dengan sepenuhnya
menghamba kepada Allah semata, yang berarti mereka habiskan waktunya untuk
beribadah baik secara vertikal (langsung kepada Allah SWT) maupun secara
horizontal (melalui sesama manusia).
Selain itu mereka juga
ma’rifat, yakni mengenal Allah SWT secara dekat dengan mata batin. Pengetahuan
mereka tentang Allah dan alam semesta sangat mendalam sebagai anugerah khusus
dari-Nya. Juga, mereka memiliki kesadaran yang tajam dalam kaitan dengan apa
yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh Allah SWT sebagaimana diatur
dalam syariat agama.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Kedua,
عَالِمٌ بِالشَّرْعِ، رَاسِخُ الْقَدَمِ فِي اْلعِلْمِ
بِاْلكِتَابِ والسُّنَّةِ يَعْمَلُ بِعِلْمِهِ وَيُعَلِّمُ النَّاسَ
وَيَنْصَحُهُمْ، وَيَأْمُرُ بِاْلمَعْرُوْفِ، وَيَنْهَى عَنِ اْلمُنْكَرِ
لَايُداهِنُ فِي الِّدِيْنِ، وَلَايَخْشَى فِي اللهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ.
Artinya: “Seorang
ulama yang berpengetahuan mendalam dan luas tentang agama, memegang teguh pada
Al-Quran dan Sunnah, mengamalkan ilmunya, mengajari dan memberikan nasihati
kepada manusi, ber-amar ma’ruf dan nahi mungkar, tidak bersikap munafik dalam
urusan agama dan tidak terpengaruh oleh kecaman dari siapa pun (dalam membela
apa yang telah ditetapkan oleh Allah).”
Kategori orang saleh
kedua adalah para ulama
yang allamah, yakni orang alim yang mengamalkan ilmunya. Mereka istiqamah dalam menegakkan amar
makruf nahi munkar dan memiliki keberanian yang tinggi dalam membela kebenaran.
Mereka konsisten antara kata dan perbuatan.Meraka tidak takut kepada siapapun termasuk
kepada para penguasa yang dapat menjebloskannya ke dalam tahanan atau penjara
dan orang-orang kaya yang bisa memberinya fasilitas apa saja. Ia hanya takut
kepada Allah SWT.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Ketiga,
سُلْطَانٌ عَادِلٌ مُنْصِفٌ حُسْنُ الِّسيْرَةِ صَالحُ
السَّرِيْرَةِ، مُسْتَقِيْمُ السِّيَاسَةِ
Artinya: “Seorang
penguasa yang adil, jujur, berperilaku baik, berjiwa bersih, dan berpolitik
lurus.”
Kategori orang saleh
ketiga adalah para
penguasa atau pemimpin yang adil, jujur dalam kata maupun tindakan, memiliki
jiwa yang bersih seperti ikhlas, rendah hati dan sederhana. Mereka juga memiliki cara berpolitik yang
menjunjung tinggi akhlak mulia. Mereka tidak mengabdi kepada kekuasaan itu
sendiri tetapi lebih pada tegaknya moral demi perdamaian dan kesejahteraan
bersama sebagaimana diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak
manusia di dunia ini.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Keempat,
غَنِيٌّ صَالِحٌ لَهُ مَالٌ طَيِّبٌ وَاسِعٌ يُنْفِقُهُ فِيْ
وُجُوْهِ اْلخَيْرَاتِ وَيُوَاسِي مِنْهُ الضُّعَفَاءَ
وَالمَسَاكِيْنَ ويُسِدُّ مِنْهُ حَاجَاتِ اْلمُحْتَاجِيْنَ
لَمْ يُمْسِكِ اْلمَالَ وَلَمْ يَجْمَعْهُ إلَا لِذَالِكَ، وَلِمَا فِي مَعْنَاهُ
مِنَ الخَيْرَاتِ وَاْلمَكْرُمَاتِ.
Artinya: “Seorang
hartawan yang saleh dengan memiliki harta yang bersih dan berlimpah,
dibelanjakan untuk amal-amal kebaikan dan untuk menyantuni kaum lemah dan
orang-orang miskin, serta untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang sedang
dalam kesulitan. Ia tidak menyimpan dan mengumpulkan hartanya itu kecuali untuk
maksud-maksud tersebut serta kebijakan-kebajikan dan santunan yang sesuai
dengan itu.”
Kategori orang saleh
keempat adalah para hartawan yang saleh. Mereka mendapatkan kekayaan yang besar
dengan cara bersih. Hartanya yang banyak tidak ditumpuk melulu untuk dipamerkan
kepada publik, tetapi sebagai persedian dan kesiapan untuk menyantuni kaum
lemah dan fakir miskin serta orang-orang yang membutuhkan bantuan karena
kesulitan. Jika hartanya kemudian menipis atau bahkan habis, misalnya, karena
digunakan untuk keperluan di jalan Allah dan bukan untuk menuruti hawa nafsu,
justru harta seperti inilah yang sejatinya tetap berada di tangan mereka hingga
alam akherat karena telah dikonversi menjadi harta spiritual berupa amal-amal
kebaikan untuk bekal hidup abadi di Sana.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Keempat kategori orang
saleh tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan bersama di dunia ini. Jika
salah satu saja tidak ada, maka kehidupan di dunia ini akan mengalami
ketimpangan. Maka harus ada dalam sebuah masyarakat orang-orang yang ahli
ibadah yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT memohon keselamatan
dan kebaikan bersama. Demikian pula harus ada orang-orang yang 'alim yang
'allamah yang senantiasa membimbing umat ke jalan yang benar
sebagaimana harus ada para pemimipin yang adil, jujur dan bersih serta adanya
orang kaya-kaya yang senantiasa menyediakan hartanya untuk menolong fakir
miskin yang memerlukan bantuan.
جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين،
وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ: أعوذ بالله من
الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ
مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Rabu, 20 Juni 2018
Ahli Kubur Juga Butuh THR
Oleh: Luluatul Mabruroh*
الدعاء للأموات بمنزلة الهدايا للأحياء
“Do’a bagi orang-orang yang mati itu kedudukannya seperti hadiah”
(Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin juz 2 halaman 184)
Tidak hanya muslim di dunia yang masih hidup yang menginginkan Tunjangan Hari Raya (THR) di hari yang fitri. Akan tetapi ahli kubur pun berharap hal yang sama. Oleh sebab itu, terhadap semua yang hidup di bunia senantiasa mengingat dan mengirimkan hadiah bagi mereka yang sudah berada di alam barzak. Hadis-hadis shohih tidak didapati mengenai keadaan alam barzakh di bulan Ramadan maupun di bulan syawal, akan tetapi pada bulan tersebut banyak kesempatan dan peluang bagi yang masih hidup di dunia untuk membantu ahli kubur meringankan dosa-dosa dan siksaan mereka di alam barzak. Hal itu dapat dilakukan dengan cara mendoakan dan menziarahi kuburan mereka. Tersebut dalam hadis bahwa salah satu amal orang mukmin yang tidak pernah putus hingga liang lahat adalah doa anak-anak yang salih.
Dalam tradisi ahlussunnah wal jamaah ziarah kubur dan tawassul merupakan hal yang diperbolehkan dan dianjurkan. Ulama bersepakat bahwa membaca Al Quran di atas kuburan mayit hukumnya tidak haram dan pelakunya tidak berdosa. Mereka secara eksplisit berpendapat demikian, di antaranya adalah Ibn Qudamah al Maqdisi al Hanbali yang berkata, “Segala bentuk qurban (Ibadah) yang dilakukan seseorang dan diberikan pahalanya untuk seorang mayit muslim akan bermanfaat baginya, Insyaallah. Sebagian ulama berpendapat apabila Al Quran dibaca di samping mayit atau pahalanya dihadiahkan kepadanya, maka pahalanya akan didapat oleh si pembaca, si mayit seolah-olah menghadiri pembacaan tersebut sehingga diharapkan ia mendapatkan rahmat darinya. Kami sependapat dengan hukum yang kami sebutkan ini. Dan ini adalah ijma’ kaum muslimin. Karena setiap waktu dan tempat mereka berkumpul, membaca Al Quran, dan menghadiahkannya kepada keluarga mereka yang telah wafat tanpa ada yang mengingkari”.
Syaikh Usmani juga mengutip ijma’ ulama mengenai hal tersebut melalui pernyataannya, “Ulama sepakat bahwa istighfar, do’a, shadaqah, haji dan memerdekan budak bermanfaat kepada mayit. Pahalanya pun sampai kepadanya. Membaca Al Quran di samping kuburan pun disunahkan”.
Adapun menghadiahkan pahala kepada mayit, apakah sampai atau tidak, mayoritas ulama berpendapat bahwa pahalanya sampai kepada mayit. Ulama madzhab Syafi’i berpendapat sampainya pahala tersebut seperti halnya berdoa untuknya, seperti berdoa, “ Ya Allah jadikanlah pahala bacaanku ini untuk si Fulan,” bukan menghadiahkan hakikat amal kepadanya. Perbedaan keduanya sangat tipis, masalah ini tidak patut diperdebatkan. Oleh sebab itu, mari kita berlomba-lomba untuk menghadiahkan pahala dzikir dan Al-Qur’an kepada orang-orang yang kita cintai di alam barzakh agar di hari nan fitri dan momen bulan Syawal ini mendapatkan rahmat dan ampunan Allah SWT.
Wallahu A’lam.
*Mahasiswi Unhasy dan santri di Pesantren Putri Walisongo Cukir
Minggu, 17 Juni 2018
Hukum Foto ‘Prewedding’ dalam Islam
3370
Oleh: Silmi Adawiya*
Menikah adalah menyatukan dua cinta dalam satu ikatan janji suci. Acara pernikahan banyak dinanti oleh setiap pasangan guna melanjutkan hubungan pada jenjang yang lebih serius. Oleh karena itu, calon pengantin sibuk mempersiapkan beberapa hal guna memeriahkan acaranya. Salah satunya dengan foto prewedding (prewed) yang bisa ditampilkan dikartu undangan, di ruang foto booth acara atau dipajang di pintu masuk gedung acara.
Lantas, benarkah kebiasaan anak muda jaman now tersebut? Sedikit kita menelaah fenomena tersebut dalam kajian Islam. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sebelum akad nikah terucap, calon mempelai pria adalah belum halal untuk mempelai wanita. Layaknya hukum haramnya pria memeluk wanita yang nonmahram.
Begitu pula dengan foto prewed yang biasa melakukan pose layaknya suami istri yang sudah menikah sekian lama. Foto tersebut tidak diperbolehkan karena statusnya belum sah. Sehingga berdua-duaan, saling berhias, dan bersentuhan yang berlebihan masih belum diperbolehkan, kita tahu bahwa segala perantara yang mendekati zina itu dilarang oleh Allah. Tersurat dalam QS: Al-‘Isra ayat 32:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”
Meskipun dalam proses foto prewed tersebut calon mempelai wanita menggunakan hijab, namun tetaplah Islam tidak memperbolehkan ikhtilat, yaitu bercampurnya laki-laki dan perempuan dengan tujuan tertentu tanpa adanya batas yang memisahkan mereka. Dari ‘Umar bin Al-Khattab, ia berkhutbah di hadapan muslim di Jabiyah, lalu ia membawakan hadits nabi berikut:
لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا وَمَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ
“Janganlah salah seorang di antara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiapa yang bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya maka dia adalah seorang yang mukmin.”
Pose yang diarahkan dalam proses prewed kebanyakan menunjukkan keromantisan sebuah pasangan. Jarak yang minim antar keduanya membuat kulit bersentuhan dengan sangat sengaja. Bahkan sebagian menganggapnya hal yang biasa jika menggunakan pose layaknya suami istri, karena mereka akan segera menikah. Iya mereka akan menikah, bukan telah menikah. Sehingga hukum suami istri akan halal jika ia sudah menikah. Bukan akan menikah.
Ancaman yang cukup berat dalam hadits sebagai berikut:
لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ
“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.”
Quraish Shihab sedikit memaparkan pembelajaran perihal ini dalam tayangan “tafsir Al-Misbah” di Metro TV. Menurutnya walaupun seseorang tersebut akan menikah, seyogyanya mereka harus memperhatikan aturan dalam Islam. Terlebih bagi sang fotografer seharusnya tidak mengarahkan pada pose saling peluk memeluk, mungkin bisa megarahkan hanya duduk-duduk yang disaksikan orang lain. Dengan begitu, mereka lebih menjaga dan tidak menyalahi aturan.
Sekali lagi Quraish Shihab menekankan, bahwa yang menjadi persoalan bukan pada foto prewednya. Melainkan, pose kedua insan, yang statusnya di mata agama masih belum resmi menjadi suami istri. Sehingga, dua insan berlainan jenis tetap harus menjaga diri.
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Irfan Helmi di Cilandak Jakarta. Bahwa hakikatnya pemotretan prewedding yang banyak dilakukan oleh seorang fotografer adalah haram. Hal itu disebabkan dalam pemotretannya selalu menggambarkan perilaku khalwat, ikhtilat, dan seringnya kasyful aurat. Adapun faktor yang paling puncak yang menyebabkan banyaknya calon pengantin mendatangi fotografer untuk pemotretan adalah tren.
Namun, yang perlu digarisbawahi, pemotretan prewedding boleh dilakukan jika pasangan tersebut sudah melakukan akad, alias sah secara agama dan negara. Kemungkinan mereka hanya menunggu waktu seremonial resepsi saja. Kalau dalam kasus ini, maka boleh dan tidak diharamkan, asalkan keduanya memperhatikan aurat yang batasnya sudah digariskan syariat.
Jadi buat anda yang ingin mencantumkan foto pra resepsi, sebaiknya melangsungkan akad dulu agar sah dan resmi suami istri. Semoga para calon suami dan istri yang akan melangsungkan pernikahan dijadikan Allah keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Amin.
*Alumnus Unhasy Tebuireng dan PP. Walsongo Cukir Diwek Jombang, kini menempuh S2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)