Tulisan Berjalan

NIKMATILAH PEKERJAANMU NISCAYA KAMU AKAN MENEMUKAN KEBAHAGIAAN YG TERPENDAM

Sabtu, 11 Juni 2016

Ternyata Dalil Larangan Dzikir Berjamaah Tidak Shahih



Ternyata Dalil Larangan Dzikir Berjamaah Tidak Shahih

 Posted on November 24, 2015 by  Ustadz Dzorif Bin YahyaTernyata Dalil Larangan Dzikir Berjamaah Tidak ShahihOleh : Ustadz Dzorif Bin Yahya?Atsar Ibnu Mas`ud tentang larangan dzikir bersama itu tidak shahih !Di antara dalil yang dijadikan dasar argumentasi untuk menolak berzikir bersama adalah atsar dari sahabat Ibnu Masud ra. Dikisahkan bahwa Ibnu Masud melihat suatu kaum berdzikir bersama-sama dalam suatu majlis dengan suara keras dalam masjid kemudian beliau menyebut mereka sebagai pelaku bid`ah dan memerintahkan untuk mengusir mereka dari masjid.Mari kita lihat tanggapan para ulama mengenai atsar ini.Syaikh Ibnu Hajar al-Haitsami mengomentari atsar tersebut :وَأَمَّا ما نُقِلَ عن ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّهُ رَأَى قَوْمًا يُهَلِّلُونَ بِرَفْعِ الصَّوْتِ في الْمَسْجِدِ فقال ما أُرَاكُمْ إلَّا مُبْتَدِعِينَ حتى أَخْرَجَهُمْ من الْمَسْجِدِ فلم يَصِحَّ عنه بَلْ لم يَرِدMengenai apa yang dinukilkan dari sahabat Ibnu Mas`ud bahwa beliau melihat suatu kaum bertahlil dengan suara keras di masjid kemudian berkata, “Aku yakin kalian adalah ahli bid`ah.” Kemudian beliau mengusir mereka dari masjid. Atsar ini tidak benar berasal dari beliau dan tidak datang yang seperti itu. (Fatawa Fiqhiyah Kubro)Imam Munawi mengatakan hal yang hampir serupa, beliau berkataوأما ما نقل عن ابن مسعود من أنه رأى قوما يهللون برفع الصوت في المسجد فقال ما اراكم إلا مبتدعين وأمر بإخراجهم فغير ثابت. وبفرض ثبوته يعارضه ما في كتاب الزهد لأحمد عن شفيق بن أبي وائل قال هؤلاء الذين يزعمون أن عبد الله كان ينهى عن الذكر ما جالسته مجلسا قط إلا ذكر الله فيه ، وأخرج أحمد في الزهد عن ثابت البناني : إن أهل الذكر ليجلسون إلى ذكر الله وإن عليهم من الآثام مثل الجبال وغنهم ليقومون من ذكر الله ما عليهم منها شئ اه.Adapun yang dinukilkan dari sahabat Ibnu Mas`ud bahwa beliau melihat suatu kaum bertahlil dengan suara keras di masjid kemudian berkata, “Aku yakin kalian adalah ahli bid`ah.” Kemudian beliau memerintahkan untuk mengusir mereka. Atsar ini tidak tsabit (tetap). Kalau pun kita anggap atsar ini tetap, Atsar ini bertentangan dengan yang diriwayatkan dalam kitab Zuhud milik Imam Ahmad dari Syaqiq bin Abi Wa`il berkata, “Mereka berpikir bahwa Abdullah melarang dari suatu dzikir, sungguh tidaklah aku berkumpul dengannya dalam satu perkumpulan pun kecuali disana dilakukan dzikir kepada Allah.” Imam Ahmad juga meriwayatkan, dari Tsabit al Banana, “Sesungguhnya ahli dzikir mereka duduk untuk berdzikir kepada Allah. Ketika itu mereka memiliki dosa seperti gunung Lalu sungguh mereka berdiri dalam keadaan tidak memiliki sedikut pun dosa. (Faidhul Qodir)Imam Suyuthi berkomentar tentang atsar tersebut :هذا الأثر عن ابن مسعود يحتاج إلى بيان سنده ، ومن أخرجه من الأئمة الحفاظ في كتبهم وعلى تقدير ثبوته فهو معارض بالأحاديث الكثيرة الثابتة المتقدمة وهي مقدمة عليه عند التعارض ،Atsar dari Ibnu Masud ini perlu diteliti sanadnya dan siapa yang mengeluarkan daripada imam hufadz di kitab-kitab mereka. Kalau pun kita kira-kirakan atsar ini ada maka ia bertentangan dengan hadits-hadits shohih yang banyak dan tetap yang terdahulu. Maka hadits hadits tersebut didahulukan ketika terjadi pertentangan. (al Hawi)Al-Alusi mengomentari atsar tersebut :لا يصح عند الحفاظ من الأئمة المحدثينIni tidak shohih menurut para hafidz daripada para imam ahli hadits. (Ruhul Maani)Maka jelaslah sudah bahwa berdzikir berjamaah bukan suatu bidah. Sangat tendesius jika kita menggunakan satu dalil lemah untuk meruntuhkan banyak dalil-dalil shohih.Bahkan, melihat betapa besarnya ganjaran yang diberikan bagi mereka yang berkumpul untuk berdzikir, maka perkumpulan dzikir itu dihukumi sunnah dan dianjurkan. Al Imam Nawawi mengatakan :اعلم أنه كما يُستحبُّ الذكر يُستحبُّ الجلوس في حِلَق أهله، وقد تظاهرت الأدلة على ذلكKetahuilah bahwa sebagaimana disunahkan untuk berdzikir begitupula sunah hukumnya duduk di halaqoh (perkumpulan) dzikir, sungguh dalil-dalil telah saling menguatkan mengenai hal ini (Adzkar Nawawi)