Tulisan Berjalan

NIKMATILAH PEKERJAANMU NISCAYA KAMU AKAN MENEMUKAN KEBAHAGIAAN YG TERPENDAM

Rabu, 21 November 2012

Amalan Hari Asyura

Amalan Hari Asyura

Saat ini kita masih berada di bulan yang sangat mulia yaitu, bulan Muharram. Bulan Muharram adalah bulan yang istimewa, menyimpan banyak makna yang patut ditafakkuri dan ditadabburi. Muharram tidak saja menandai awal tahun menurut penanggalan Islam, namun di dalamnya juga tersimpan hari mulia "Asyura" yang mencatat sejarah penting dan senantiasa dikenang, diperingati ditafakkuri dan ditadabburi oleh umat beragama samawi. 
Menurut sebagian riwayat, hari Asyura dikenang sebagai hari dimana Allah menerima taubat nabi Adam, Allah mengeluarkan nabi Nuh dari kapalnya, Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim dari api raja Namrud, Allah menurunkan Taurat kepada nabi Musa, Allah menyelamatkan Yusuf dari penjara, Allah mengembalikan penglihatan nabi Ya'qub, Allah menyembuhkan nabi Ayub dari segala penyakit, Allah mengeluarkan nabi Yunus dari perut ikan. 
Pada hari itu juga diriwayatkan Allah membelah laut untuk nabi Musa dan Bani Israil agar selamat dari kejaran Fir'aun. Itulah sebabnya umat Yahudi dan umat Nasrani mengagungkan hari ini. Nabi Nuh dan Musa diriwayatkan melakukan puasa pada hari ini sebagai ekpresi syukur kepada Allah atas kemenangan yang diberikan kepadanya. Umat Yahudi melakukan puasa pada hari Asyura dan menjadikannya sebagai hari raya. 

Konon pada hari Asyura ini, Allah juga memberikan ampunan kepada nabi Dawud, Allah memberikan kerajaan kepada nabi Sulaiman dan pada hari itu juga Allah mengumumkan ampunan mutlak utk dosa yang telah lewat dan akan datang kepada nabi Muhammad s.a.w. 

Konon kaum Quraish di masa jahiliyah juga melakukan puasa pada hari Asyura dan mereka menjadikannya hari keramat dimana pada hari itu mereka menjalankan tradisi mengganti kiswah atau selambu Ka'bah. 

Ketika Rasulullah berhijrah, beliau mendapati penduduk kota Madinah melakukan puasa pada hari Asyura. Seorang Yahudi mengatakan kepada Rasulullah bahwa Asyura adalah hari agung dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari ancaman musuhnya, sehingga Musa berpuasa pada hari itu, Rasulullah pun menjawab "Aku lebih berhak atas Musa dari kalian"(Sahihain), lalu beliau berpuasa dan memerintahkan umatnya berpuasa. 

Pada masa awal Islam, puasa Asyura adalah wajib bagi setiap muslim hingga turun ayat yang mewajibkan puasa bulan Ramadhan. 
وعن عائشة قالت " كان رسول الله صلي الله عليه وسلم أمر بصيام يوم عاشوراء قبل أن يفرض رمضان فلما فرض صيام رمضان كان من شاء صام عاشوراء ومن شاء أفطر " رواه البخاري ومسلم
Di mata Rasulullah s.a.w. hari Asyura begitu istimewa, beliau senantiasa melaksanakan puasa pada hari ini dan memerintahkan umatnya berpuasa demi rasa solidaritasnya kepada saudara seperjuangannya Nuh dan Musa a.s., bahkan pada tahun terakhir kehidupan Rasulullah beliau bersabda sebagaiman diriwayatkan Imam Muslim dari Ibnu Abbas r.a.:
لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ
"Insya Allah tahun depan saya juga akan berpuasa (mulai tanggal 9 Muharram)" namun ajal telah menjemput beliau sebelum sempat menyempurnakan tahun itu. 

Asyura bagi umat Islam juga menampilkan kilas balik tragedi Karbala yang telah merenggut nyawa kedua cucu tercinta Rasulullah s.a.w, Hasan r.a. dan Husain r.a.. Lebih dari itu Karbala adalah tragedi yang menyadarkan kita betapa anarkisme, kekerasan dan tindakan tidak berperikemanusiaan telah menjadi noktah hitam sejarah umat Islam yang tidak akan pernah layak untuk terulang kembali. 

Pada peristiwa Asyura ini juga mengingatkan kepada kita akan pentingnya dialog dan betapa semangat mengembangkan dialog dan komunikasi yang baik, dalam membangun kehidupan beragama penting untuk dilakukan. Dialog ini perlu kita tumbuh kembangkan dan budayakan baik dalam konteks internal agama maupun dalam konteks lintas agama. Banyak sekali permasalahan dan konflik keagamaan yang dewasa ini muncul di kalangan kita adalah karena makin jauhnya kita dari semangat berdialog dengan baik. Dialog adalah adalah satu-satunya bahasa yang harus terus kita kembangkan dalam membangun komunikasi agama di masa mendatang.

Masyarakat kita juga banyak menjalankan berbagai tradisi beragam berkaitan dengan hari Asyura ini. Ada yang mengadakan pesta rakyat, saling memberi sedekah dan tradisi-tradisi lainnya. Ini menandakan betapa mengakarnya hari Asyura dalam tradisi dan budaya sebagian masyarakat kita. Tradisi dan kebiasaan yang baik dapat kita kembangkan dan lanjutkan, sedangkan tradisi yang merusak dan kurang baik harus ditinggalkan.
Inilah beberapa Keutamaan hari Asyura' yang diajarkan oleh tuntunan kita Nabi Muhammad s.aw.:

1. Puasa hari Asyura'
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang puasa Asyura', maka beliau menjawab: 
"Ia menghapuskan dosa tahun yang lalu." (HR. Muslim (1162), Ahmad 5/296, 297). 
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Karena itu, pantas jika Ibnu Abbas menyatakan : "Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada suatu hari karena ingin mengejar keutamaannya selain hari ini (Asyura') dan tidak pada suatu bulan selain bulan ini (maksudnya: Ramadhan)." (HR. Al-Bukhari (2006), Muslim (1132)). 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : 
"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Allah yang bernama Muharram. (HR. Muslim,1163). 

Ada yang mengatakan puasa dilakukan pada tanggal 9 dan 10 Muharram karena keduanya pernah dilakukan Rasulullah dan sahabatnya. Namun ada yang mengatakan bahwa Asyura hanya tanggal 10 Muharram. Puasa yang kita lakukan, tentunya mempunyai kandungan makna yang cukup mendalam dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat, karena menanamkan kepada kita nilai-nilai pengorbanan, perjuangan, solidaritas antar umat beragama, tenggang rasa dan yang terpenting semangat anti kekerasan dan anti anarkisme dalam setiap upaya dan perjuangan kita. 

2. Beramal baik
Pada hari Asyura' ini karena merupakan salah satu hari khusus bagi umat Islam, maka juga dianjurkan untuk melakukan amal baik, seperti bersedekan, memperbanyak ibadah dan amal baik lainnya.
Semoga puasa Asyura dan amal baik kita diterima Allah dan mampu mencerminkan makna yang terkandung di dalamnya.