Tulisan Berjalan

NIKMATILAH PEKERJAANMU NISCAYA KAMU AKAN MENEMUKAN KEBAHAGIAAN YG TERPENDAM

Minggu, 21 April 2013

IPHI Desak Sinetron Hina Haji distop



IPHI Desak Sinetron Hina Haji distop
Jakarta-Kecaman terhadap sinetron yang menampilkan sosok Haji dan tokoh agama berperangai buruk terus menuai protes.

Kali ini protes datang dari Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI). IPHI dengan keras meminta sinetron penghinaan kepada status Haji tersebut segera dihentikan.

Ketua Umum IPHI, H. Kurdi Mustofa, mengatakan, status haji dalam Islam merupakan puncak pelaksanaan ibadah yang mulia dari rukun Islam yang kelima.
Status haji ini, kata dia, bukan hanya sebatas status di masyarakat semata. Tetapi bagaimana memposisikan diri menjadi insan yang lebih bertakwa kepada Allah SWT, dengan status tersebut.

“Kita minta hentikan tayangannya. Karena para pembuat sinetron harus memahami status ini, dan tidak hanya melihat kasuistik di masyarakat semata,” ujar Kurdi kepada Republika, Kamis (18/4).

Kisah tokoh haji yang diceritakan sudah tiga kali naik haji dan menyombongkan diri dengan statusnya itu sangat menciderai perasaan komunitas persaudaraan haji.
Penokohan sosok haji seperti Haji Muhidin di Sinetron Tukang Bubur dinilai pria yang pernah menjadi Sekretaris Pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhotono ini sangat berlebihan, karena selalu menekankan status haji yang ia sandang.

Kurdi pun mengungkapkan keluhan anggota persaudaraan haji dengan tayangan sinetron lainnya dengan konten haji yang hampir sama, yakni ‘Haji Medit’. Menurut Kurdi, bagaimana mungkin sinetron tersebut dengan gamblang memasangkan terminologi haji dengan sifat kekikiran.

Kurdi meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bertindak lebih tegas lagi, tidak hanya menunggu laporan dari masyarakat baru akan berbuat. 
“KPI seharusnya sejak awal sudah sensitif dengan tayangan ini, jangan menunggu masyarakat resah baru bertindak,” katanya.(republika)

Soal 'Tukang Bubur Naik Haji', RCTI Siap Penuhi Panggilan KPI



Senin, 22 April 2013, 06:10 WIB
Komentar : 0
kpi
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
A+ | Reset | A-
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- RCTI menyatakan akan memenuhi panggilan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terkait laporan soal sinetron yang dianggap merendahkan simbol Islam. 

Dalam konfirmasinya ke Republika, Sekretaris Perusahaan RCTI, Adjie S. Soeratmadjie mengatakan, pihaknya bersedia hadir dan menjelaskan sesuai keinginan KPI. 

Ia mengungkapkan, sebenarnya tidak ada masalah dari isi sinetron yang dikeluhkan masyarakat tersebut.

"Tapi akan kita lihat poin apa yang menjadi keberatan. Karena kami pun belum mendapatkan masalah resminya dari KPI, baru mendengar berita dari media kalau itu dianggap tidak sesuai," ujar Adjie saat dikonfirmasi, Ahad (21/4).

Sebelumnya, Masyarakat TV Sehat meminta KPI mengambil sikap tegas kepada sejumlah tayangan sinetron di televisi yang telah mendeskreditkan Islam. 

Dalam pengaduannya kepada KPI, Pembina Masyarakat TV Sehat, Fahira Idris menyebutkan sejumlah serial sinetron yang dianggap telah merendahkan citra Islam. Diantaranya ada tayangan sinetron Haji Medit (SCTV), Islam KTP (RCTI), Tukang Bubur Naik Haji (RCTI), dan Ustad Foto Kopi (SCTV). 

"Tayangan-tayangan sinetron ini sangat merendahkan simbol umat Islam dengan menempatkan Islam sebagai 'tersangka' kejelekan," kata Fahira. 

(Buku) SANG PENGGERAK ILMU




Data buku

Biografi Ibnu Khaldun: Kehidupan dan Karya Bapak Sosiologi Dunia


Muhammad Abdullah Enan

Machnun Husein

Zaman, Jakarta, 2013

224 hlm

IBNU KHALDUN, mahaguru dan penghimpum pelbagai pengetahuan. Ibnu Khaldun terus diingat, tercatat di lembaran sejarah peradaban di Timur dan Barat. Pengakuan dan penghormatan diberikan atas segala ikhtiar penulisan dan sebaran pelbagai pengetahuan, melintasi negara dan menapaki waktu ratusan tahun. 

Buku-buku ampuh terwariskan, menjadi rujukan sejarah, sosiologi, ekonomi, politik. Ibnu Khaldun telah mengajarkan gairah literasi, tampil sebagai intelektual mumpuni.

Buku-buku biografi tentang Ibnu Khaldun atau ulasan-ulasan untuk sekian buku telah dituliskan, beredar di Timur Tengah, Afrika, Eropa, Amerika, Asia. Arus sejarah keilmuan selalu menempatkan Ibnu Khaldun di urutan depan, sang pemula dalam perumusan pelbagai ilmu modern. Lakon Ibnu Khaldun bermula di Tunisia, 27 Mei 1332. Tokoh ini memiliki silsilah keluarga dari kalangan terhormat, pejabat dan intelektual. Ibnu Khaldun tumbuh dalam keluarga berliterasi, menggerakkan hidup dengan pergulatan intelektual.

Biografi Ibnu Khaldun selalu berurusan dengan kekuasaan. Sang mahaguru ini adalah manusia ambisius dalam ilmu dan jabatan. Pelbagai peran telah dijalankan selama mengabdi ke para penguasa. Poisisi sebagai penasihat, hakim, dosen dijadikan sebagai jenis pekerjaan untuk mendapatkan otoritas dan kehormatan. Situasi perebutan kekuasaan dan konflik politik di pelbagai negeri di Afrika Utara-Timur Tengah menempatkan Ibnu Khaldun dalam situasi pelik, bertendensi memilih merapat ke penguasa-penguasa resmi. Ambisi ini mengesankan ada hasrat politis berkaitan keinginan menekuni ilmu, mempersembahkan buku-buku fenomenal bagi laju peradaban modern. Ibnu Khaldun mengabdi ke sekian penguasa, berkelana ke pelbagai negara demi pengetahuan dan kehormatan.

Keterlibatan Ibnu Khaldun dalam konflik politik dan laku intelektual mengandung risiko, popularitas dan hukuman. Ibnu Khaldun pernah mengalami dipenjara selama dua tahun berdalih politik. Penghukuman ini memicu Ibnu Khaldun mencari keselamatan dan kebebasan, berpamrih agar masih bisa menekuni ilmu. Ibnu Khaldun memerlukan menulis puisi sepanjang 200 bait, berisi permintaan pengampunan dan belas kasihan. Puisi itu memang menjadi siasat mencari keselamatan. Ibnu Khaldun pun dibebaskan dari hukuman politik, melenggang terus ke jalan pengetahuan. Sejarah keintelektualan memang sering terkait dengan sejarah politik dan perlakuan penguasa terhadap kaum intelektual.

Kesibukan di dunia politik membuat Ibnu Khaldun jenuh. Pilihan untuk menjauh dari politik dialami selama dua tahun. Ikhtiar mencari ketenangan merangsang ambisi-ambisi keintelektualan. Ibnu Khaldun saat usia 45 tahun mulai rajin menulis risalah-risalah sejarah, menggarap tema-tema penting dalam pelbagai kajian pengetahuan. Keterpencilan dan kesepian justru meluapkan hasrat pengetahuan.

Buku fenomenal, Muqaddimah, dipersembahkan pada penguasa, Sultan Abul Abbas (1382). Prosesi untuk memberikan buku itu diawali pembacaan puisi sepanjang 100 bait gubahan Ibnu Khaldun. Persembahan buku berkaitan nasib Ibnu Khaldun, bersinggungan dengan hasrat berpolitik. Ibnu Khaldun mengucap puisi: “Di sini dalam sejarah waktu dan bangsa-bangsa/ Terselip pelajaran-pelajaran dan nilai-nilai diikuti orang adil/ Aku meringkas semua buku tentang bangsa-bangsa kuno.” Di bait-bait lanjutan, Ibnu Khaldun sengaja menjadikan Muqaddimah sebagai persembahan bagi penguasa dan negara.

Kehidupan sebagai intelektual berlanjut di Mesir. Ibnu Khaldun hidup di Mesir selama 23 tahun. Agenda-agenda politik ditinggalkan, Ibnu Khaldun memilih menekuni urusan intelektualitas. Di Mesir, Ibnu Khaldun melakukan koreksi-koreksi Muqaddimah. Keberadaan sekian perpustakaan memberi rangsangan untul lacak referensi. Pekerjaan sebagai dosen dan hakim semakin membesarkan otoritas keintelektualan. Pemikiran-pemikiran dan buku telah mendahului sampai ke Mesir, sebelum Ibnu Khaldun tiba dan hidup di Mesir.

Episode-episode kehidupan Ibnu Khaldun melahirkan buku-buku ampuh. Muqaddimah adalah warisan terbesar, rujukan pengetahuan bagi kaum intelektual di Timur dan Barat, selama ratusan tahun. Kemonceran Ibnu Khaldun di Eropa bermula dari publikasi buku Blibliotheque Oerientale (1697) susunan D’Harbelot. Buku ini memuat biografi dan pemikiran Ibnu Khaldun. Di abad XIX, terjemahan Muqaddimah mulai beredar di Eropa dalam pelbagai bahasa. Ibnu Khaldun jadi rujukan pengetahuan di Eropa. Kalangan sarjana Eropa menemukan warisan intelektual memukau di buku-buku garapan Ibnu Khladun. Eropa seolah menemukan terang bermula dari ensiklopedia pemikiran Ibnu Khaldun, mahaguru dari Timur.

Muhammad Abdullah Enan menganggap kebesaran Ibnu Khaldun mendahului-melampaui popularitas Machiavelli. Perbandingan ini dimaksudkan untuk mengerti kadar pengaruh Ibnu Khaldun bagi Eropa, makna Machiavelli bagi dunia. Machiavelli, penulis buku Il Prince, muncul seabad sesudah Ibnu Khaldun. Dua pemikir besar ini memiliki konsentrasi dalam pemikiran politik. Dunia seolah berubah oleh sebaran pemikiran mereka, dunia bergerak dengan buku. Ibnu Khaldun adalah sang pemula, perintis keilmuan bagi dunia. Jejak juga dimiliki oleh Machiavelli meski terlambat seabad.

Penerjemahan Muqaddimah dan buku-buku tentang Ibnu Khaldun di Indonesia juga menjadi selebrasi literasi mengacu ke sejarah peradaban Islam. Pembacaan dan tafsiran atas pemikiran-pemikiran Ibnu Khaldun memang tak pernah usang, memikat sepanjang masa. Di abad XXI, kita adalah ahli waris dari kerja literasi Ibnu Khaldun. Kita memiliki hak untuk menafsirkan mozaik pemikiran Ibnu Khaldun sesuai situasi zaman. Begitu. n

Bandung Mawardi, Pengelola Jagat Abjad Solo

Sumber: Lampung Post, Minggu, 7 April 2013