Tulisan Berjalan

NIKMATILAH PEKERJAANMU NISCAYA KAMU AKAN MENEMUKAN KEBAHAGIAAN YG TERPENDAM

Selasa, 29 April 2014

Mukmin Teladan


/Edwin Dwi Putranto
Orang berdoa
Orang berdoa
A+ | Reset | A-
Oleh: Muhbib Abdul Wahab

Setiap mukmin pasti ingin masuk surga. Karena masuk surga tidak gratis, tiket masuknya harus dipersiapkan atau dibeli selama hidup di dunia. Menjadi mukmin teladan, tentu saja merupakan jalan yang mengantarkannya masuk surga. 

Mukmin berasal dari kata iman,  mashdar dari aamana-yu’minu yang berarti memercayai, meyakini, membenarkan (dalam hati dan berikrar dengan lisan), dan menjamin atau memberi rasa aman.

Mukmin adalah orang yang memercayai keesaan Allah, meyakini kebenaran ajaran-Nya, dan menjamin adanya rasa aman sekaligus memiliki amanah dalam hidupnya sehingga ia menjadi orang yang tepercaya dan memiliki integritas tinggi. 

Sesungguhnya, beriman merupakan fitrah manusia. Kecenderungan bertauhid itu inheren dalam diri manusia sejak dalam kandungan. Sejak ruh ditiupkan, manusia memiliki sifat lahut (ketuhanan), mendekatkan diri kepada Allah.

Manusia juga memiliki ketergantungan dan kebutuhan spiritual untuk memohon petunjuk dan jalan kehidupan yang benar, baik, indah, dan membahagiakan. 

Mukmin harus beriman kepada Allah SWT karena ia merupakan bagian dari makrokosmos ciptaan Allah. Jalan terbaik yang harus dilalui manusia adalah mengikuti syariat-Nya dan meneladani sifat-sifat-Nya yang tecermin dalam al-Asma’ al-Husna.

Menjadi mukmin teladan merupakan sebuah perjuangan hidup yang harus ditempuh dengan keikhlasan, kesungguhan, dan konsistensi.
Beriman perlu diawali dengan penyerahan diri dengan mengucapkan dua kalimat syahadat bahwa Allah itu Esa dan Muhammad adalah Rasul-Nya.

Menjadi mukmin teladan harus dibarengi dengan memurnikan dan mendeklarasikan tauhid (la ilaha illa Allah) dalam arti luas, meliputi  pertama, tauhid ibadah (QS ad-Dzariyat: 56); kedua, tauhid kesatuan tujuan hidup (QS al-Baqarah: 201); ketiga, tauhid penciptaan (QS al-Baqarah: 29); keempat, tauhid kemanusiaan (QS al-Baqarah: 30), dan kelima, kesatuan sumber kebenaran dan petunjuk, pedoman hidup (QS al-Baqarah: 147)

Menjadi mukmin teladan juga harus dilanjutkan dengan membebaskan diri dari segala bentuk syirik, termasuk syirik politik, ekonomi, budaya, dan syirik hawa nafsu. 

Setelah berakidah tauhid, iman perlu dibuktikan dan ditumbuhkembangkan dengan amal saleh dilandasi ilmu yang memadai. Trilogi iman-ilmu-amal merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

Menurut Alquran, mukmin teladan adalah hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang. Mereka itu rendah hati, bertutur kata yang baik ketika bertemu dengan orang jahil,  bersujud dan tahajud pada malam hari, berdoa agar dijauhkan dari siksa Jahanam, tidak kikir dan tidak boros, tidak menyembah selain Allah, tidak membunuh jiwa kecuali dengan alasan yang benar, dan sebagainya (QS al-Furqan: 63-77).

Profil mukmin ideal dilukiskan Nabi SAW dengan empat perumpamaan. Pertama, mukmin itu bagaikan lebah; yang dimakan itu pasti baik, jika hinggap pada tanaman berbunga tak merusak atau mematahkan ranting dan dahannya. Kedua, mukmin itu ibarat dua tangan, yang satu mencuci tangan lainnya (saat berwudhu). 

Ketiga, mukmin itu ibarat sebuah bangunan yang saling menguatkokohkan. Keempat, mukmin itu bagaikan satu tubuh apabila salah satu anggotanya sakit, yang lainnya turut merasakannya.

Karenanya, mukmin teladan harus bisa bersatu padu, kompak, penuh persaudaraan dan kebersamaan, serta berbagi tugas dan fungsi dalam menyelesaikan masalah seperti lebah. 

Mukmin teladan dituntut memiliki etos kerja yang ikhlas, cerdas, keras, tuntas, berkualitas, dan memberi rasa puas bagi orang lain dengan disiplin dan produktivitas tinggi.

Dengan demikian, menjadi mukmin teladan tidak bisa instan. Iman yang kita miliki tidak cukup hanya sebatas iman taqlidi, tetapi harus ditindaklanjuti menjadi iman tahqiqi, yaitu iman yang disinergikan dengan ilmu dan amal saleh dan istiqamah. 

Senin, 28 April 2014

Toleransi: Mayoritas dan Minoritas


by Henri Shalahuddin
 Toleransi (tasamuh) adalah salah satu ajaran penting dalam Islam. Banyak kisah toleransi ditorehkan umat Islam, termasuk di Indonesia, negeri Muslim terbesar di dunia ini. Ada kisah menarik ditunjukkan warga muslim di kampung Arar, Mayamuk, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Gereja Immanuel untuk pemeluk Kristen di sini 100% dibangun oleh masyarakat Islam dan hanya berjarak 50 meter dari Masjid An-Nur.
Haji Yunus Mailibit, Imam Masjid An-Nuur menceritakan bahwa pada awalnya masyarakat Islam saja yang tinggal di Pulau Arar. Meraka berasal dari suku-suku Raja Ampat, Ternate, dan Biak. Untuk mendorong saudara-saudara yang beragama Kristen mendiami pulau itu, maka masyarakat Islam membangunkan gereja untuk mereka. Hal ini dibenarkan oleh Ketua Majelis Gereja Pieter Kami, suku Moi juga, dan Pendeta Marghareta Felis. (http://www.pgi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=326:oase-kerukunan-islam-kristen-di-indonesia&catid=97:artikel-a-kajian)
Anehnya, berbagai pihak masih saja memberikan gambaran buruk tentang toleransi beragama di Indonesia, dengan cara mengangkat kasus-kasus konflik keagamaan. Dalam masyarakat yang plural, perbedaan dan kadangkala konflik tentunya biasa terjadi. Tetapi tidak sepatutnya, kasus-kasus itu diangkat secara berlebihan sehingga menghilangkan gambar besar kerukunan umat beragama di Indonesia. Kasus-kasus tentang rumah ibadat biasa terjadi di berbagai daerah dan negara.
Jika tidak proporsional dalam mengangkat masalah, maka masyarakat internasional akan kehilangan gambaran yang sebenarnya terhadap toleransi beragama di Indonesia. Prof. Bilver Singh, dari Singapore Nasional University, pernah mengekspose data yang membalik opini masyarakat internasional tentang kondisi keagamaan di Timor Timur.
Seperti dikutip Adian Husaini, Singh menyimpulkan bahwa selama Timor Timur menjadi bagian NKRI yang terjadi adalah Katolikisasi, bukan Islamisasi!  Ternyata, selama 22 tahun sejak 1972-1994, jumlah pengikut Katolik di Timtim meningkat 356,3%, yaitu dari 27,8% menjadi 92,3%. Padahal, Portugis saja selama 450 tahun menjajah Timtim hanya mampu mengkatolikkan 27,8% orang Timtim. Adian menambahkan bahwa pertumbuhan pengikut Katolik itu di barengi dengan peningkatan pendirian Gereja di Timtim yang berkembang lebih cepat dibanding wilayah lain mana pun di dunia. (http://adianhusaini.com/index.php?option=com_content&view=article&id=71:umat-islam-tidak-toleran&catid=38:artikel&Itemid=53).
Lebih lanjut, Menteri Agama Suryadharma Ali pada 24/4/11 menjelaskan “Berdasarkan data statistik fakta di lapangan, justru tingkat pertumbuhan Gereja jauh lebih besar di banding Masjid. Dalam kurun waktu 1997 hingga 2004, pertumbuhan rumah ibadah Kristen sebesar 150 persen, Budha 360 persen, dan Hindu 400 persen. Sedangkan tingkat pertumbuhan rumah ibadah umat Islam hanya sebesar 64 persen.” (http://www.suara-islam.com/news/berita/nasional/2578-pertumbuhan-masjid-paling-kecil-dibanding-rumah-ibadah-lain).
Potret lain
Awal Juni 2012 lalu, penulis melakukan perjalanan ke beberapa daerah di NTT untuk kegiatan workshop dan seminar. Di daerah minoritas Muslim ini, seperti diceritakan sejumlah tokoh Muslim, toleransi warga mayoritas sudah mulai terbangun dan ada beberapa peningkatan. Misalnya, diberikannya hak pelajaran agama Islam bagi siswa muslim di sekolah-sekolah negeri. Di samping itu pembauran dan interaksi sosial juga terbina dengan baik. Hal ini diperkuat lagi menjelang musim pilkada, di mana para kontestan non muslim kerap bersilaturahmi kepada komunitas muslim untuk mencari dukungan suara. Kompensasinya mereka akan lebih memperhatikan kepentingan umat Islam.
Namun demikian, tak dipungkiri, adanya beberapa kasus diskriminasi yang menimpa umat Islam.  Inilah yang, misalnya, dialami warga pulau Kera yang hidup jauh dari standar kepatutan. Pulau kecil seluas 1,5 km persegi ini terletak persis ditengah-tengah pintu masuk kota Kupang dengan jarak tempuh sekitar 45 menit dengan menggunakan perahu motor. Pulau ini dihuni sejak 1919 dan saat ini warganya mencapai kurang lebih 78 kk (315 jiwa). Saat mengungjungi pulau ini, penulis melihat begitu sangat tidak memadainya kondisi kehidupan mereka. Mereka hidup di gubuk-gubuk reyot; tidak ada layanan pendidikan, kesehatan, air bersih, apalagi listrik. Pada musim hujan, ombak dan angin, mereka didera kelaparan karena akses keluar pulau sangat beresiko.
Kondisi ini diperparah lagi dengan tidak adanya pengakuan kependudukan dari pemerintah daerah setempat, sehingga mayoritas warga tidak memiliki KTP. Akibatnya, hal ini sangat menyulitkan warga pulau Kera yang berasal dari suku Bajo, Sulawesi Tenggara ini untuk mengurusi segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan, seperti pengurusan pernikahan, akte kelahiran, jaminan kesehatan masyarakat (JAMKESMAS), dll. Itulah “museum hidup” derita warga pulau Kera. Anehnya, menjelang pilkada biasanya ada yang membujuk mereka untuk memberikan suaranya kepada salah satu calon dengan tumpukan berbagai janji. Namun hingga saat penulis datang ke daerah itu, kondisi mereka masih sangat memilukan.
Kasus-kasus individual juga kadang terjadi. Sumber-sumber dari kalangan tokoh Muslim menceritakan, bahwa beberapa waktu lalu warga muslim berencana mendirikan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) di Oebobo, kota Kupang. Namun dengan alasan tertentu, ijin pendirian SDIT tidak diperoleh, akhirnya gedung yang sudah dipersiapkan digunakan untuk lokasi Taman Kanak-kanak. Sebuah kasus juga pernah dialami siswi sebuah SMA di Kupang. Ketika ada acara pengambilan foto untuk pembuatan kartu siswa, siswi tersebut diminta melepaskan jilbab dengan alasan  kebijakan sekolah.
Dalam masalah pembuatan KTP elektrik (e-KTP), seorang muslimah juga diminta membuka jilbab saat difoto. Muslimah ini lebih memilih pulang dan urung membuat KTP daripada harus buka jilbab. Insiden ini terjadi di kecamatan Maulafa. Suaminya kemudian melaporkan ke MUI Kupang. Alhamdulillah, setelah dilakukan pendekatan, kasus ini selesai dan Muslimah diijinkan membuat KTP dengan tetap memakai jilbab.
“Yang membuat kami resah di sini jika TV-TV nasional memberitakan kasus-kasus yang menimpa beberapa gereja di Jawa,” kata seorang dai yang sudah sejak 1965 bertugas di di NTT.  Bapak berusia 70 tahun ini becerita, saat terjadi kasus penyerangan Gereja di Temanggung, misalnya, sudah beredar SMS bahwa aka nada penyerbuan-penyerbuan masjid di Kupang. Akibatnya, masyarakat, polisi, dan juga beberapa pemuka agama Kristen berjaga-jaga dan berusaha menenangkan situasi.
Kasus demi kasus akan selalu terjadi. Sebab, Indonesia adalah negara plural. Akan tetapi, seperti diimbau oleh KH Hasyim Muzadi, seyogyanya, kasus-kasus itu diselesaikan secara internal. (***)

Minggu, 27 April 2014

Panjangnya Antrian Membuat Calon Jamaah Haji Menarik Pendaftarannya


Author:  Posted on 12:35 am
Jember-Panjangnya daftar tunggu haji reguler yang mencapai hingga tahun 2030 membuat sejumlah calon jamaah haji (CJH) asal Jember menarik pendaftarannya, dan berpindah ke haji khusus atau yang lebih dikenal dengan haji plus.
Hal tersebut diungkapkan kepala seksi haji dan umron kementerian agama Jember Misbahul Munir. Menurut Munir, CJH yang menarik pendaftaran dan berpindah ke haji plus biasanya memiliki biaya yang lebih.
Sehingga mereka tidak ingin menunggu lebih lama lagi untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah. Namun demikian Munir meminta kepada CJH untuk lebih berhati- hati dalam memilih penyelanggara haji plus. Jangan sampai kasus gagalnya jamaah haji di Jember kembali terulang, gara- gara pihak penyelanggara tidak bertanggung jawab.
Seperti diberitakan sebelumnya daftar antrian haji reguler saat ini hingga tahun 2030 mendatang. Itu artinya jika masyarakat mendaftar sekarang maka harus menunggu 16 tahun lagi untuk berangkat ke tanah suci.(kiss)

Kamis, 24 April 2014

Tadabbur Surat Al-Mudatsir: Penampilan Luar Dalam





Ilustrasi (Inet)
Ilustrasi (Inet)Sebuah tadabur surat Al-Mudatsir (yang berselimut): 74 Juz 29.Mukaddimah: Saatnya Mulai Bangdakwatuna.com – Surat al-Mudatsir diturunkan Allah di Makkah, setelah surat al-Muzammil sebagaimana urutannya dalam al-mushaf al-utsmâny [1]. Surat ini secara umum memiliki isi yang serupa dengan surat sebelumnya. Yaitu tentang perintah langsung Allah kepada Nabi Muhammad saw untuk menyerukan dakwahnya. Menyampaikan dakwah kepada kaum beliau. Selain itu, juga membicarakan tentang kondisi neraka dan orang-orang musyrik yang mengingkari dakwah Rasulullah saw [Jika dalam surat al-Muzammil Allah lebih menitikberatkan pada persiapan mental dan bekal seorang dai atau nabi yang akan mengemban risalah dakwah-Nya, maka dalam surat ini Allah memberitahukan langkah praktis yang mesti diambil seorang pengemban risalah“Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan!”(QS.74: 1-2)
Ini adalah sebuah seruan langsung. Untuk menanggalkan kemalasan dan melawat tabiat serta sesuatu yang disukai oleh manusia, yaitu bersantai-santai, tidur atau menjahui resiko dan bekerja keras. “Bangunlah. Lakukan sesuatu yang berarti. Peringatkan kaummu selagi masih ada kesempatan.” Kira-kira seperti itulah pesan Allah pada kekasih-Nya.
Inilah saatnya segera bangkit. Menyampaikan risalah Allah, karena yang memerintahkannya adalah Zat yang kekuasaan-Nya tanpa batas dan sudah memiliki semua jaminan.
Pertama“Dan Tuhanmu agungkanlah!” (QS.74:3)
Seorang penyampai risalah, baik dia seorang dai atau nabi sekalipun, dia harus mengagungkan Allah yang mengutusnya. Jika ia memahami hal ini dan benar- benar ia jiwai maka segala bentuk kemegahan, kebesaran dan kemewahan dunia akan kecil di matanya. Ia takkan tergiur oleh gemerlapnya dunia. Juga tidak akan silau dengan tipu kekuasaan dunia. Tidak pula takut oleh segala bentuk ancaman yang datang dari selain Allah. Siapapun dia, raja atau penguasa dari belahan dunia manapun. Kekuasaan dan kesombongannya tak akan ada yang bisa mengalahkan Yang Maha Perkasa dan Agung. Dan kelak Allah akan menghukum hamba-hamba-Nya yang berani menyombongkan diri. Sehingga tak akan ada kebesaran yang tersisa di dunia ini selain kebesaran dan keagungan-Nya [3].
Kedua“Dan pakaianmu bersihkanlah”. (QS.74: 4)
Setelah itu, ia perlu memperhatikan penampilan fisiknya, bersih dan menarik. Karena ini merupakan salah satu strategi marketing, dengan performance yang meyakinkan setidaknya kesan pertama akan dikenali oleh masyarakat saat berhadapan dengan kita. Karena itulah risalah yang dibawa Nabi Muhammad saw selalu sarat dengan kebersihan. Makin dalam dan matang keimanan seseorang maka ia akan semakin memelihara kebersihan. Pakaian yang suci menjadi syarat sahnya shalat.
Ketiga, “Dan perbuatan dosa tinggalkanlah”. (QS.74: 5)
Setelah ia memelihara kebersihan fisik, maka ia menyempurnakannya dengan kebersihan batin. Yaitu dengan menjauhi serta meninggalkan segala macam bentuk dosa. Ini adalah bentuk penaggalan hal-hal yang negatif dari dalam diri seorang dai. Dosa dan maksiat akan mengakibatkan hati seseorang terkotori sehingga kata-katanya juga tak akan lagi memiliki kekuatan. Penafsiran ini senada dengan apa yang dikatakan Ikrimah dan Ibrahim an-Nakha’iy [4]. Dan idealnya memang penampilan fisik yang bagus dibarengi dengan kebersihan hati dan kejernihan jiwa. Hal tersebut akan mengundang pesona dan kharisma yang sangat kuat.
Keempat“Dan Jangan kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak”. (QS.74: 6)
Keikhlasan merupakan penyempurnaan hati yang sudah dijauhkan dari dosa dan maksiat. Akhlak ini juga akan membuat seorang dai kuat dan tangguh. Kerja tanpa pamrih, dan kemurnian dakwah pun terjaga dengan jernihnya hati pelakunya. Larangan ini bertujuan agar para dai penerus dakwah para nabi terus berbuat dan berbuat,  lebih gigih berusaha dan ringan berkorban serta mudah melupakannya setelah itu[5]. Juga tak terlalu menganggap dirinya sudah berbuat banyak sehingga ia merasa hebat dan berjasa bagi orang banyak. Karena hanya orang berjiwa kerdillah yang selalu merasa besar. Sehingga satu-satunya harapan yang ia inginkan hanya dari Zat yang tak pernah habis kedermawanannya serta kepemilikannya tiada batas.
Kelima“Dan untuk (memenuhi) perintah Tuhanmu, bersabarlah”.(QS.74: 7)
Pesan terakhir ini mengindikasikan dan memberi isyarat bahwa dakwah Rasulullah saw tidaklah berjalan mulus dan otomatis mendapat penerimaan yang baik. Kesabaran dan persiapan mental yang telah disinggung dalam surat al-Muzammil setidaknya diharapkan membuat Rasul makin siap menerima reaksi apapun terhadap dakwah yang diserunya. Dan benar, Rasul pun mendapat reaksi yang sangat berat. Teror fisik dan psikis dihadapinya. Juga para pengikutnya tak henti-hentinya menerima acaman dan teror.
Sekilas tujuh ayat pertama ini terkesan sederhana. Tapi kandungan pesannya sangat luar biasa. Berangkat dari pijakan normatif inilah Rasulullah semakin kuat dan gigih dalam berdakwah. Tak takut lagi atas ancaman apapun yang akan menimpa atau diarahkan pada beliau, karena beliau memiliki Sang Penolong yang sangat hebat dan tak terkalahkan.
Hari yang Dijanjikan
Salah satu misi mengingatkan yang dibawa Rasul saw adalah dengan selalu dan terus mengingatkan kaumnya akan adanya hari kehancuran dan kebangkitan. Supaya orang–orang yang berbuat zhalim mau kembali kepada Allah. Setidaknya selama masih ada kesempatan untuk memperbaiki sebelum hari kepastian yang sudah ditentukan Allah itu datang.
“Apabila ditiup sangkala. Maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit. Bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah”. (QS. 74: 8-10)
Dan hari yang paling sulit bagi siapa saja. Karena setiap orang memikirkan nasibnya di depan pengadilan Sang Maha Adil. Pengadilan yang sangat transparan. Tak akan ada yang bisa disembunyikan. Dan orang-orang kafir akan memenuhi kesulitan yang berlipat-lipat.
Seperti halnya al-Wahid bin Mughirah yang akan mendapatkan pembalasan Allah kelak. Firman Allah berikut membicarakannya, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas dan Mujahid serta sebagian besar para ahli tafsir [6]“Biarkan aku bertindak terhadap orang yang aku telah menciptakannya sendiri”. (QS.74: 11). Ibnu Katsir menafsirkan, sendirian artinya saat ia dilahirkan. Tak ada harta, anak dan kekuasaan. Kemudian Allah memberikannya berbagai kenikmatan. “Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak. Dan anak-anak yang selalu bersamanya. Dan kulapangkan baginya (rezki dan kekuasaan) dengan selapang – lapangnya.” (QS.74: 12-14). Al-Walid bin Mughirah memiliki sepuluh anak. Tiga diantaranya masuk Islam, yaitu sang panglima Khalid bin Walid, kemudian dua adiknya Hisyam dan Ammarah[7].
Allah mengaruniakannya harta yang berlimpah. Juga anak-anak yang selalu dekat dengannya. Tapi hal ini tak membuatnya bersyukur dan lupa akan asal kejadiannya. Ia selalu tamak, “Kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya.” (QS.74: 15). Tapi itu takakan pernah dikabulkan oleh Allah, “Sekali-kali tidak (akan aku tambah), Karena Sesungguhnya dia menetang ayat-ayat kami (Al-Qur’an)”. (QS.74: 16)
Kelak, akan Allah memberikan hukuman yang setimpal atas dosa dan kesombongannya. “Aku akan membenahinya mendaki pendakian yang memayahkan”. (QS.74: 17). Sebuah kiasan akan beratnya beban yang ia tanggung di akhirat kelak. Siksa yang tak terbayangkan beratnya.
Kebohongan dan Kesombongan yang tak Terampuni
Sebelumnya selama di dunia al-Walid -juga orang–orang kafir- tak mengindahkan peringatan yang dibawa para nabi dan para dai. “Kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri. Lalu dia berkata, ‘(Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.’” (QS.74: 23-25).
Dan sebagai balasannya, Allah akan memberikannya sejelek-jelek hunian di dalam neraka. “Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) saqar. Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan, (Neraka saqar) adalah pembakar kulit manusia”. (QS.74: 26-29)
Selain panasnya yang tak tertahankan, neraka–neraka itu dijaga oleh para malaikat yang takakan membiarkan mereka sedikitpun beristirahat dan mengambil nafas.
“Dan diatasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). Dan tiada kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat. Dan tidaklah kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk menjadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan), ‘Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?’ Demikian Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk pada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melaikan Dia sediri, dan saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia”.(QS.74: 30-31)
Golongan Kanan
Jika orang-orang kafir di atas harus mempertanggun jawabkan semua perbuatannya, maka Allah akan memberi keleluasaan bagi orang-orang yang mengimani dakwah Rasulullah saw.
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Kecuali golongan kanan”. (QS.74: 38-39)
Bahkan mereka bisa menanyakan kondisi orang-orang yang diazab Allah. Hal demikian akan semakin membuat mereka bersyukur. Betapa beruntungnya orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Simaklah saat mereka bertanya kepada para penghuni neraka Saqar, “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. Dan kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya. Dan adalah kami mendustakan hari pembalasan. Hingga datang kepada kami kematian.’ Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at.’” (QS. 74: 42-48)
Hal di atas bisa kita ambil pelajaran. Bahwa para penghuni Saqar tersebut setidaknya memiliki empat kesalahan fatal.
Pertama, tidak mengerjakan shalat. Merupakan simbol keenganan untuk menundukan hati kepada Allah. Sebuah simbol keangkuhan. Simbol kesombongan yang sangat dimurkai oleh Allah, karena kebesaran hanya milik-Nya.
Kedua, tidak menunaikan zakat dan tidak menyayangi fakir miskin. Ini merupakan simbol kejahatan sosial. Menjadi sebuah akumulasi keburukan, setelah tak mampu menundukan kepala kepada Allah karena memusuhi fakir miskin dan kaum lemah berarti memusuhi Allah, Sang Pengasih yang sangat menyayangi mereka.
Ketiga, selalu membicarakan dan menggunjingkan kebatilan. Jika membicarakan sebuah kebatilan saja sudah dicela, apalagi kebatilan itu kemudian dipergunjingkan, disebarluaskan, dibisniskan. Maka merugi dan celakalah mereka yang mengambil keungtungan dibalik pergunjingan kebatilan ini.
Keempat, mengingkari adanya Hari Pembalasan. Jika Hari Pembalasan diingkari, maka orang-orang zhalim itu semakin menjadi–jadi. Tak ada lagi yang mereka takuti. Jika sangkaan mereka dibenarkan, maka berapa banyak orang-orang terzhalimi dan tertindas tak terlindungi. Lantas siapa yang akan membalas mereka? Kaum tertindas yang dijanjikan kemenangan dan pertolongan. Jika tak di dunia, mereka sangat mengharapkannya di akhirat. Sementara orang-orang zhalim itu ditangguhkan oleh Allah sampai datangnya Hari Pembalasan.
Di samping itu, hal ini menjadi dalil dan bukti bahwa ada dialog dan perbincangan yang terjadi pada penghuni surga dan neraka. Jika di surat ini penghuni surga menanyai penghuni neraka. Maka dalam surat lain para penghuni neraka meminta belas kasihan para penghuni surga yang sarat dengan berbagai kenikmatan.
“Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan), “Sesunguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami janjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?’ Mereka (penduduk neraka) menjawab, ‘Betul.’ Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumunkan di antara kedua golongan itu, ‘Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zhalim.’” [8].
Keterlambatan
Sangat aneh. Peringatan yang demikian jelas seperti di atas justru didustakan. “Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah).” (QS.74: 49). Padahal jika mereka mau menggunakan akalnya mereka takakan melakukan kebodohan itu. Karena hal tersebut hanya akan mendatangkan penyesalan kelak.
Kita telaah sejenak penggambaran Allah tentang kedunguan mereka,“Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut. Lari dari pada singa.” (QS.74: 50-51). Bukankah keledai adalah perumpamaan yang menghinakan? Binatang yang dungu, namun itu lebih baik karena ia tak memiliki akal untuk berpikir. Sementara orang-orang kafir itu diberi akal oleh Allah, tapi mereka tak mau menggunakannya. Jadi mereka lebih buruk dari keledai.
Peringatan yang diberikan Allah seharusnya mereka terima dengan lapang dada dan terbuka. Karena peringatan itu membuat dan menstimulus mereka untuk memperbaiki kualitas hidup dengan penghambaan yang benar kepada Allah. Tapi justru mereka lari menghindar, seperti menghindarnya keledai dari kejaran singa. Jika keledai tak mampu lari dari kejaran singa. Sanggupkah mereka lari dari takdir Allah? Menghindari keputusan dan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah? Atau dapakah mereka bersembunyi dari siksaan Allah yang telah menunggu mereka setelah Hari Perhitungan? Takakan ada yang bisa melarikan diri dari keputusan Allah!
Sebaik-baik Peringatan
“….Sesunguhnya al-Qur’an itu adalah peringatan. Maka barang siapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al-Qur’an). Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah) adalah Tuhan yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi ampun.” (QS.74: 54-56)
Al-Qur’an yang dibawa Rasulullah saw merupakan pengingat terutama bagi mereka yang mau membacanya dan mau berusaha memahaminya serta menginginkan kebaikan darinya. Beruntunglah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah serta dimudahkan untuk berinteraksi dan memahami al-Qur’an dengan baik.
Karena al-Qur’an adalah pedoman langgeng serta aturan yang berlaku untuk manusia dimana saja, sepanjang masa. Ia merupakan salah satu mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw. Dan hingga sekarang kemurnian al-Qur’an masih tetap terjaga, berbeda dengan kitab-kitab suci lainnya. Hal ini dikarenakan Allah menjaganya dari segala macam perubahan, penggantian, dan pengurangan isinya [9]. Sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw, al-Qur’an memiliki berbagai karakteristik yang mampu menunjukkan keagungannya. Di antaranya al-Qur’an sebagai kitab ilahy (wahyu dari Allah), kitab yang dijaga Allah, Mukjizat, jelas dan mudah dipahami, kitab agama yang integral (mencakup berbagai aspek kehidupan), kitab yang berlaku untuk sepanjang masa, dan kitab yang memiliki muatan humanisme [10].
Dan barang siapa yang mau berpegang teguh pada al-Qur’an maka ia akan lapang dalam menjalani hidup yang sarat dengan berbagai macam rintangan. Apalagi jika seorang nabi atau dai. Maka kedekatannya dengan Al-Qur’an menjadi spirit tersendiri yang akan menjadi ruh dan motivasi dakwahhnya. Wallâhu al-Musta’ân.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/04/25/50293/tadabbur-surat-al-mudatsir-penampilan-luar-dalam/#ixzz2zvuG4yIi 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Rabu, 23 April 2014

Pengantar Ilmu Hisab


Oleh : DR. Rinto Anugraha
Diposting oleh : admin
Pada 20 Oktober 2010


Islam sebagai agama Allah SWT sangat menekankan akan pentingnya ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dibaca dari ayat pertama yang turun kepada Rasulullah SAW yang berbunyi “Iqra’”, banyaknya ayat yang mengisyaratkan tentang ilmu pengetahuan di alam semesta, pujian dari Allah SWT kepada orang-orang yang berilmu, hingga banyaknya ilmuwan muslim di setiap generasi yang turut andil menyumbang peradaban bagi umat manusia.
Salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi ummat Islam adalah ilmu hisab atau ilmu falak. Ilmu hisab ini sangat berkaitan dengan ibadah penting yaitu shalat, puasa dan haji. Dengan ilmu hisab, waktu shalat fardhu dapat ditentukan dengan memahami pergerakan matahari. Sementara pergerakan matahari itu sendiri telah ditentukan posisinya. Allah SWT berfirman
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An-Nisa: 103)
Penentuan masuknya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah sebagai patokan untuk ibadah puasa dan haji dapat diprediksi dengan memahami pergerakan matahari dan bulan. Selain itu, dengan sedikit memahami ilmu matematika bola, arah Ka’bah yang menjadi qiblat shalat dapat pula diketahui dari segala posisi di bumi. Mengingat pentingnya ilmu hisab, maka ilmu ini sangat perlu dipelajari oleh ummat Islam.
Secara bahasa, kata “hisab” berasal dari haasaba – yuhaasibu – muhaasabatan – hisaaban. Kata hisab berarti perhitungan. Ilmu hisab memang bermakna ilmu untuk menghitung posisi benda langit (matahari, bulan, planet-planet dan lain-lain). Yang memiliki akar kata yang sama dengan kata “hisab” adalah kata “husban” yang berarti perhitungan. Kata “husban” disebutkan dalam Al Qur’an untuk menyatakan bahwa pergerakan matahari dan bulan itu dapat dihitung dengan ketelitian sangat tinggi.
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” (Ar-Rahman:5)
Sementara itu kata “falak” berarti garis edar, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Yaasin:40).
Dalam Al Quran, banyak dijumpai ayat-ayat yang berhubungan dengan fenomena alam. Setiap hari, matahari terbit di horizon timur, kemudian perlahan mulai meninggi hingga transit saat Zhuhur dan akhirnya terbenam di horizon barat. Akibat perubahan ketinggian matahari, panjang bayangan benda juga berubah-ubah. Fenomena ini diungkap dalam Surat Al Furqan:45.
Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu.”
Ilmu ini memiliki kaitan erat dengan astronomi. Namun secara umum ilmu hisab hanya mengambil bagian kecil dari astronomi yaitu mempelajari pergerakan matahari, bulan, bumi serta planet-planet lain di tata surya (solar system). Dengan mempelajari ilmu hisab, kita akan dapat menentukan arah qiblat, waktu sholat, serta posisi matahari dan bulan setiap saat. Selain itu, kalender Islam dapat pula dihitung, sehingga masuknya bulan-bulan penting dalam Islam seperti Muharram, Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah dapat diperkirakan. Dengan ilmu hisab, berbagai peristiwa alam yang menakjubkan seperti gerhana matahari, gerhana bulan, transit Merkurius dan Venus di matahari dapat pula dihitung dengan akurasi tinggi. Dan masih banyak lagi fenomena yang dapat ditelusuri melalui ilmu hisab.
Dengan mempelajari ilmu hisab, kita akan menemui sejumlah pertanyaan, diantaranya:
  • Kemanakah arah kiblat shalat jika kita berada di tempat seperti rumah kita sendiri, atau bahkan di kutub utara?
  • Bagaimanakah cara menentukan selisih hari antara 2 tanggal dengan cepat, misalnya antara tanggal 16 Juli 622 M (yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1 H) dengan tanggal 17 Agustus 1945?
  • Bagaimana menentukan konversi antara penanggalan Masehi dan Hijriah?
  • Bagaimana cara menentukan waktu shalat di suatu tempat pada hari tertentu, misalnya di tempat berkoordinat 20 LU (Lintang Utara) dan 12 BT (Bujur Timur) pada tanggal 20-12-2012?
  • Berapakah ketinggian bulan tepat saat matahari terbenam pada tanggal 27 Januari 2008 dilihat dari atas Monas dengan ketinggian sekitar 100 m dari permukaan laut?
  • Benarkah pada tanggal 21 Desember 2008 saat matahari ada di atas horison, di wilayah yang terletak di sebelah utara 22 derajat lintang utara (seperti Jepang, Eropa, Rusia dll), bayangan benda selalu lebih panjang daripada tinggi benda?
  • Bagaimana cara menentukan lintasan di permukaan bumi yang mengalami gerhana matahari total (total solar eclipse) pada tanggal 22 Juli 2009? Kapankah gerhana tersebut mulai dan berakhir? Berapakah lama waktu, dan lebar daerah yang terkena gerhana?
  • Berapakah lama waktu gerhana bulan total (total lunar eclipse) pada tanggal 21 Desember 2010?
  • Kapankah tepat terjadi bulan baru, seperempat pertama, bulan purnama dan seperempat akhir bulan pada Maret 2009?
  • Sebagai tambahan, dimanakah posisi seluruh planet di tata surya dilihat dari Jakarta pada tepat tengah malam setelah masuk tanggal 1 Ramadhan 1430 H?
Beberapa pertanyaan di atas barangkali dapat dijawab dengan menggunakan software-software yang bertebaran atau merujuk pada data di website astronomi. Namun ada beberapa catatan:
  • Software-software itu tentu disusun dengan rumus-rumus matematika/astronomi. Rumus-rumus itu tentu saja “tersembunyi” di balik software tersebut. Kita sebagai pengguna, hanya dapat memberikan input (masukan) dan kemudian keluar outputnya. Bagaimana prosesnya, dan bagaimana rumus itu sendiri, kita seringkali tidak mengetahui. Mungkin saja sebagian kita sudah cukup puas dengan hasil keluarannya. Namun khususnya bagi penulis, adalah penting untuk mengetahui prosesnya. Bagaimanapun juga, mengetahui rumus dasarnya adalah penting untuk memahami ilmu hisab ini secara utuh.
  • Rumus-rumus matematika/astronomi yang terdapat dalam ilmu hisab ini, menurut hemat penulis, bukanlah rumus yang sulit. Hanya dibutuhkan pengetahuan dasar matematika seperti aljabar biasa (tambah, kurang, kali, bagi, pangkat, akar), trigonometri (seperti sinus, cosinus, tangen serta inversinya). Memang beberapa rumus agak panjang. Bahkan jika kita ingin menentukan penghitungan dengan akurasi sangat tinggi, terkadang dibutuhkan penjumlahan (serta perkalian) yang melibatkan ribuan suku. Namun, jangan khawatir, ribuan suku atau misalnya hanya sepuluh suku, sama saja jika kita mengerti.
  • Penulis berharap agar pembaca dapat memahami ilmu hisab secara lebih utuh, tidak hanya mengerti secara populer saja. Karena itu dalam tulisan berseri berikut ini, tidak hanya pengetahuan populer sajaa, namun detail rumus-rumus dan angka-angkanya juga diberikan. Untuk memudahkan pembaca, rumus-rumus dan angka-angka perhitungan disusun dalam bentuk file Microsoft Excel. Format ini sengaja dipilih, karena mayoritas dianggap sudah familiar. Dalam file excel tersebut, pembaca tinggal mengisikan tanggal/koordinat atau data penting lainnya, dan seketika hasilnya dapat diperoleh. Keuntungannya, rumus-rumus dan angka-angka perhitungan dapat dilihat langsung, dipelajari dan diverifikasi. Rumus juga dapat dimodifikasi, atau mengabaikan angka-angka kecil yang tak terlalu signifikan. Tak tertutup kemungkinan, ada diantara pembaca yang ingin membuat software hisab dengan memanfaatkan data-data dalam file excel tersebut.
Penulis bermaksud membuat tulisan berseri tentang ilmu hisab. Harapan kami, tulisan ini dapat memberikan pencerahan bagi ummat, sehingga mampu berfikir cerdas dalam memahami persoalan seputar falak. Sebab hingga saat ini, ummat Islam masih disibukkan dengan perbedaan dalam menentukan kalender Islam. Tak jarang, perbedaan ini membuahkan kesalahpahaman dan perpecahan. Kita turut prihatin, jika sebagian ummat Islam belum dewasa berfikir dalam memahami perbedaan, termasuk dalam soal awal bulan. Menurut hemat kami, hingga saat ini perbedaan pendapat itu nampaknya masih menjadi sebuah keniscayaan, sehingga dibutuhkan landasan keilmuan yang mamadai untuk memahaminya. Disinilah ruang yang disediakan oleh penulis untuk mengisinya. Jika ummat sama-sama memiliki landasan keilmuan yang kokoh, perbedaan sudut pandang dan metode itu bukan tidak mungkin untuk didialogkan sehingga mencapai titik temu. Dengan demikian, energi ummat dapat disalurkan untuk hal-hal yang jauh lebih bermanfaat.


Dr. RINTO ANUGRAHA
Bekerja sebagai Dosen Fisika UGM Yogyakarta. Menamatkan program doktoral di Kyushu University, Fukuoka, Jepang pada bulan September 2008. Saat ini tinggal di Fukuoka melanjutkan program pascadoktoral di Kyushu University selama 2 tahun sampai dengan bulan September 2010 dengan sponsor dari JSPS.