Tulisan Berjalan

NIKMATILAH PEKERJAANMU NISCAYA KAMU AKAN MENEMUKAN KEBAHAGIAAN YG TERPENDAM

Rabu, 06 Maret 2013

Tren Baru di Kalangan Wanita Terpelajar Inggris: Menjadi Mualaf


Camilla Leyland dulu dan kini (Daily Mail/RoL)
dakwatuna.com – London. Berita ipar Tony Blair yang mengumumkan konversi keyakinannya menjadi Muslim akhir pekan lalu membuka banyak cerita tentang para mualaf di Inggris. Harian Daily Mail menurunkan topik tak biasa di halam depan mereka: tentang tren baru keyakinan di Inggris. Hasil temuan mereka menyebut, ada tren di kalangan perempuan terpelajar di Inggris — sebagian besar adalah wanita karier — yang memilih Islam sebagai keyakinan baru mereka.
Ipar Tony Blair, Lauren Booth, 43 tahun, mengatakan dia sekarang memakai jilbab yang menutupi kepala setiap kali meninggalkan rumah. Ia juga mengaku melakukan shalat lima kali sehari dan mengunjungi masjid setempat kapanpun dia bisa.
Lauren berprofesi sebagai wartawan dan penyiar televisi. Dia memutuskan untuk menjadi seorang Muslim enam minggu lalu setelah mengunjungi tempat suci Fatima al-Masumeh di kota Qom. “Ini adalah Selasa malam, dan saya duduk dan merasa ini suntikan morfin spiritual, hanya kebahagiaan mutlak dan sukacita,” ujarnya.
Sebelum pergi ke Iran, ia mengaku telah tertarik pada Islam dan telah menghabiskan banyak waktu untuk bekerja sebagai wartawan di Palestina. “Saya selalu terkesan dengan kekuatan dan kenyamanan berada di tengah-tengah Muslimin,” katanya.
Menurut Kevin Brice dari Swansea University, yang memiliki spesialisasi dalam mempelajari konversi keyakinan, menyatakan gelombang para wanita terpelajar Inggris yang beralih keyakinan menjadi Muslim merupakan bagian dari tren menarik.
“Mereka mencari inti spiritualitas, arti yang lebih tinggi, dan cenderung untuk berpikir secara mendalam sebelum memutuskan. Namun dalam konteks ini, saya menyebutnya fsebagai fenomena “mengkonversi kenyamanan”. Mereka akan menganggap agama adalah alat menyenangkan suami Muslim mereka dan keluarganya, tapi tidak akan selalu menghadiri masjid, berdoa, dan berpuasa,” ujarnya.
Benarkah demikian? Kristiane Backer, wanita 43 tahun dan mantan VJ MTV yang menjadi ikon kehidupan Barat liberal yang dirindukan remaja saat mudanya, menggeleng. “Masyarakat permisif yang saya dambakan ketika muda dulu ternyata sangat dangkal, tak memberi ketenteraman batin apapun,” ujarnya.
Titik balik untuk Kristiane muncul ketika dia bertemu mantan pemain kriket Pakistan dan seorang Muslim, Imran Khan pada tahun 1992. Dia membawanya ke Pakistan. Di negara kekasihnya itu, dia segera tersentuh oleh spirtualitas dan kehangatan dari orang-orang Islam di negara itu.
“Meskipun kemudian hubungan asmara saya dengan Imran Khan kandas, semangat saya mempelajari Islam tak turut kandas. Saya mulai mempelajari Islam dan akhirnya menjadi mualaf,” ujarnya.
Menurutnya, Islam adalah agama bervisi. “Di Barat, kami menekankan untuk alasan yang dangkal, seperti apa pakaian untuk dipakai. Dalam Islam, semua orang bergerak ke tujuan yang lebih tinggi. Semuanya dilakukan untuk menyenangkan Tuhan. Itu adalah sistem nilai yang berbeda,” tambahnya.
Untuk sejumlah besar wanita, kontak pertama mereka dengan Islam berasal dari kencan pacar Muslimnya. Lynne Ali, 31, dari Dagenham di Essex, mengakuinya. Di masa lalu, hidupnya hanyalah pesta. “Aku akan pergi keluar dan mabuk dengan teman-teman, memakai pakaian ketat dan mengerling siapapun lelaki yang ingin aku kencani,” ujarnya.
Di sela-sela pekerjaannya sebagai DJ sebuah kelab malam papan atas London, ia menyempatkan ke gereja. Tetapi ketika ia bertemu pacarnya, Zahid, di universitas, sesuatu yang dramatis terjadi.”Dia mulai berbicara kepadaku tentang Islam, dan itu seolah-olah segala sesuatu dalam hidupku dipasang ke tempatnya. Aku pikir, di bawah itu semua, aku pasti mencari sesuatu, dan aku tidak merasa hal itu dipenuhi oleh gaya hidup hura-huraku dengan alkohol dan pergaulan bebas.”
Pada usia 19 tahun, Lynne memutuskan menjadi mualaf. “Sejak hari itu pula, aku memutuskan mengenakan jilbab,” ujarnya. “Ini adalah tahun ke-12 rambut saya selalu tertutup di depan umum. Di rumah, aku akan berpakaian pakaian Barat normal di depan suami saya, tapi tidak untuk keluar rumah.”
Survei YouGov baru-baru ini menyimpulkan bahwa lebih dari setengah masyarakat Inggris percaya Islam adalah pengaruh negatif yang mendorong ekstremisme, penindasan perempuan dan ketidaksetaraan. Namun statistik membuktikan konversi Islam menunjukkan perkembangan yang signifikan. Islam adalah, setelah semua, agama yang berkembang tercepat di dunia. “Bukti menunjukkan bahwa rasio perempuan Barat mengkonversi untuk laki-laki bisa setinggi 2:1,” kata sosiolog Inggris, Kevin Brice.
Selain itu, katanya, umumnya perempuan mualaf ingin menampilkan tanda-tanda dari agama baru mereka – khususnya jilbab – walaupun gadis Muslim yang dibesarkan dalam tradisi Islam justru malah memilih tak berjilbab. “Mungkin sebagai akibat dari tindakan ini, yang cenderung menarik perhatian, Muslim mualaflah yang sering melaporkandiskriminasi terhadap mereka daripada mereka yang menjadi Muslimah sejak lahir,” tambahnya.
Hal itu diakui Backer. “Di Jerman, ada Islamophobia. Saya kehilangan pekerjaan saya ketika saya bertobat. Ada kampanye untuk melawan saya dengan sindiran tentang semua Muslim mendukung teroris – intinya saya difitnah. Sekarang, saya presenter di NBC Eropa,” ujarnya.
Hal itu diamini Lyne. “Aku menyebut diriku seorang Muslim Eropa, yang berbeda dengan mereka yang menjadi Muslim sejak lahir. Sebagai seorang Muslim Eropa, saya mempertanyakan segala sesuatu – saya tidak menerima secara membabi-buta. Dan pada akhirnya harus diakui, Islam adalah agama yang paling logis secara logika,” ujarnya.
“Banyak perempuan mualaf di Inggris juga mengkonversi agamanya karena tertarik dengan kehangatan hubungan di antara sesama Muslim. “Beberapa tertarik untuk merasakan kembali nilai-nilai yang telah mengikis di Barat,” kata Haifaa Jawad, dosen senior di Universitas Birmingham, yang telah mempelajari fenomena konversi agama. “Banyak orang, dari semua lapisan masyarakat, meratapi hilangnya tradisi menghargai orang tua dan perempuan, misalnya. Ini adalah nilai-nilai yang termuat dalam Quran, yang umat Islam harus hidup dengannya,” tambahnya Brice.
Nilai-nilai seperti ini pula yang menarik Camilla Leyland, 32, seorang guru yoga yang tinggal di Cornwall, pada Islam. Ia seorang ibu tunggal untuk anak, Inaya, dua tahun. Ia mengaku menjadi Muslim pada pertengahan usia 20-an untuk ‘alasan intelektual dan feminis’.
“Aku tahu orang akan terkejut mendengar kata-kata ‘feminisme’ dan ‘Islam’ dalam napas yang sama, namun pada kenyataannya, ajaran Alquran memberikan kesetaraan kepada perempuan, dan pada saat agama itu lahir, ajaran pergi terhadap butir masyarakat misoginis,” tambahnya.
Selama ini, orang salah memandang Islam, katanya. “Islam dituduh menindas wanita, namun yang aku rasakan ketika dewasa, justru aku merasa lebih tertindas oleh masyarakat Barat.”
Tumbuh di Southampton – ayahnya adalah direktur Institut Pendidikan Southampton dan ibunya seorang
ekonom – Camilla pertama kali bersinggungan dengan Islam di sekolah. Ia mengenal Islam saat kuliah dan kemudian mengambil gelar master di bidang Studi Timur Tengah. Ketika tinggal dan bekerja di Suriah, ia menemukan pencerahan spiritual.
Merefleksikan apa yang dia baca di Alquran, ia menyadari bahwa islamlah yang dicarinya selama ini. “Orang-orang akan sulit untuk percaya bahwa seorang wanita yang berpendidikan tinggi dari kelas menengah akan memilih untuk menjadi Muslim,” katanya, menirukan komentar ayahnya saat itu. Namun ia mantap menjadi Muslimah.
Kini, ia yang mengaku tak pernah meninggalkan shalat lima waktu tapi belum berjilbab ini menyatakan dirinya telah “merdeka”. “Saya sangat bersyukur menemukan jalan keluar bagi diri saya sendiri. Saya tidak lagi menjadi budak masyarakat yang rusak.” (Siwi Tri Puji B/Daily Mail/RoL)


Sumber:http://www.dakwatuna.com/2010/10/9743/tren-baru-di-kalangan-wanita-terpelajar-inggris-menjadi-mualaf/#ixzz2MolKOqb5 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Rahasia di Balik Pengunduran Diri Paus Benediktus XVI





Pausdakwatuna.com - Seorang peneliti Saudi mengungkapkan dalam perbandingan agama, kristenisasi dan urusan Vatikan, Direktur Essam tentang alasan sebenarnya Paus Vatikan yang mengumumkan niatnya untuk mengundurkan diri, yang mengguncang komunitas Katolik di seluruh dunia, sebagai Paus pertama kali yang mengundurkan diri sejak 6 abad yang lalu.
Melalui akun twitternya ia mengungkapkan apa yang tersingkap dari faktor faktor sebenarnya, pengunduran diri Paus Benediktus yang ke-16 ini disiarkan pertama kalinya. Dia mengatakan, penyebab utama penguduran diri Paus adalah setelah terjadinya kekacauan dari kalangan gereja Vatikan, terhadap Injil Lama yang di dalamnya terdapat Nama Rasul Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassallam, yang sampai saat ini masih berada di Vatikan.
Terdapat 3 orang dalam Vatikan itu yang menyembunyikan keislamannya. Dan Paus selalu berusaha mencari tahu mereka. Dan salah satu di antara mereka adalah penanggung jawab pembuatan surat pernyataan pengampunan dosa (dalam agama Katolik) dan ada salah satu yang mengumumkan keislamannya. Dampak diumumkannya keislamannya adalah dia pindah ke Afrika Selatan dan tinggal di sana. Di negaranya Ahmad Deedat. Syaikh Ahmad Deedat lah yang menjadi sebab keislamannya.
Beliau menegaskan dalam akun twitternya bahwa sebenarnya pengunduran diri Paus Benediktus XVI bukanlah karena sakit. Karena sebelumnya Paus Yohanes II usianya lebih tua dan penyakitnya lebih parah, namun ia tidak mengundurkan diri dari keuskupan gereja Vatikan. Ini adalah argumentasi untuk menghadapi media.
Dan dia juga telah menentang Vatikan yang telah mendustai kabar keislaman 35 uskup dan pendeta dari pembesar-pembesar Vatikan. Kebanyakan mereka menyembunyikan keislamannya karena kekhawatiran terhadap keselamatan hidupnya, sebagian kecil juga ada yang mengundurkan diri. Dan Paus memilih untuk diam selama 6 tahun. Vatikan sampai saat ini masih belum memiliki kekuatan untuk membantah kabar keislaman 35 uskup tadi. Maka Paus Benediktus XVI pun mengundurkan diri.
Dia juga menambahkan Paus juga berusaha untuk menutupi keislaman mereka dengan melakukan hujatan terhadap Islam dan hinaan kartun Nabi Muhammad secara terang terangan pada tahun 2006. Namun usahanya justru menjadikan senjata untuk dirinya sendiri yang berujung pada pengunduran dirinya.
Dia mengisyaratkan bahwa dokumen-dokumen Vatikan yang menyelidiki surat pernyataan itu tidak seorang pun mengetahuinya sampai saat ini di tangan siapa surat itu berada. Akan tetapi seorang pengamat mengatakan bahwa Paus menghilangkannya bersamaan dengan keluar dari kantor tugasnya segera.
Dia juga menegaskan terdapat arsip-arsip pemberhentian Paus dan penangkapannya di beberapa negara yang dikunjungi karena keterlibatannya dalam menutup-nutupi kekerasan dan skandal seksual.
Dan peneliti ini menutup dengan memotivasi para dai dan ulama untuk melakukan kegiatan dakwah dengan istiqamah untuk mendakwahi orang-orang Katolik dari pengkultusan terhadap Paus dan uskup di bawahnya menuju penyembahan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. (sumber: مكافحة العلمانيه)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/02/27895/rahasia-di-balik-pengunduran-diri-paus-benediktus-ke-xvi/#ixzz2MokYzJcW 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Benarkah Paus Benediktus XVI Shalat di Masjid Biru Turki Lalu Menjadi Mualaf?





Paus Benediktus XVI berdoa sambil berdiri di samping Mustafa Cagrici, Mufti Agung Istanbul, menghadap kiblat dan menundukkan kepalanya. (AFP/BBC)
Paus Benediktus XVI berdoa sambil berdiri di samping Mustafa Cagrici, Mufti Agung Istanbul, menghadap kiblat dan menundukkan kepalanya. (AFP/BBC)
dakwatuna.com - Mundurnya Paus Benediktus XVI mengundang berbagai spekulasi. Salah satu di antaranya ada kabar yang mengatakan bahwa Paus Benediktus XVI telah menjadi mualaf. Kabar tersebut beredar belakangan ini di berbagai media sosial seperti Facebook, Twitter, serta beberapa blog, dengan diselingi beberapa foto di mana Paus Benediktus XVI mengunjungi Masjid “Blue Mosque” (Masjid Biru) di Turki. Pada foto-foto tersebut Paus Benediktus XVI dikabarkan sedang shalat. Benarkah Paus Benediktus XVI shalat di Masjid Biru Turki lalu menjadi mualaf?
Jika ditelusuri lebih jauh, Paus Benediktus XVI memang pernah mengunjungi Masjid Biru di Turki, pada tanggal 30 November 2006, ketika melawat ke Turki, negara berpenduduk mayoritas muslim. Pada saat itu, kunjungannya dipandang sebagai isyarat penghormatan terhadap Islam setelah ia membuat marah muslim dengan pernyataan-pernyataan yang terkesan kritis dalam pidatonya pada September tahun 2006 tersebut.
Mufti Besar Istanbul Mustafa Cagrici mendampingi Paus Benediktus memasuki Masjid Biru, yang dinamai secara resmi sesuai dengan nama Sultan Ahmet dan dibuka pada 1616. Dalam video di bawah ini, terlihat Paus memasuki masjid biru setelah melepaskan sepatunya. Lalu Paus terlihat berdoa dengan bibir komat-kamit dan menundukkan kepalanya berdampingan dengan mufti dan imam masjid Biru. Pada saat berdoa itulah Paus bersedekap seperti orang shalat. Namun Paus tidak melakukan takbir, rukuk, sujud, hingga salam, hanya bersedekap sambil berdiri, sebagaimana yang dapat dilihat pada video di bawah ini. Itu pun tangan kiri berada di atas tangan kanan, di mana pada shalat sesungguhnya, tangan kanan di atas tangan kiri. Jadi pada dasarnya kabar yang menyatakan Paus sedang shalat di Masjid Biru, merupakan kabar yang tidak benar. Namun demikian, isi hati orang hanya dia dan Allah SWT yang tahu.
Masjid Biru merupakan masjid terkenal di Turki dan sebuah daya tarik wisata populer. Masjid itu memiliki nama populer tersebut karena keramik-keramik biru Iznik sangat bagus di ruang shalat utamanya.
Masjid itu berdiri di Lapangan Sultan Ahmet di pusat kota tua Istanbul, yang berseberangan dengan Museum Aya Sofya yang dulu Gereja Kristen Hagia Sophia. Paus datang ke masjid itu setelah melakukan kunjungan singkat ke Aya Sofya.
Pada saat itu, Paus kelahiran Jerman tersebut sudah meredam banyak ketegangan terkait dengan kunjungannya itu, lawatan pertamanya ke sebuah negara berpenduduk mayoritas muslim, dengan mendukung upaya Ankara bergabung dengan Uni Eropa dan memuji Islam sebagai sebuah agama yang damai. (bbc/cbsnews/rit/merdeka/dakwatuna/hdn)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/02/28148/benarkah-paus-benediktus-xvi-shalat-di-masjid-biru-turki-lalu-menjadi-mualaf/#ixzz2MoiryzNR 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook