"ketika memulai shalat aku merasa ka'bah di depanku, surga
di kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapk kakiku, dan izrail
telah menunggu di belakangku yang siap mencabut nyawa"
الحمد لله, الحمد لله الذى أعد للمؤمنين
والمؤمنات جنات تجرى من تحتها الانهار أحمده سبحان الله تعالى وأشكره على نعمه
الغزار, وأشهد أن لااله الا الله وحده لاشريك له الملك العزيز الغفار, وأشهد أن
سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله المختار, اللهم صل وسلم وبارك على عبدك ورسولك
محمد نور الانوار وسر الاسرار وعلى اله الأبرار واصحابه الاخيار ومن تبعهم باحسان
الى يوم القرار. اما بعد.
فيامعاشر المسلمين رحمكم الله أوصيكم
ونفسى بتقوى الله وقد فاز المتقون واحثكم على طاعته لعلكم تفلحون.
Ma'asyiral Muslimin
Rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini, khatib
hendak mengisi khutbah jum'at ini dengan dua buah kisah teladan dari sayyidina
Umar bin Khattab radhiallahu
'anhu dan Hatim al-Asham. Kisah ini
semoga dapat menjadi inspirasi kita bersama dalam beramal dan menjalankan
ibadah keseharian. Sehingga kita benar-benar menjadi seorang muslim yang sehat
lahir dan bathin.
Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia
Suatu ketika seorang sufi ahli
ibadah bernama Hatim al-Asham (w. 237 M) diminta penjelasan oleh Ashim bin
Yusuf setelah pengajian majlis ta'limnya. Ashim bin Yusuf adalah seorang ahli
fiqih yang melihat segalanya dari kacamata syariah. Ashim bertanya kepada Hatim
"ya Syaikh bagaimanakah cara kamu melaksanakan shalat?"
Hatim al-Asham sebagai ahli
tarekat dan syariat menjawab "ketika masuk waktu shalat aku berwudhu
dengan dua wudhu, wudhu lahir dan wudhu bathin. Wudhu lahir itu syariat dan
wudhu bathin adalah haqiqat". Ashim bin Yusuf sebagai santri yang
berkonsentrasi pada fiqih agak terkejut. Sebelum memperpanjang keterkejutannya
Hatim al-Asham segera menerangkan bahwa "wudhu lahir dilakukan dengan
membersihkan anggota badan menggunakan air. Kalau wudhu bathin itu harus
mencuci hati (salamatush
shadri) dengan tujuh hal. 1) Dicuci
dengan rasa penyesalan an-nadamah. Menyesali dari berbagai kesalahan dan menyesali
karena meninggalkan kebaikan. Mengenai an-nadamah ini, kisah Sayyidina Umar bin Khattab ra patut
didengarkan.
Jama'ah Jum'ah yang Dimuliakan
Allah
Sayyidina Umar bin Khattab ra
memiliki kebun kurma di Madinah. Pohon-pohon kurmanya berbuah dengan kwalitas
bagus, manis dan legit. Tidak hanya itu saja, bahkan di dalam kebun itu
terdapat satu sumber air, padahal sudah maklum sulitnya sumber air di Madinah.
Betapa bahagianya hati Sayyidina Umar memiliki kebun tersebut, hingga
seringkali beliau berjalan mengelilingi dan memeriksa hasil perkebunannya.
Hingga suatu saat sepulang dari kebun itu beliau berjumpa dengan para sahabat
yang berjalan bersamaan. Kemudian Sayyidina Umar bertanya "dari manakah
gerangan kalian berjalan bersama-sama?" para sahabat menjawab "ini
dari pulang berjama'ah ashar" kontan saja sayyidina umar berucap "innalilahi wa inna ilaihi
rojiun, jadi ini tadi habis jama'ah
ashar? Masyaallah saksikanlah para sahabat, karena aku ketinggalan jama'ah
karena kebun kurma ini, maka kebun ini aku wakafkan kepada fakir miskin"
Demikianlah selayaknya contoh
yang harus kita teladani dalam hal penyesalan meninggalkan satu ibadah
kebaikan. Bacaan taroji' yang berbunyi innalilahi wa inna ilaihi rojiun, sebenarnya merupakan ungkapan ketika seseorang
mendapatkan cobaan dan musibah. Jadi suburnya kebun dan sumber air bagi
sayyidina Umar tidak lain hanyalah cobaan yang menimpa dirinya. Dan kalimat innalilahi wa inna
ilaihi rojiun menunjukkan betapa penyesalan
yang luar bisa dari beliau akibat ketinggalan shalat jama'ah ashar.
Apakah demikian keadaan kita,
pernahkan kita berucap innalilahi
wa inna ilaihi rojiun ketika
ketinggalan satu shalat jama'ah? Ada juga kita innalilahi wa inna ilaihi rojiun ketika gelas ditangan kita terjatuh, ketika makanan
tertumpah dari tangan. Bukankah itu sama artinya kita lebih menghargai gelas
dan maknan dari pada shalat jama'ah?
Selanjutnya, Jama'ah Jum'ah
Rahimakumullah
Yang ke-2, hati harus dicuci
dengan taubat. Taubat nashuha sesungguh-sungguhnya. Bertekad tidak akan
mengulanginya lagi. Jika perlu taubat itu disertai dengan puasa tiga hari
sebagai bukti kesungguhan dan membiasakan shalat di malam hari. Yang ke- 3,
hati harus dicuci dengan meninggalkan cinta dunia atau tarku hubbid dunya, mengapa? liannahu ra'su kulli khati'athin. Karena cinta dunia mengakibatkan kesalahan. Mengapa
menipu? Karena hubbid
dunya, mengapa selingkuh? Karena hubbid dunya, mengapa korupsi? Karena hubbid dunya.
Yang ke-4 hati dicuci dengan
menjauhkan diri dari suka kekuasaan hubbur riyasah sesunggunya kekuasaan sering menyibukkan manusia dan
memalingkannya dari Allah Yang Maha Kuasa. yang ke-5, hati harus dicuci dengan
meninggalkan suka dipuji hubbul
mahmadah. Pujian seringkali
menenggelamkan manusia dalam ke-Aku-annya yang mengakibatkan kesombongan yang
luar biasa. Dan ke-6, baiknya hati dicuci dari dendam tarkul hiqdi. Meninggal dan melupaka dendam yang secara otomatis
akan membawa seseorang tabah dan sabar menghadapi cobaan dan rasa sakit dari
orang lain yang disebut hamlul
adza. Dan terakhir, yang ke-7 baiknya hati dicuci dengan Tarkul Hasad, meninggalkan hasud yang sangat berbahaya. Sebagaimana
bahayanya api yang dengan cepat membakar kayu."
Demikian Ma'asyiral Muslimin
Hatim memaknai wudhu secara
bathin. Lalu bagaimanakah cara beliau melaksanakan shalat. Kemudian lanjut Hatim
al-Asham, "ketika memulai shalat aku merasa ka'bah di depanku, surga di
kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapk kakiku, dan izrail
telah menunggu di belakangku yang siap menyabut nyawa". Inilah praktik Qashrul amal (pendek angan-angannya). yaitu semangat yang mampu mendorong untuk beribadah
lebih ditingkatkan. Selalu merasa psimis sehingga menjadikan semangat ibadah
yang tinggi.
Jama'ah yang Berbahagia
Demikianlah khutbah jum'ah kali
ini yang disampaikan melalui kisah dan cerita. Sesungguhnya dalam kisah itu
terdapat hikmah yang dapat dijadikan uswah bagi kita semua. Ya Allah jadikanlah
kami semua bagian dari orang-orang yang beruntung yang mampu menjalankan
perintahmu secara benar dan meninggalkan laranganmu dengan benar pula, amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ
اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ
وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ
وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ
اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان
وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي
التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Redaktur: Ulil Hadrawy
"ketika memulai shalat aku merasa ka'bah di depanku, surga
di kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapk kakiku, dan izrail
telah menunggu di belakangku yang siap menyabut nyawa"<>
الحمد لله, الحمد لله الذى أعد
للمؤمنين والمؤمنات جنات تجرى من تحتها الانهار أحمده سبحان الله تعالى وأشكره على
نعمه الغزار, وأشهد أن لااله الا الله وحده لاشريك له الملك العزيز الغفار, وأشهد
أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله المختار, اللهم صل وسلم وبارك على عبدك ورسولك
محمد نور الانوار وسر الاسرار وعلى اله الأبرار واصحابه الاخيار ومن تبعهم باحسان
الى يوم القرار. اما بعد.
فيامعاشر المسلمين رحمكم الله أوصيكم
ونفسى بتقوى الله وقد فاز المتقون واحثكم على طاعته لعلكم تفلحون.
Ma'asyiral Muslimin
Rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini,
khatib hendak mengisi khutbah jum'at ini dengan dua buah kisah teladan dari
sayyidina Umar bin Khattab radhiallahu
'anhu dan Hatim al-Asham. Kisah ini semoga dapat
menjadi inspirasi kita bersama dalam beramal dan menjalankan ibadah keseharian.
Sehingga kita benar-benar menjadi seorang muslim yang sehat lahir dan bathin.
Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia
Suatu ketika seorang sufi
ahli ibadah bernama Hatim al-Asham (w. 237 M) diminta penjelasan oleh Ashim bin
Yusuf setelah pengajian majlis ta'limnya. Ashim bin Yusuf adalah seorang ahli
fiqih yang melihat segalanya dari kacamata syariah. Ashim bertanya kepada Hatim
"ya Syaikh bagaimanakah cara kamu melaksanakan shalat?"
Hatim al-Asham sebagai
ahli tarekat dan syariat menjawab "ketika masuk waktu shalat aku berwudhu
dengan dua wudhu, wudhu lahir dan wudhu bathin. Wudhu lahir itu syariat dan
wudhu bathin adalah haqiqat". Ashim bin Yusuf sebagai santri yang
berkonsentrasi pada fiqih agak terkejut. Sebelum memperpanjang keterkejutannya
Hatim al-Asham segera menerangkan bahwa "wudhu lahir dilakukan dengan
membersihkan anggota badan menggunakan air. Kalau wudhu bathin itu harus
mencuci hati (salamatush shadri) dengan tujuh hal. 1) Dicuci dengan rasa penyesalan an-nadamah. Menyesali dari berbagai kesalahan dan menyesali karena
meninggalkan kebaikan. Mengenai an-nadamah ini, kisah Sayyidina Umar bin Khattab ra patut didengarkan.
Jama'ah Jum'ah yang
Dimuliakan Allah
Sayyidina Umar bin
Khattab ra memiliki kebun kurma di Madinah. Pohon-pohon kurmanya berbuah dengan
kwalitas bagus, manis dan legit. Tidak hanya itu saja, bahkan di dalam kebun
itu terdapat satu sumber air, padahal sudah maklum sulitnya sumber air di
Madinah. Betapa bahagianya hati Sayyidina Umar memiliki kebun tersebut, hingga
seringkali beliau berjalan mengelilingi dan memeriksa hasil perkebunannya.
Hingga suatu saat sepulang dari kebun itu beliau berjumpa dengan para sahabat
yang berjalan bersamaan. Kemudian Sayyidina Umar bertanya "dari manakah
gerangan kalian berjalan bersama-sama?" para sahabat menjawab "ini
dari pulang berjama'ah ashar" kontan saja sayyidina umar berucap "innalilahi wa inna ilaihi rojiun, jadi ini tadi habis jama'ah ashar? Masyaallah saksikanlah para
sahabat, karena aku ketinggalan jama'ah karena kebun kurma ini, maka kebun ini
aku wakafkan kepada fakir miskin"
Demikianlah selayaknya
contoh yang harus kita teladani dalam hal penyesalan meninggalkan satu ibadah
kebaikan. Bacaan taroji' yang berbunyi innalilahi
wa inna ilaihi rojiun, sebenarnya merupakan
ungkapan ketika seseorang mendapatkan cobaan dan musibah. Jadi suburnya kebun
dan sumber air bagi sayyidina Umar tidak lain hanyalah cobaan yang menimpa
dirinya. Dan kalimat innalilahi
wa inna ilaihi rojiun menunjukkan betapa
penyesalan yang luar bisa dari beliau akibat ketinggalan shalat jama'ah ashar.
Apakah demikian keadaan
kita, pernahkan kita berucap innalilahi
wa inna ilaihi rojiun ketika ketinggalan satu
shalat jama'ah? Ada juga kita innalilahi
wa inna ilaihi rojiun ketika gelas ditangan
kita terjatuh, ketika makanan tertumpah dari tangan. Bukankah itu sama artinya
kita lebih menghargai gelas dan maknan dari pada shalat jama'ah?
Selanjutnya, Jama'ah
Jum'ah Rahimakumullah
2, hati harus dicuci
dengan taubat. Taubat nashuha sesungguh-sungguhnya. Bertekad tidak akan
mengulanginya lagi. Jika perlu taubat itu disertai dengan puasa tiga hari
sebagai bukti kesungguhan dan membiasakan shalat di malam hari. Yang ke- 3,
hati harus dicuci dengan meninggalkan cinta dunia atau tarku hubbid dunya, mengapa? liannahu
ra'su kulli khati'athin. Karena cinta dunia
mengakibatkan kesalahan. Mengapa menipu? Karena hubbid dunya, mengapa selingkuh?
Karena hubbid dunya, mengapa korupsi? Karena hubbid dunya.
4 hati dicuci dengan
menjauhkan diri dari suka kekuasaan hubbur riyasah sesunggunya
kekuasaan sering menyibukkan manusia dan memalingkannya dari Allah Yang Maha
Kuasa.
5, hati harus dicuci
dengan meninggalkan suka dipuji hubbul
mahmadah. Pujian seringkali menenggelamkan manusia
dalam ke-Aku-annya yang mengakibatkan kesombongan yang luar biasa.
6, baiknya hati dicuci
dari dendam tarkul hiqdi. Meninggal dan melupaka dendam yang secara otomatis akan membawa
seseorang tabah dan sabar menghadapi cobaan dan rasa sakit dari orang lain yang
disebut hamlul adza.
7 baiknya hati dicuci
dengan Tarkul Hasad, meninggalkan hasud yang sangat berbahaya. Sebagaimana bahayanya
api yang dengan cepat membakar kayu."
Demikian Ma'asyiral
Muslimin
Hatim memaknai wudhu
secara bathin. Lalu bagaimanakah cara beliau melaksanakan shalat. Kemudian
lanjut Hatim al-Asham, "ketika memulai shalat aku merasa ka'bah di
depanku, surga di kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapk
kakiku, dan izrail telah menunggu di belakangku yang siap menyabut nyawa".
Inilah praktik Qashrul
amal (pendek angan-angannya). yaitu semangat yang mampu
mendorong untuk beribadah lebih ditingkatkan. Selalu merasa psimis sehingga menjadikan
semangat ibadah yang tinggi.
Jama'ah yang Berbahagia
Demikianlah khutbah
jum'ah kali ini yang disampaikan melalui kisah dan cerita. Sesungguhnya dalam
kisah itu terdapat hikmah yang dapat dijadikan uswah bagi kita semua. Ya Allah
jadikanlah kami semua bagian dari orang-orang yang beruntung yang mampu
menjalankan perintahmu secara benar dan meninggalkan laranganmu dengan benar
pula, amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ
اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر
ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ
وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ
اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان
وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي
التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Redak