Tulisan Berjalan

NIKMATILAH PEKERJAANMU NISCAYA KAMU AKAN MENEMUKAN KEBAHAGIAAN YG TERPENDAM

Rabu, 21 Maret 2018

ALLAH Yang Mencipta dan DIA pula Yang Menuntun Ciptaan-Nya.

Artikel ini dikirim oleh teman di grup WA Alumni DDI Mangkoso

Selain ALLAH Hanyalah Ciptaan Semua. ىَّ وَسَ فَ قَ لَ ي خ ِ ذَّ ال. َ رَّ دَ ي ق ِ ذَّ الَ و ى َ دَ هَ ف  Yang menciptakan lalu menyempurnakan (penciptaanNya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) lalu memberi petunjuk (arahan/tuntunan). (al-A’la: 2-3) ىَطْعَ ي أ ِ ذَّ ا ال َ نُّ بَ ر َ الَ ق  ُ هَ قْ لَ خٍ ءْ يَ شَّلُ ك  َّ مُ ث ى َ دَ ه Musa berkata: "Tuhan kami ialah Yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk (arahan/tuntunan). (Thaaha: 50)
Allah pencipta manusia. Hanya Dia yang dapat menuntun manusia. Lantas, bagaimana cara Allah menginformasikan berbagai keinginan, petunjuk dan hukumNya kepada manusia? Ada beberapa kemungkinan cara Allah menyampaikan ajaran-Nya kepada Manusia. 1. Allah memberikan wahyu kepada setiap orang. 2. Allah mengutus malaikat untuk mendatangi setiap orang. 3. Allah mengutus manusia pilihan untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya dan memberi contoh teladan. Cara yang paling wajar, tepat dan bijaksana adalah cara yang ketiga.
Orang yang dipilih sebagai utusan, itulah yang disebut: Rasul (utusan/pembawa risalah) atau Nabi (pembawa berita). Dengan demikian kenabian dan kerasulan adalah keyakinan bahwa Allah swt telah mengutus manusia-manusia pilihan untuk membimbing umat manusia agar mereka mencapai kesempurnaan, kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat. Dari generasi ke generasi yang telah lalu, Allah swt telah memilih orang-orang tertentu di muka bumi ini untuk diberi tugas sebagai Rasul. Seorang Rasul adalah orang kepercayaan Allah yang diutus kepada suatu generasi, suatu kaum atau bahkan kepada seluruh manusia untuk menyampaikan Risalah
Allah dan memberi suri teladan  bagaiman cara mengimplementasikan Risalah itu. Secara garis besar, Risalah Allah adalah sekumpulan ajaran tentang apa yang harus dipercayai dan apa yang harus diperbuat selama hidup di dunia ini agar mendapatkan keselamatan.
Ingin pengalaman lain? Silahkan klik link2 biru di bawah ini: http://mypage.id/paytrenberkah/ http://bit.ly/PaytrenCeria www.treni.co.id www.paytren.co.id Serius ni mau daftar ?... Info/daftar, klik: http://bit.ly/123silahkan 

Sabtu, 29 Oktober 2016

Masjid Al-Ghamamah, Tempat Rasulullah Memimpin Shalat Id

Masjid Ghamamah di Madinah, Arab Saudi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Umat Islam di seluruh dunia mempunyai dua hari raya, yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Idul Fitri dilaksanakan setiap 1 Syawal setelah sebulan melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Sedangkan, Idul Adha diperingati setiap 10 Dzulhijjah, yakni sehari setelah jamaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah pada 9 Dzulhijjah.
Kedua shalat hari raya (Id) ini disunnahkan untuk dilaksanakan di lapangan terbuka atau di masjid. Sebab, yang demikian itulah dilakukan Rasul SAW setiap tiba hari raya. Dan, salah satu tempat yang biasa digunakan oleh Rasulullah SAW mendirikan shalat Id adalah di lapangan yang terletak di kawasan al-Manakha.
Lokasi ini terletak sekitar 300 meter dari Masjid Nabawi. Sebagai bentuk penghormatan atas kebiasaan Rasul SAW mendirikan shalat di tempat tersebut, didirikanlah sebuah masjid yang diberi nama Masjid Al-Mushalla, yakni masjid tempat shalat. Di Masjid inilah Rasul mendirikan shalat Idul Fitri atau Idul Adha. Abu Hurairah berkata, Setiap kali Rasulullah melalui Al-Mushalla, Baginda akan menghadap ke arah kiblat dan berdoa.
Masjid Al-Musalla yang sekarang dikenal sebagai Masjid Al-Ghamamah terletak di sebelah timur Madinah, yaitu berhadapan dengan Pasar Tamar sekarang. Letak masjid ini berdampingan dengan Masjid Nabawi di sebelah barat. Dari arah Babus Salam, bila kita melihat ke arah barat akan terlihat masjid yang memiliki kubah-kubah kecil. Warnanya kelabu dan berkubah putih.
Disebut dengan Al-Mushalla yang berarti tempat shalat karena Rasulullah mengerjakan shalat hari raya di sekitar kawasan terbuka, yang menjadikan kawasan ini sebagai tempat khas shalat hari raya. Konon, peristiwa itu terjadi pada tahun kedua Hijriyah. Karena itu, masjid ini memiliki sejarah penting dalam kehidupan umat Islam.
Menurut riwayat, Khalifah Umar bin Khattab adalah orang yang membangun masjid ini persis di tempat shalat Nabi SAW. Adapun bangunan masjid yang ada sekarang ini adalah peninggalan pembangunan Sultan Abdul Majid al-Utsmani. Masjid ini pernah direnovasi kembali pada masa Raja Fahd (1411H).