Tulisan Berjalan

NIKMATILAH PEKERJAANMU NISCAYA KAMU AKAN MENEMUKAN KEBAHAGIAAN YG TERPENDAM

Kamis, 31 Desember 2015

Arti Masing-Masing Huruf Hijaiyah (Awal)




PERTANYAAN :
 Safak Cah Zobo AzriAssalamu’alaikum
mohon tafsiran/arti DARI HURUF2 HIJAIYAH…

Mhon disertakan referensinya…terimakash..

JAWABAN :

>> Alif Jum’an Azend

Wa’alaikumsalam…Jika yang ditanyakan adalah huruf hijaiyyah pada awal surat maka As-Suyuthi[5]mengatakan bahwa huruf hijaiyah termasuk rahasia yang hanya diketahui Allah SWT. Sekalipun demikian ada beberapa ulama yang mencoba mengungkapnya.

Ibn Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa ayat-ayat pembuka surat pun tentu saja memiliki makna. Seandainya kita terpelihara dari berbuat kesalahan niscaya kita akan dapat mengungkapkan maknanya.[6] Diantaranya maknanya :

1. Merupakan nama-nama Allah SWT. Ini berdasarkan dari riwayat Yang dikeluarkan Ibnu Jurair dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Ia (huruf hijaiyah) adalah nama Allah yang terbesar.” Juga riwayat lainnya dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Alif lam mim, tha sin mim, min nun dan yang serupa adalah sumpah yang dengannya Allah bersumpah, yaitu termasuk nama-nama Allah.”

2. Merupakan nama-nama Al-Qur’an.

3. Merupakan nama-nama Surat. Abdurrahman Al-Bagdadi[7], mengatakan bahwa huruf mu’jam diawal surah merupakan nama surah. Karena dalam istilah ulama ilmu nahwu ia adalah apa yang menunjukkan makna terhadap yang lainnya & jika tidak bergandengan dengan yang lain maka tidak ada maknanya. Dan dalam huruf-huruf mu’jam yang terdapat diawal surat sungguh bergandengan dengan huruf yang lain.

4. Merupakan peringatan sebagaimana didalam panggilan, tetapi ia tidak memakai kata-kata biasa. Karena Al-Qur’an adalah kalam yang berbeda dengan kalam yang lainnya.

5. Menunjukkan bahwa Al-Qur’an disusun dari huruf-huruf yang diketahui & dikenal orang Arab, sebagai penggugah & bukti ketidakmampuan mereka menirunya walaupun huruf yang dipakai Al-Qur’an telah mereka ketahui & kenali.

[5] Apa Itu Al-Qur’an hal 91-92.

[6] Lihat Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid I pada pembahasan ayat pertama surah Al-Baqarah.

[7] ‘Ulumul Ushul Fiqh hal 21.

 >> Hamba Yang Dho’if

Makna Huruf

Dari Husein bin Ali bin Abi Thalib as. :
Seorang Yahudi mendatangi Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as bersama Nabi.
Yahudi itu berkata kepada Nabi Muhammad SAW : “apa faedah dari huruf hijaiyah ?”
Rasulullah SAW lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib as, “Jawablah”.Lalu Rasulullah SAW mendoakan Ali, “ya Allah, sukseskan Ali dan bungkam orang Yahudi itu”.Lalu Ali berkata : “Tidak ada satu huruf-pun kecuali semua bersumber pada nama-nama Allah swt”.Kemudian Ali berkata :

1. “Adapun Alif artinya tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup dan Kokoh,
2. Adapun Ba artinya tetap ada setelah musnah seluruh makhluk-Nya.
3. Adapun Ta, artinya yang maha menerima taubat, menerima taubat dari semua hamba-Nya,
4. adapun Tsa artinya adalah yang mengokohkan semua makhluk “Dialah yang mengokohkan orang-orang beriman dengan perkataan yang kokoh dalam kehidupan dunia”

Arti Masimg-Masing Huruf Hijaiyah (Lanjutan)



5. Adapun Jim maksudnya adalah keluhuran sebutan dan pujian-Nya serta suci seluruh nama-nama-Nya.
6. Adapun Ha adalah Al Haq, Maha hidup dan penyayang.
7. Kha maksudnya adalah maha mengetahui akan seluruh perbuatan hamba-hamba-Nya.
8. Dal artinya pemberi balasan pada hari kiamat,
9. Dzal artinya pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
10. Ra artinya lemah lembut terhadap hamba-hamba-Nya.
11. Zay artinya hiasan penghambaan.
12. Sin artinya Maha mendengar dan melihat. Syin artinya yang disyukuri oleh hamba-Nya.
13. Shad maksudnya adalah Maha benar dalam setiap janji-Nya.
14. Dhad artinya adalah yang memberikan madharat dan manfaat.
15. Tha artinya Yang suci dan mensucikan,
16. Dzha artinya Yang maha nampak dan menampakan seluruh tanda-tanda.
17. Ayn artinya Maha mengetahui hamba-hamba-Nya.
18. Ghayn artinya tempat mengharap para pengharap dari semua ciptaan-Nya.
19. Fa artinya yang menumbuhkan biji-bijian dan tumbuhan.
20. Qaf artinya adalah Maha kuasa atas segala makhluk-Nya
21. Kaf artinya yang Maha mencukupkan yang tidak ada satupun yang setara dengan-Nya, Dia tidak beranak dan tidak diperanakan.
22. Adapun Lam maksudnya adalah maha lembut terhadap hamba-nya.
23. Mim artinya pemilik semua kerajaan.

Rabu, 30 Desember 2015

Saiful Jamil Beribadah Umrah 6 kali, Ini Alasannya



Saiful Jamil beribadah umrah sampai 6 Kali, alasannya agar bisa mendapat shaf terdepan ketika shalat di Masjidil Haram.

Walaupun sebelumnya telah melakukan ibadah umrah lima kali, Saiful Jamil tidak merasa bosan untuk pergi umrah lagi. Pada 20 Desember lalu, penyayi dangdut sekaligus komentator acara Dandut Academy Asia itu lagi-lagi menunaikan ibadah umrah yang keenam kalinya.

Sepulangnya dari ibadah umrah, Senin (28/12), mantan suami Dewi Persik itu menceritakan alasannya kenapa sampai enam kali berkunjung ke Makkah dan Madinah.

“Tentunya ya ibadah, aku juga bisa iktikaf dari Subuh sampe terbenam matahari. Ini panggilan menghadap Allah, buat saya ke Eropa dan Asia udah pernah. Ke sana susah cari masjid. Jadi enakan ke tanah suci ibadahnya dapat, sesuatu yang indah juga dapat,” kata Saiful Jamil.

“Bahagia banget di sana (Tanah Suci, red) karena bisa ibadah dan lihat pemandangan indah juga. Selain itu aku paling rindu sama azan di Makkah dan Madinah soalnya beda banget,” sambung pedangdut yang akrab disapa Bang Ipul ini.

Saiful Jamil juga menceritakan kisahnya yang berusaha keras agar bisa mendapat shaf di bagian depan ketika shalat di Masjidil Haram.

“Kalau pengin salat di dalam, datangnya harus satu jam sebelum azan. Kalau datang pas azan Masjidil Haram udah nggak bisa masuk, saking ramainya. Kalau telat ya shaf di luar engga bisa lihat kakbah,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Saipul Jamil mengaku, ada perbedaan yang dirasakannya ketika melakukan umrah yang keenam kalinya.

“Bedanya, sekarang jauh lebih santai, sebelumnya kayak belajar. Jadi saya merasa lebih bersyukur pada Allah,” ujar pria 35 tahun itu.  (al/jpos)

Tidak Pernah Ada Orang Dermawan Jatuh Miskin

Barangkali banyak orang menimbang-nimbang kalau ingin menyumbang. Namun, pemilik Grup Mayapada Dato Seri Tahir malah bersikap sebaliknya. Dia berderma tanpa beban.

Dia sangat percaya tidak ada orang jadi miskin atau pengusaha bangkrut lantaran rajin beramal. “Belum pernah saya dengar orang berbuat sosial lalu bangkrut,” kata Tahir saat ditemui Selasa siang lalu di kantornya, lantai 1 Bank Mayapada, Menara Mayapada.

Dengan jas hitam dibiarkan terbuka, Tahir menjawab semua pertanyaan soal kegiatannya sebagai filantropis. Berikut penjelasannya kepada Faisal Assegaf dari merdeka.com.

Sebagai orang serba berkecukupan, beramal itu sebuah kewajiban atau kebutuhan?

Bagi saya keharusan sebagai bagian dari ibadah saya.

Apa yang membuat Anda termotivasi untuk terus berderma?

Saya lahir di sebuah keluarga boleh dikatakan miskin karena orang tua saya pembuat becak dan menyewakan becak. Jadi kita terima setoran tiap hari dari penarik becak. Satu hari ada penarik becak tidak bayar setoran. Ibu saya mengomel. Penarik becak itu lalu melempar ibu saya pakai batu dan kepalanya bocor.

Waktu saya kecil, saya menyaksikan bagaimana orang nggak mampu itu tertindas. Saya merasa orang tua saya, termasuk keluarganya, diremehkan. Itu menjadi sebuah perasaan sangat mendalam. Satu hari kalau saya mampu, saya akan bela yang lemah. Sampai hari ini prinsip itu saya pegang teguh. Karena itu, saya berbuat sosial tidak ada beban.

Dua tahun lalu saya rapat di Medan. Besok pagi-pagi saya ke Singapura, putra saya balik ke Jakarta. Kita naik Alphard dan di setopan terakhir saya lihat anak perempuan jual koran, tapi tidak menuju mobil saya. Saya suruh sopir klakson supaya menarik perhatian dan dia datang. Pikiran saya sederhana. Saya keluar uang Rp 20 ribu supaya pagi itu dia dapat sarapan lumayan.



Masalahnya, dalam penerbangan saya ke Singapura, anak kecil itu terus mengganggu pikiran saya. Sampai Singapura saya segera telepon pemimpin cabang saya minta cari sopir tadi mengantar saya ke bandara. Lalu minta sopir tadi cari anak perempuan penjual koran itu. Saya pesan tolong kasihkan Rp 200 ribu supaya dia bisa beli satu pakaian layak.

Tiga jam kemudian pemimpin banag bernama Julianan telepon saya. Kita sudah ketemu anak kecil dan ibunya. Ternyata ayahnya baru meninggal sebulan lalu karena sakit. Sehingga dia terpaksa berjualan koran. Kalau begini, mulai sekarang tiap bulan kasih Rp 500 ribu. Anak itu jangan jual koran lagi dan mulai hari ini (dua tahun lalu) sampai lulus SMA saya bayarin.



Artinya, berbuat sosial itu tidak mengenal waktu dan tempat. Senin sampai Minggu, Januari hingga Desember, sampai Tuhan bilang setop. Itu prinsip hidup saya.



Apa pengalaman pertama paling berkesan membikin Anda berkomitmen akan terus berderma sampai akhir hidup saya?



Kita mengalami dua krisis, 1997 konglomerat di negara kita rontok dan 2008, konglomerat di Amerika jatuh. Artinya, Anda usaha 200 tahun bisa bangkrut. Tapi pernah nggak lihat ada orang berbuat baik bangkrut. Nggak pernah. Belum pernah saya dengar orang berbuat sosial lalu bangkrut.



Bill Gates tinggalkan Microsoft dan dia sudah keluarkan US$ 30 miliar, masih jadi orang terkaya. Artinya, pengusaha bisa bangkrut, sukses bisa jatuh, tapi orang berbuat amal tidak pernah bisa bangkrut.

Saya tidak percaya orang beramal Rp 100 ribu nanti bisa dapat Rp 500 ribu. Karmanya adalah bisa saya diberi kesehatan, keluarga kita harmonis, anak saya lebih mudah cari makan, anak-anak jadi orang baik semua.



Saya belum pernah dengar orang banyak beramal bisa bangkrut.



Apakah Anda punya kegiatan amal harian?



Saya takut nanti dianggap pamer. Artinya, beramal itu tidak henti-henti sampai Tuhan bilang setop. Selama Tuhan masih kasih kita napas, kita kerjakan terus semampu kita.



Sebagai filantropis, apa mimpi terbesar sudah Anda capai dan yang belum Anda raih?



Waktu saya bekerja sama dengan Bill Gates, duta besar Indonesia untuk UEA tanya saya hari ini Anda kehilangan uang, apa perasaan Anda? Saya bilang mimpi saya dari kecil ingin berbuat sesuatu dan hari ini tercapai. Itu karena begitu besarnya Tuhan sayang sama saya. Saya dikasih kesempatan untuk berbuat baik, kalau nggak saya akan berbuat jahat.



Kalau saya meninggal, saya ingin melihat anak-anak saya adalah orang baik, bermartabat, dan berkarakter. Kedua, saya mau melihat hidup rakyat Indonesia baik sedikit.



Apakah pernah ada tawaran masuk pemerintahan?



Nggak pernah. Saya bukan ahli birokrasi. Saya ini orang Surabaya pasaran, bukan keturunan keluarga ningrat elegan, saya mungkin nggak cocok di birokrasi. Saya adalah staf khusus di Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.



Bagaimana ceritanya Anda bisa ikut menyumbang hingga US$ 100 juta?



Setahun lalu ada tamu datang dan dia bilang dia dari Bill Gates Foundation. Dia bilang ingin cari rekan dari Indonesia. Dia bersedia 70 persen untuk Indonesia dan sisanya untuk seluruh dunia. Setelah ngobrol-ngobrol saya setuju.



Dia kaget saya bilang bakal menyumbang US$ 100 juta dalam lima tahun. Sebulan kemudian Bill Gates menyurati saya dan setuju. Lalu April lalu kita tanda tangan kerja sama di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, disaksikan duta besar kita.



Dengan harta US$ 1,7 miliar dan menjadi orang terkaya nomor 12 di Indonesia dan 1.068 di dunia, apakah Anda puas dengan pencapaian ini?



Menurut saya, kekayaan itu tidak hanya tertuju pada deposito atau uang Anda pegang. Saya selalu percaya kekayaan itu ialah juga integritas, intelektualitas, kepribadian mulia, karakter baik, keluarga harmonis, kesehatan. Itu adalah satu kesatuan.



Kekayaan itu seperti sebuah senjata. Senjata di tangan orang baik untuk bela negara. Di tangan orang tidak baik buat merampok. Bukan pula soal jumlah kekayaan tapi bagaimana Anda memanfaatkan kekayaan itu dengan baik. Itulah seninya.



Apa kelebihan Anda miliki sehingga Anda bisa menjadi pengusaha sukses?



Saya orangnya super disiplin. Tiap hari saya bangun jam 5.30. Saya selesai baca 7-8 koran internasional dan domestik, Indonesia, Inggris, dan Mandarin, pukul 6.30. Selama 6.30-7.30 saya mulai merenungkan apa yang saya lakukan kemarin dan apa akan saya kerjakan hari ini. Jam 8 saya sudah keluar dari rumah.



Malam saya tidak keluar. Saya tidak ke klub malam, makan di restoran. Saya pulang dan makan bareng keluarga. Lalu jam 8 saya tonton televisi selama dua jam kemudian tidur. Hidup saya datar, saya super disiplin.



Kedua, waktu saya menang Enterpreneur of the Year 2011 dari Ernst and Young, saya bilang dalam pidato saya adalah pendaki gunung. Tidak ada gunung tidak berani saya daki. Saya mendaki dari satu pun cak ke puncak lainnya hingga Tuhan mengatakan saya harus berhenti.



Artinya tiap hari saya memperbaiki diri dengan membaca, bergaul, kerja sosial, dan beribadah. Saya ingin terus mencapai puncak lebih tinggi. Saya tidak pernah lengah.



Kalau waktu bisa diulang, Apa ingin Anda lakukan?



Saya akan berbuat lebih banyak untuk orang tua saya. Ada masa-masa kita bodoh dan terlewatkan, tapi Allah cipta manusia memang tidak ada yang sempurna. Di dalam ketidaksempurnaan itulah kita beribadah. Supaya kita sadar kesempurnaan itu milik Tuhan. Kalau saya sempurna, saya akan sombong, saya akan tidak tahu diri.



Waktu ke Sinabung, saya mau menangis. Ternyata hidup saya di Jakarta sudah wah. Ternyata ada sebagian kelompok manusia di belahan pulau lain hidup mereka belum jelas, tergantung bantuan.



Saya harus jadi orang tahu diri, tidak rakus, bersyukur. Kalau kita hidup dalam kemewahan, kita bisa lupa diri. Kita perlu kejadian mengingatkan kita.



Kalau dihidupkan kembali, saya tetap mau dilahirkan dari anak tukang becak. Saya bangga punya orang tua benar meski dia miskin. Saya tetap akan menikahi istri sekarang karena bagi saya dia adalah paling sempurna. Saya akan tetap menjalani hidup sama.



Ketika krisis 1998, banyak perusahaan bangkrut, namun Grup Mayapada berhasil bertahan dan sukses sampai sekarang. Apa resep khususnya?

Tidak ada resep khusus. Bukan karena kepintaran saya. Bank Mayapada waktu itu konservatif, kita tidak main valuta asing. Kita tidak kena imbas. Karena saya bodoh, saya diselamatkan.

Sumbee:merdeka.com

Sejarah Bermulanya Kalender Hijrah Islam


Dalam literatur sejarah Islam, kalender Qamariyyah merupakan perhitungan milik bangsa Arab jauh sebelum Islam datang. Mereka jugalah yang menciptakan nama-nama 12 bulan Qamariyyah. meskipun dalam perjalanan panjangnya, kalender tersebut digunakan sebagai sarana kaum muslimin dalam menentukan puasa, miqat haji, hari raya dan hal-hal lain. Hanya saja, sebelum era kepemimpian Khalifah kedua, yaitu Saidina Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, penggunaan kalender Qamariyyah sebagai kalender Islam belum rasmi digunakan. Sejarah mencatat, kalender tersebut secara rasmi digunakan dimulai sejak era kepemimpinan beliau dan awal Muharram dijatuhkan pada kejadian bersejarah, yakni hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Mekkah ke Madinah. Dengan demikian, di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam belum ada penanggalan secara rasmi yang digunakan sebagai kalender Islam, meskipun sebahagian sejarawan menyatakan sudah ada.



Latar belakang diciptakannya kalender Islam oleh Shahabat Umar bin Khaththab radhiyyallahu ‘anhu ada beberapa riwayat. Dan al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari (VII/305) menuturkan tiga riwayat berbeda yang melatar belakangi diresmikannya kalender Islam.



Riwayat Pertama:



وَذَكَرُوا فِي سَبَبِ عَمَلِ عُمَرَ التَّارِيْخَ أَشْيَاءَ مِنْهَا مَا أَخْرَجَهُ أَبُو نُعَيْمٍ الفَضْلُ بنُ دَكِيْنَ فِي تَارِيْخِهِ وَمِنْ طَرِيْقِهِ الحَاكِمِ مِنْ طَرِيْقِ الشَّعْبِيّ أَنَّ أبَا مُوْسَى كَتَبَ إِلىَ عُمَرَ أَنَّهُ يَأْتِيْنَا مِنْكَ كُتُبٌ لَيْسَ لَهَا تَارِيْخٌ

“Ulama menyebutkan beberapa riwayat, dalam sebab Shahabat Umar membuat kalender. Sebahagian darinya adalah riwayat yang dikeluarkan Abu Nu’aim Fadhl bin Dakin dalam Tarikh-nya, dan dari jalur riwayatnya ada al-Hakim, dari asy-Sya’bi, bahwa Abu Musa al-Asy’ari menulis surat kepada Umar: “Sungguh datang beberapa surat Anda kepada saya tanpa ada tanggalnya”.



Riwayat pengiriman surat dari Shahabat Abu Musa al-Asy’ari ketika menjadi gabenor Bashrah Iraq kepada Khalifah Umar bin Khaththab inilah yang paling masyhur.



Riwayat Kedua:



رَوَى أَحْمَدُ وَأَبُو عَرُوْبَةَ فِي الأَوَائِلِ وَالبُخَارِيّ فِي الأَدَبِ والحَاكِمُ مِنْ طَرِيْقِ مَيْمُوْنَ بنِ مِهْرَانَ قَالَ رُفِعَ لِعُمَرَ صَكٌّ مَحِلُّهُ شَعْبَانُ فَقَالَ أَيُّ شَعْبَانٍ الماَضِي أوْ الَّذِي نَحْنُ فِيْهِ أَوِ الآتِي ضَعُوْا لِلنَّاسِ شَيْئًا يَعْرِفُوْنَهُ

“Imam Ahmad, Abu Arubah dalam al-Awail, al-Bukhari dalam al-Adab, dan al-Hakim meriwayatkan dari jalur Maimun bin Mihran (Mahran), ia berkata: “Dilaporkan kepada Umar sebuah yang diberi catatan yang jatuhnya bulan Sya’ban. Kemudian Umar berkata: “Sya’ban yang lalu atau Sya’ban sekarang ini, atau yang akan datang? Buatlah sesuatu untuk masyarakat supaya mengetahuinya”.



Riwayat Ketiga:



رَوَى ابْنُ أَبِي خَيْثَمَةَ مِنْ طَرِيْقِ ابْنِ سِيْرِيْنَ قَالَ قَدِمَ رَجُلٌ مِنَ اليَمَنِ فَقَالَ رَأَيْتُ بِالْيَمَنِ شَيْئًا يَسُمُّوْنَهُ التَّارِيْخِ يَكْتُبُوْنَهُ مِنْ عَامِ كَذَا وَشَهْرِ كَذَا فَقَالَ عُمَرُ هَذَا حَسَنٌ فَأَرِّخُوْا

“Ibnu Abi Khaitsamah dari jalur Ibni Sirin, ia berkata: “Seorang laki-laki datang dari Yaman, ia berkata: “Aku di Yaman melihat sesuatu yang mereka sebut tarikh, mereka menulisnya dari tahun ini, dan bulan ini”. Kemudian Umar berkata: “Ini bagus, buatlah kalender!”.

Kemudian menurut cerita yang masyhur, Umar bin Khaththab mengumpulkan shahabat Nabi untuk membahas permulaan tahun Qamariyyah.



Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari (VII/305) menulis:



فَجَمَعَ عُمَرُ النَّاسَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اَرِّخْ بِالمَبْعَثِ وَبَعْضُهُمْ اَرِّخْ بِالِهجْرَةِ فَقَالَ عُمَرُ الهِجْرَةُ فَرَّقَتْ بَيْنَ الحَقِّ وَالبَاطِلِ فَأَرِّخُوْا بِهَا وَذَلِكَ سَنَةُ سَبْعَ عَشَرَةَ

“Maka kemudian Umar mengumpulkan para shahabat, maka sebahagian dari mereka mengusulkan: “Buatlah kalender dengan mulai dari Rasulullah diangkat menjadi Nabi!”. Yang lain mengusulkan: “Buatlah kalender mulai hijrah!”. Maka Umar berkata: “Hijrah memisahkan antara yang haq dan yang batil, maka buatlah tanggal dengan hijrah”. Dan itu terjadi di tahun 17 hijriyyah”.



Dan setelah disepakati kapan mulai kalender, yaitu peristiwa hijrah, maka shahabat kembali bermusyawarah, bulan apa yang pertama kali dibuat permulaan tahun. Dalam hal ini, al-Hafizh Ibnu Hajar kembali menulis:



فَلَمَّا اتَّفَقُوا قَالَ بَعْضُهُمْ ابْدَءُوا بِرَمَضَانَ فَقَالَ عُمَرُ بَلْ بِالُمَحَرَّمِ فَإِنَّهُ مُنْصَرِفُ النَّاسِ مِنْ حَجِّهِمْ فَاتَّفَقُوا عَلَيْهِ

“Maka tatkala mereka bersepakat, maka sebahagian dari mereka mengusulkan: “Mulailah dengan bulan Ramadhan!”. Kemudian Umar berkata: “Bukan, seharusnya bulan Muharram, karena itu adalah bulan dimana para jama’ah haji pulang dari hajinya”. Kemudian mereka bersepakat”.



Al-Hafizh Abdurrauf al-Munawi dalam Faidh al-Qadir (I/134) menukil ucapan al-Hafizh Ibnul Jauzi yang menceritakan tentang sejarah kalender. Ia berkata: “Tatkala populasi keturunan Nabi Adam sudah mulai banyak, mereka membuat kalender di permulai dari turunnya Nabi Adam ke bumi, dan kalender tersebut berlaku sampai bencana banjir besar (zaman Nabi Nuh), kemudian sampai zaman Nabi Ibrahim al-Khalil dibakar api, kemudian sampai zaman Nabi Yusuf, kemudian sampai zaman Nabi Musa saat beliau keluar dari Mesir yang membebaskan (perbudakan) kaum Bani Israil, kemudian sampai zaman Nabi Dawud, kemudian sampai Nabi Sulaiman, kemudian sampai Nabi Isa. Sebahagian pendapat mengatakan bahwa orang Yahudi sudah membuat kalender mulai dari runtuhnya Baitul Maqdis, dan orang Nashrani membuat kalender mulai dari saat Nabi Isa diangkat ke langit. Adapun kalender Islam, maka sesuai riwayat al-Hakim dalam al-Iklil dari az-Zuhri dengan status mu’dhal, bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi Terpilih ketika datang ke Madinah menitahkan untuk membuat kalender, maka ditulislah bahawa kejadian tersebut terjadi di bulan Rabi’uil Awal. Imam al-Hakim dan ahli hadits lain juga meriwayatkan bahwa di era kekhalifahan Umar bin Khaththab, beliau mengadakan sidang dengan mengumpulkan beberapa shahabat di tahun ke-17 Hijriyyah. ketika itu sebahagian hadirin mempunyai usul: “Sebaiknya kalender di mulai dari saat Rasulullah diangkat menjadi Nabi”. Dan yang lain berpendapat: “Mulai dari hijrah Rasulullah”. Kemudian Umar bin Khaththab berkata: “Hijrah adalah momentum yang memisahkan antara haq dan bathil”, maka akhirnya mereka menetapkan penanggalan dari hijrah dan semua hadirin sepakat”.

Mereka tidak memulai penanggalan dari saat Rasulullah diangkat menjadi Nabi, lantaran penentuan waktunya yang masih diperselisihkan, dan tidak dari saat wafatnya Rasulullah, lantaran yang demikian itu bisa mengingatkan kembali kesedihan berpisah dengan beliau, dan juga tidak dimulai saat Rasulullah datang ke Madinah”



Dan alasan kenapa Muharram menjadi awal tahun Hijriyyah (Qamariyyah) adalah sebagaimana disebutkan al-Munawi dalam Faidh al-Qadir (I/134):



وَإِنَّمَا جَعَلُوْهُ مِنْ أَوَّلِ المحَرَّمِ لِأَنَّ ابْتِدَاءَ العَزْمِ عَلَى الِهجْرَةِ كَانَ فِيْهِ إذْ البَيْعَةُ كَانَتْ فِي ذِيْ الحِجَّةِ وَهِيَ مُقَدِّمَةٌ لَهَا وَأَوَّلُ هِلاَلٍ هَلَّ بَعْدَهَا المحَرَّمُ وِلِأَنَّهُ مُنْصَرِفُ النَّاسِ مِنْ حَجِّهِمْ فَنَاسَبَ جَعْلُهُ مُبْتَدَأً

“Mereka mengawali dengan bulan Muharram lantaran di bulan tersebut tekad hijrah diawali, karena baiat (aqabah) terjadi di (pertengahan) bulan Dzul Hijjah dan peristiwanya terjadi lebih dahulu daripada hijrah. Dan juga bulan yang muncul setelah Dzul Hijjah adalah Muharram. Alasannya juga karena Muharram adalah ketikanya para jamaah haji pulang dari ibadah hajinya, maka pantas jikalau penanggalan dimulai dari bulan tersebut”.

Dan kita tahu bahawa ketika hijrah Rasulullah sampai di Madinah pada tarikh 12 Rabi’ul Awal atau bertepatan dengan 24 September 622 M. sehingga permulaan kalender dijatuhkan pada bulan Muharram adalah dimundurkan dua bulan.

Cerita diatas memantapkan bahwa ditetapkannya kalender Islam adalah hasil persetujuan musyawarah Sayyidina Umar bin Khaththab dengan beberapa shahabat. Namun bukan berarti beliau adalah orang yang membuat-buat nama bulan hijriyyah. Karena sebagaimana penjelasan diatas bahwa nama-nama bulan Qamariyyah sudah ada di zaman sebelum Islam.

Dalam al-Qur’an disebutkan jumlah bulan Qamariyyah, dan dalam hadits Rasulullah disebutkan secara jelas nama-nama bulan Qamariyyah tersebut yang berjumlah 12.



Allah berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram”. (QS. At-Taubah: 36).



Dalam sebuah hadits shahih disebutkan:



عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Dari Nabi shallallahu ‘alai wasallam bersabda: “Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun adalah dua belas bulan yang diantaranya adalah empat bulan mulia; yang tiga berturut-turut; Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan Muharram, dan Rajab-nya Kabilah Mudhar adalah antara Jumada dan Sya’ban” (HR. Bukhari dan Muslim)



Dari hadits diatas mengantarkan kepada satu faham bahawa nama-nama hari telah dicetuskan dalam Islam dan Allah telah menetapkan urutannya.



Kesimpulannya, kalender Qamariyyah yang menggunakan peredaran bulan telah digunakan oleh Arab jahiliyyah dan era Rasulullah. Hanya saja penggunaan rasmi kalender hijriyyah yang berdasar bulan Qamariyyah yang dipermulai dari Muharram rasmi dimulai di zaman Sayyidina Umar bin Khaththab.



Ustaz Nur Hidayat

Selasa, 29 Desember 2015

Usut Terompet Al-Qur'an, Tindak Tegas Agar Ada Efek Jera



REPUBLIKA.CO.ID

Republika/ Yasin Habibi
Petugas polisi Polsek Taman Sari mengamankan terompet yang terbuat dari kertas sampul Alquran saat razia di Jalan Gajah Mada, Jakarta, Selasa (29/12). (Republika/Yasin Habibi)
2
SHARE
     

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin meminta penegak hukum dan aparat berwenang segera menindak kasus pembuatan terompet berbahan baku sampul Alquran. Kiai Ma'ruf pun telah menginstruksikan MUI Jawa Tengah untuk segera menelusuri kasus tersebut.

"Itu pelecehan agama jadi kami instruksikan MUI daerah setempat untuk lapor ke polisi," kata Ma'ruf dalam Tausiyah Akhir Tahun MUI di Jakarta, Selasa (29/12). (Baca: Tangkap Aktor Intelektual Terompet Alquran)

Rais 'Aam Syuriah PBNU itu menyebut, sepanjang 2015 juga terjadi kasus penyalahgunaan simbol-simbol Islam seperti sandal bermotif tulisan Allah, celana bertuliskan surat Al-Ikhlas, dan kerudung bermotif perempuan tanpa busana.

Dari kasus-kasus tersebut, kata Kiai Ma'ruf, MUI Pusat menginstruksikan perwakilan di daerah untuk mengajukan tuntutan. Terkait kasus terompet berbahan baku sampul Alquran, Ma'ruf pun meminta segera ada penindakan pada produsen.

Kiai Ma'ruf mengatakan, selama ini produsen kerap beralasan tidak tahu atas kejadian tersebut. Padahal ada motif-motif terselubung dari kasus penistaan agama tersebut. Ia pun mempertanyakan kesadaran produsen dalam menggunakan bahan baku atau motif-motif yang justru melecehkan Islam.

"Saya kira itu sengaja. Masa tidak tahu?" ujarnya.

Kiai Ma'ruf pun mengimbau kepada aparat penegak hukum segera bertindak dan menunjukkan ketegasan. "Ya ini harus tegas agar ada efek jera dan tidak terus berulang-ulang," ujarnya.

Minggu, 27 Desember 2015

PNS INI MIMPI APA ? Yuk Baca Dipublikasikan oleh SYAM


PNS Jujur Ini Mimpi Berhaji, Saat Wukuf Dikunjungi Rasulullah
Author: Ma | Posted on 1:03 am
Tak seperti teman-temannya, tiga puluh tahun menjadi pegawai negeri sipil, hidup Pak Arif tak kunjung berubah. Sementara teman-temannya, entah bagaimana, sudah bisa membeli rumah dan bahkan mobil.

Bukannya ia tak ingin kaya. Ia ingin sekali punya banyak uang. Ia ingin pergi menunaikan haji. Dengan uang halal tentunya.

Demikianlah setiap bulan sedikit demi sedikit ia menyisihkan beberapa puluh ribu. Terkadang bisa beberapa ratus ribu. Setiap malam ia berdoa mohon diberi rezeki bisa menunaikan haji.

Tetapi mungkin Tuhan belum berkenan menerimanya sebagai tamu di rumah-Nya:  setiap terkumpul beberapa juta, uangnya selalu berkurang—terkadang habis—karena untuk biaya berobat. Atau, mungkin karena lelaki itu terlalu baik: jika semuanya baik-baik saja, selalu ada hal yang membuatnya mengambil tabungannya; ia sering tak tega melihat ada orang yang kesusahan.

Kadang, ia mengambil tabungannya setiap kali melihat anak tetangganya  kesulitan membayar SPP. Atau saat ada berita bencana, ia selalu mengambil tabungannya untuk membantu. Dan anehnya, sepertinya ia ditakdirkan bertemu dengan orang-orang yang kesusahan.

Selama bertahun-tahun uang tabungannya yang tak banyak itu lebih banyak dipakai untuk membantu orang. Tentu kita paham sekarang mengapa tabungannya  tak pernah cukup untuk biaya naik haji, apalagi biayanya tiap tahun terus naik. Tetapi ia terus berdoa mohon bisa sampai ke Tanah Suci, dan terus menabung, walau tabungannya tak pernah bertambah banyak.

Kini Pak Arif sudah pensiun. Ia tak bisa lagi menabung banyak-banyak. Uangnya  cukup untuk sehari-hari  tetapi selalu bisa menyisihkan sedikit uangnya untuk ditabung, meski pada akhirnya habis juga karena untuk menolong orang.

Apakah ia putus asa? Tidak. Ia tetap berdoa, dengan doa yang sama seperti tiga puluh tahun yang lalu. Hingga suatu malam pada malam tanggal sembilan bulan haji, ia bermimpi berada di Mekah. Ia melaksanakan semua ritual haji—tawaf, wuquf dan sebagainya. Dalam mimpinya, saat wuquf itu ia dikunjungi Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Ia terbangun tepat saat adzan subuh. Ia menangis, sebab ternyata itu hanya mimpi. Tetapi ia bahagia karena bermimpi bertemu Kanjeng Nabi.

Seminggu sesudah mimpi  ia pagi-pagi kedatangan tamu. Mengaku utusan dari mantan atasannya, yang baru saja naik haji dengan ONH plus. Utusan itu berkata kepadanya, “sesuai pesen bapak, ini saya diutus mengantar kenangan-kenangannya yang Pak Arif minta untuk dicetak.”

Utusan itu menyerahkan sebuah foto. Pak arif memandang foto itu lama sekali: ia belum pernah ke Arafah, tetapi di foto itu tampak sang atasan duduk bersama Pak Arif memakai baju ihram di padang Arafah.