Tulisan Berjalan

SUKSES KOMUNITAS MAJU JOS, AKHIRNYA BIMBINGAN DIGITAL MARKETING SECARA GRATIS TANPA BATAS TELAH MEMBERI MANFAAT BESAR

Jumat, 10 Februari 2012

4 Negara dengan Penduduk Paling Romantis di Dunia




Romantisme tak hanya muncul dari sebuah tempat, atau keindahan alam yang ditawarkan. Buktinya, beberapa negara terkenal dengan penduduknya yang romantis tingkat dewa! Empat negara ini cocok jadi tujuan libur Valentine Anda.
Februari adalah bulan penuh cinta. Hampir seluruh dunia memperingati hari Valentine yang jatuh tepat tanggal 14. Masyarakat dari berbagai belahan dunia memperingati hari kasih sayang ini dengan berbagai cara, termasuk mengunjungi negara dan kota romantis di dunia.

Tapi tahukah Anda, romantisme tak hanya muncul dari keindahan tempatnya saja. Penduduk setempat juga menyumbang atmosfer cinta dari sebuah negara atau kota. Roma misalnya, tempat lahirnya kata 'romance' yang mewakili ibukota Italia itu. Maka, Voila! Jadilah Italia sebagai salah satu negara paling romantis di dunia.

Beberapa negara dengan penduduk yang romantis bisa memperindah hari Valentine Anda bersama pasangan. Berikut 4 negara dengan penduduk paling romantis di dunia, mengutip dari situs cnngo.com, Rabu (8/2/2012):

1. Spanyol

Kesan romantis dari masyarakat Spanyol sangat kentara lewat bentuk fisik. Tubuh ideal, rambut bergelombang dan tebal, kulit eksotis, serta segala hal lain yang menyatu dalam kata 'seksi'. Banyak yang menyamai romantisme orang Spanyol dengan Prancis dan Italia, tapi tidak, mereka jauh berbeda.

Terlebih lagi, dan yang terpenting, mereka punya keramahan tiada tara yang membuat orangjatuh cinta.

Jika Anda dan pasangan berkeliling di kota-kotanya, masyarakat Spanyol akan tersenyum dan menyapa Anda dengan ramah. Aksen bahasa Spanyol yang kental terdengar sangat merdu di telinga. Berbincang dengan mereka sambil menikmati matahari terbenam akan membawa sebuah romansa, walaupun Anda tidak sedang berduaan.

2. Argentina

Orang Argentina boleh berbangga hati karena paling mahir dalam merayu lawan jenis. Bagaimana tidak, mereka punya darah keturunan dua negara yang juga terkenal romantis yaitu Italia dan Spanyol.

Walaupun terletak di Amerika Latin, kultur di negara ini lebih condong ke Benua Eropa. Negara ini sukses menjadi perpaduan dua kultur romantis dari dua negara asalnya.

Bentuk romantisme yang paling kentara dari Argentina adalah Tango, yang merupakan tarian paling sensual di dunia. Oleh karena itu, jangan lewatkan momen belajar tari Tango bersama pasangan jika berlibur ke Argentina.

Tak hanya Tango, di Argentina Anda bisa dimabuk cinta oleh red wine lokal yang terkenal. Bentuk seksi dari masyarakatnya? Tunggu sampai Anda melihat orang Argentina bermain sepakbola seperti beberapa bintang dunia, mulai dari Diego Maradona sampai Lionel Messi.

3. Prancis

Akuilah, segala hal yang berkaitan dengan Prancis memiliki unsur romantis, tak terkecuali masyarakatnya. Tapi tahukah Anda hal romantis apa yang paling dominan dalam kultur Prancis?

Bahasa. Dengan kesulitan tingkat tinggi dalam pelafalan, sensualitas para penuturnya tak bisa terelakkan.

Ketika sedang berjalan sore bersama pasangan di tepian Sungai Seine, Anda bisa melihat pasangan Prancis berciuman mesra. Bahkan, gerakan tubuh nan ramping khas masyarakat Prancis pun menimbulkan sensualitas yang menyebar ke sekitarnya.

4. Libanon

Mungkin negara ini jauh dari kata sensual. Namun, masyarakat Libanon diberkahi kulit seindah zaitun, dengan tatapan dalam dari mata cokelat tua, hidung mancung, serta kesederhanaan khas umat Muslim yang dominan.

Sebagai ibukota Libanon, Beirut adalah tempat yang cocok bagi Anda dan pasangan untuk menikmati masa setelah pernikahan. Pasangan suami istri Muslim berpegangan tangan, menyunggingkan senyum nan manis dan menyapa para pendatang dengan salam. Kesederhanaan dan keramahan masyarakat Libanon adalah sumber cinta pada pandangan pertama.

sumber :  http://detik.travel/read/2012/02/10/165559/1839652/1025/2/4-negara-dengan-penduduk-paling-romantis-di-dunia

Rabu, 08 Februari 2012

Sejarah & Peradaban Falak




Dimaklumi, lapangan pembahasan ilmu falak adalah langit dengan segala yang berada didalam dan sekitarnya. Bangsa-bangsa kuno Babilonia, Mesir, Cina, India, Persia, Yunani, dll. dimasanya masing-masing telah melakukan aktifitas Astronomi (falak) dan Astrologi (nujum) secara bersamaan dengan model masing-masing.

Peradaban (bangsa) Sumeria yang telah muncul sekitar tahun 4500 SM diduga sebagai cikal bakal lahirnya ilmu pengetahuan terkhusus kajian Astronomi-Astrologi bagi peradaban sesudahnya. Peradaban Babilonia (Iraq Selatan) adalah lanjutan peradaban Sumeria tersebut yang punya pengaruh yang sangat kuat. Orang-orang Babilonia dikenal hobi dengan ilmu eksperimental, membuat peradaban ini bertahan dan berkembang dalam sejarah. Sumbangsih besar, sekaligus masalah besar Babilonia yang telah mengakar hingga saat ini adalah Astrologi. Astrologi lahir sekitar 2000 tahun SM di Lembah Mesopotamia (diantara sungai Eufrat dan Tigris). Dapat dibayangkan, langit yang begemerlapan oleh ribuan bintang-bintang dengan ketiadaan lampu taman dan kota ketika itu, tentunya sangat inspiratif untuk para Astrolog dan pendeta Babilonia, mereka mengamati dan memandang sekaligus meramal kejadian dilangit, mereka beranggapan bahwa setiap gerak benda-benda dilangit adalah pesan dari penguasa alam yang harus diterjemahkan. Ramalan yang pada mulanya diperuntukkan untuk raja dan negara, tetapi juga merembes untuk meramal kehidupan sehari-hari orang biasa. Kenapa demikian? Karena Astrologi bicara tentang manusia sehari-hari dengan segala kemungkinan suka dan dukanya. Namun, sejauh mana kita merelakan peruntungan pada benda-benda angkasa tersebut?, atau, apakah Islam melegalisir aktifitas ini … !

Astronomi dengan Astrologi sangatlah berbeda, meski kedua-duanya sama, sama dalam menerjemahkan alam raya (langit), keduanya memang tidak lepas dari pemaknaaan benda-benda langit. Astrologi mempelajari hubungan kedudukan rasi bintang (zodiak), planet, matahari dan bulan terhadap karakter dan nasib seseorang. Sementara Astronomi tidak hanya mempelajari planet, matahari, bulan, bintang, tapi juga galaksi, black hole, pulsar, dan benda-benda angkasa lainnya. Astronomi mempelajari alam secara fisika-matematika dan hukum-hukum alamnya. Sehingga kesimpulannya bahwa benda-benda di atas sana adalah benda langit, bukan dewa-dewi atau makhluk luar biasa.

Dimasa peradaban Babilonia, telah muncul tabel-tabel peredaran benda-benda langit, penyiapan kalender pergantian musim dan perubahan wajah bulan, pemetaaan langit, dan peramalan terjadinya Gerhana yang merupakan embrio Astronomi modern. Sumbangsih penting lain dari peradaban ini adalah, bangsa Babilonia menetapkan sebuah lingkaran menjadi 360 derajat, berdasarkan itu juga, Babilonia menjadikan keadaan bumi (muhith al ardh/muhith al falak) 360 derajat. Dan lagi, Babilonia telah menetapkan satu hari = 24 jam, satu jam = 60 menit dan satu menit = 60 detik.

Sementara itu, peradaban Mesir kuno punya segudang talenta sejarah yang panjang nan banyak memenuhi halaman buku-buku sejarah. Khusus dalam kaitan kajian perbintangan, Mesir kuno memang tidak punya begitu banyak perhatian terhadap observasi Gerhana dan gerakan bulan dan planet-planet lainnya, namun peradaban Mesir kuno punya kepercayaan yang mengakar dalam penanggalan. Melalui rutinitas banjir sungai Nil setiap tahun yang selalu bertepatan dengan munculnya bintang Sirius (najm syi'ry yamany) dibagian timur pada malam bulan musim panas sekitar tanggal 19 Tamuz / تموز (Juli) dan mulai bersinar diakhir bulan Ab / آب (Agustus). Karena munculnya bintang ini selalu bersamaan dengan datangnya banjir sungai Nil setiap tahun, Mesir kuno menjadikan fenomena alam ini sebagai dasar penanggalan yang terus digunakan hingga saat ini. Diperadaban ini juga, Mesir kuno telah mengenal dan menciptakan jam matahari (mizwalah) yang muncul lebih kurang tahun 1500 SM.

Peradaban China, tak kalah besar pengaruhya dengan peradaban lainnya, diperadaban ini telah ada perhitungan gerak benda-benda angkasa seperti menghitung terjadinya gerhana seperti dipelopori oleh Konfusius (w.± abad V SM). Dimasa ini telah ada pula sistem penanggalan dengan segala plus-minusnya, diduga pula, bangsa China kuno telah dan pernah melakukan pengkajian-perhitungan terhadap Nova dan Supernova. Astronom China silam, Shi Shen, konon sudah berhasil menyususn katalog bintang-bintang yang sangat boleh jadi sebagai katalog 'tertua' yang terdiri 800 entri pada tahun 350 SM.


Peradaban India dan Persia

Dua peradaban (bangsa) ini, adalah peradaban yang punya kedudukan istimewa. Dari dua peradaban inilah -secara langsung- muncul dan lahirnya peradaban falak Arab (Islam), disamping peradaban Yunani kuno yang telah mengakar. Peradaban India adalah yang terkuat dalam pengaruhnya terhadap Islam (Arab) dibanding Persia. Bangasa India kuno, yang telah memulai peradabannya sedikitnya sejak 3000 tahun SM di lembah sungai Indus di Mahenjo-Daro atau Harappa punya gambaran mitos menarik tentang jagad raya, mereka percaya bumi ini adalah datar bersangga diatas punggung beberapa ekor gajah raksasa; gajah-gajah itu berdiri diatas punggung seekor kura-kura maha besar. Langit tidak lain adalah seekor ular kobra raksasa yang badannya melingkari bumi, pada malam hari sisik-sisik ular itu mengkilat berkilauan sebagai bintang-bintang.

Buku Sind Hind / سند هند dari bahasa asli براهمسبهطسد هانت punya pengaruh besar dalam perkembangan peradaban falak Arab Islam, dengan puncaknya pada Dinasti Abbasiyah masa pemerintahan Al Manshur, diturunkan SK (baca: perintah) untuk meringkas dan menerjemahkan buku ini kedalam bahasa Arab. Ibrahim al Fazzari (w…?) adalah orang yang menerima perintah untuk menerjemahkan buku ini, sekaligus pula ia melahirkan buku penjelas "As Sanad Hind al Kabir", dan buku ini terus bertahan hingga masa Al Makmun Dinasti Umawiyah. Perkembangan berikutnya, bermunculan karya-karya falak Arab nan banyak lagi beragam dimasa Dinasti Abbasiyah dan Umawiyah, namun kesemuanya senantiasa bernuansa gaya falak ala-Sind Hind tersebut.

Peradaban Persia, berada pada urutan kedua setelah India dalam pengaruhnya dalam Islam, peradaban ini juga mengambil (belajar) dari peradaban India disamping peradaban lainnya. Namun demikian, pengaruh peradaban Persia tetaplah signifikan, terbukti dipemerintahan Abbasiyah masa Al Manshur ia mengumpulkan pembesar-pembesar ahli perbintangan Persia untuk berdiskusi seperti Nubekht al Farisy (w.326 H), Umar bin al Farkhan (w.± 200 H), Ibrahim al Fazzary (w...?), dll.

Diantara istilah falak Persia yang terus dipakai dalam Islam hingga saat ini antara lain; zayj (zig), awj (Aphelion), dll. Sementara buku-buku falak bahasa Persia yang banyak mendapat perhatian Arab Islam antara lain; زيج الشهريار dan زيج الشاة yang merupakan ephemiris (Zig) yang cukup masyhur ketika itu. Berikutnya Al Khawarizmi (w.232 H) juga membuat Zig-nya (Ta'adil al Kawakib) dalam corak mazhab Persia, demikian lagi Abu Ma'syar al Falaky (w.272 H), dll. Buku-buku falak Persia yang dinukil kedalam bahasa Arab antara lain buku " البزيذج فى المواليد " yang dinisbahkan pada بزرجمهر , dan "Shuwar al Wujuh" karya تنكلوس .


Peradaban Yunani

Seperti disebut diatas, pengamatan fenomena jagad raya telah dilakukan sejak dahulu kala oleh orang-orang peradaban Babilonia, Cina, Mesir kuno, dll. Namun Astronomi sebagai ilmu pengetahuan baru berkembang pada peradaban Yunani pada abad ke-6 SM. Adalah Thales diduga sebagai yang memelopori ilmu Astronomi klasik di Yunani. Ia berpendapat bahwa Bumi merupakan sebuah dataran yang luas. Di waktu yang sama, Phytagoras melontarkan pendapat yang berbeda dengan Thales, menurut Phytagoras, bentuk bumi adalah bulat, meski belum didukung banyak bukti.
Terobosan Astronomi lainnya dilakukan oleh Aristarchus (w.±250 SM) di abad 3 SM. Ia berpendapat, Bumi bukan pusat alam semesta. Ia mengungkap bahwa bumi berputar dan beredar mengelilingi matahari (Heliosentris). Walaupun teori tersebut akhirnya terbukti benar, tapi saat itu tidak banyak yang mendukungnya. Justeru yang didukung adalah teori yang dilontarkan oleh Hiparchus (± tahun 190 – 125 SM.). Ia menyatakan bahwa Bumi itu diam, dan matahari, bulan, serta planet-planet lain mengelilingi bumi (Geosentris). Sistem Geosentris ini disempurnakan sekaligus populerkan lagi oleh Cladius Ptolomeus (w.160 M) dan lebih dikenal sebagai Sistem Ptolomeus yang terekam dalam maha karyanya Almagest, yang menjadi buku pedoman Astronomi hingga dimasa awal abad pertengahan selama berabad-abad.
Sekitar tiga belas abad kemudian, sistem Geosentris runtuh oleh Nicholas Copernicus (w.1543 M) di tahun 1512. Ia menuturkan, planet dan bintang bergerak mengelilingi matahari dengan orbit lingkaran (da'iry). Johanes Kepler (w.1630 M) mendukung gagasan itu di tahun 1609 melalui teorinya bahwa matahari adalah pusat tata surya, Kepler juga memperbaiki orbit planet menjadi bentuk elips (ihlijy) yang dikenal dengan tiga hukum Kepler-nya. Di tahun yang sama, Galileo Galilei (w.1642 M) menciptakan Teleskop monumental di dunia. Dari pengamatannya, ia berkesimpulan bahwa bumi bukan pusat gerak. Penemuan Teleskop tersebut, selain memperkuat konsep Heliosentris Copernicus, juga membuka lembaran baru dalam perkembangan ilmu Astronomi.

Falak Pasca Jahiliyah (Era Islam)

Dalam Islam, pada awalnya Ilmu Falak juga tidak lebih hanya sebagai kajian 'nujumisme' (Astrologi). Hal ini terjadi antara lain dengan dua alasan; 1.) Kebisaan hidup mereka dipadang pasir yang luas serta kecintaan mereka pada bintang-bintang untuk mengetahui tempat terbit dan terbenamnya, mengetahui pergantian musim, dll. 2.) Keterpengaruhan mereka terhadap kebiasaan bangsa-bangsa yang berdekatan dengan mereka yang punya kebiasaan yang sama (Astrologi).

Datangnya Rasulullah S.a.w. beserta risalah-nya dengan membawa cahaya Al-Quran, menjelaskan bahwa masa bagi Allah S.w.t. adalah sama, tidak ada bahagia dan tidak ada celaka, bahagia dan celaka mutlak dalam kekuasaan Allah S.w.t. Perkembangan berikutnya aktifitas falak terus berkembang dengan kontrol Al Qur'an, hingga lahirlah banyak sarjana-sarjana falak berpengaruh dalam Islam.

Adalah Dinasti Abbasiyyah -tepatnya masa pemerintahan Ja'far al Mansur- berjasa meletakkan Ilmu Falak pada posisi istimewa, setelah Ilmu Tauhid, Fikih, dan Kedokteran. Ketika itu, Ilmu Falak -dikenal juga Astronomi- tidak hanya dipelajari dan dilihat dalam perspektif keperluan praktis ibadah saja, namun lebih dari itu, ilmu ini lebih dikembangkan sebagai pondasi dasar terhadap perkembangan science lain seperti; ilmu pelayaran, pertanian, kemiliteran, pemetaan, dll. Tidak tanggung-tanggung, Khalifah Al-Manshur membelanjakan dana negara cukup besar dalam rangka mengembangkan kajian Ilmu Falak. Ilmu Falak-pun terus berkembang hingga zaman pemerintahan Umawiyah, dengan puncak kecemerlangan perkembangannya dipemerintahan Khalifah Al-Makmun. Kajian Astronomi dibuat secara sistematik dan intensif yang melahirkan sarjana-sarjana Falak Islam semisal Al Battani (w.317 H), Al Buzjani (w.387 H), Ibn Yunus (399 H), At Thusy (w.672 H), Biruny (w.442 H), dll. Di era peradaban Arab-Islam inilah kajian falak mulai berkembang secara alamiah dan ilmiah dengan berbagai pembenahan teori, terjemah, cetak ulang, perbaikan, dan ta'lif dengan berbagai penambahan dan penemuan. Khusus dalam kepentingan ibadah, Qudama' Arab telah melakukan perhitungan waktu-waktu shalat, arah kiblat, rukyat hilal, perhitungan musim, dll.

Dimasa Al Makmun, mulai marak pula gerakan penerjemahan literatur-literatur Falak asing kedalam bahasa Arab, seperti buku "Miftah an Nujum" yang dinisbahkan pada Hermes Agung (Hermes al Hakim) dimasa Umawiyah, menyusul buku Sind Hind tahun 154 H/ 771 M yang diterjemahkan oleh Ibrahim al Fazzary (w...?), Almagest Ptolomaeus yang diterjemahkan oleh Yahya bin Khalid al Barmaky dan disempurnakan oleh al Hajjaj bin Mutharr dan Tsabit bin Qurrah (w.288 H), dll.

Hal penting yang perlu dicatat -seperti ditegaskan diatas- , perkembangan peradaban falak Arab-Islam memang tidak bisa dilepaskan dari peradaban sebelumnya, dalam bahasa yang agak 'ekstrim', Arab memang berhutang terhadap peradaban sebelumnya. Namun terdapat beberapa keistimewaan dibalik keberhutangan tersebut, antara lain sbb.;
1.] Meski Arab menukil dari peradaban sebelumnya, namun senantiasa disertai dengan koreksi (tashih al akhtha'), penjelasan ulang teori (syarh), penambahan informasi, yang berikutnya membuat karya-karya (ta'alif ) tersendiri yang punya ciri dan keunggulan.
2.] Peradaban falak Arab-Islam tidak hanya terhenti dalam sebatas tinjauan teoritis saja (dirasat nazhariyyah), namun mempolanya dalam bentuk ilmu-ilmu pasti seperti mate-matika, fisika, kimia, dll., hal ini paling tidak dapat dilihat dari karya-karya (alat-alat) observasi yang ada.
3.] Dalam hal perbintangan (Astrologi), Arab-Islam memang tidak mampu menghapus habis tradisi ini, bahkan praktek ini tetap ada dalam kehidupan masyarakat sehari-hari hingga saat ini. Alasannya -seperti disebutkan diatas-, Astrologi bicara tentang diri seseorang dengan segala kemungkinan suka dan dukanya. Wallah a'lam.

Selasa, 07 Februari 2012

Keprihatinan Seorang Nabi


Keprihatinan Seorang Nabi

30/1/2012 | 06 Rabiul Awwal 1433 H | Hits: 1.009
Oleh: Musyafa Ahmad Rahim, Lc
Kirim Print
Ilustrasi (aishagrace.wordpress.com)
dakwatuna.com - Di suatu waktu, terdengarlah “desah” nabi Zakariya – ‘alaihis-salam -:   “Ya Allah Rabb-ku, sesungguhnya tulang belulangku sudah rapuh, kepalaku sudah menyala putih karena uban dan istriku mandul. Namun, ada satu hal yang membuat diriku khawatir, takut, cemas dan bersedih, yaitu, belum jelasnya seorang penggantiku, pelanjutku dan pewarisku, dan aku tidak pernah berputus asa untuk terus memohon dan memohon kepada-Mu, berikanlah kepadaku seorang pelanjut, seorang pengganti dan seorang pewaris, yang melanjutkan misi dan risalahku, misi keluarga besar nabi Ya’qub - ‘alaihis-salam -, pewaris yang akan membimbing, membina dan mendidik Bani Israil, membimbing dan membina mereka kepada ajaran-Mu”.
Bukan Soal Harta dan Kedudukan
Apa yang menjadi keprihatinan dan kepedihan nabiyullah Zakariya - ‘alaihis-salam – bukanlah soal masa depan makanan dan logistik Bani Israil, sebab ia yakin betul bahwa rezki, makanan, dan logistik Bani Israil sudah dijamin dan ditanggung Allah SWT.
Bukan pula soal jabatan dan kedudukan duniawi mereka, sebab mereka pasti akan menentukan pilihan mereka sendiri seandainya tidak ada ketentuan dari Allah SWT, dan sepertinya peminat dalam hal ini sangatlah banyak.
Bukan pula soal perjodohan laki dan perempuan di antara sesama mereka, sebab fitrah dan naluri mereka telah cukup untuk menggerakkan mereka dalam hal ini.
Bukan pula soal perhiasan-perhiasan dunia lainnya, sebab semua manusia telah tercipta dengan membawa kecenderungan terhadapnya.
Namun, yang menggelisahkan, mengkhawatirkan dan memprihatinkannya adalah soal statusnya sebagai juru dakwah, sebagai murabbi, sebagai pembimbing dan sebagai pembawa masyarakat kepada jalan yang lurus, jalan para nabi dan rasul, jalan para shiddiqin, syuhada dan shalihin, jalan yang telah digariskan Allah SWT untuk dititi dan dirambah umat manusia.
Dan pada kenyataannya, peran dan fungsi seperti inilah yang sedikit sekali peminatnya, berbeda dengan peminat harta, tahta dan jabatan, sehingga, meskipun pintu pendaftaran telah dibuka seluas-luasnya, berbagai bentuk targhib (penggemaran dan iming-iming bagi yang mau melakukan) serta tarhib (pemaparan hal-hal yang menakutkan bagi yang tidak mau melakukan) sudah dikemukakan, reward and punishment sudah dipaparkan, pada kenyataannya, yang mendaftarkan diri secara sukarela tetap saja sedikit, minim dan tidak sebanding dengan para peminat dan pendaftar peran dan fungsi lainnya.
Kenyataan seperti inilah yang membuat prihatin nabiyullah Zakariya - ‘alaihis-salam -
Untuk itulah, beliau sampaikan keprihatinan ini kepada Allah SWT, Dzat yang Maha Mendengar, Dzat yang Maha Mengabulkan, Dzat yang Maha Pengasih, Penyayang dan yang Maha Kuasa, Pencipta dan Pengatur seluruh alam.
Bukan Hanya Sekali Dua Kali
Penyampaian keprihatinan seperti ini bukan hanya sekali dua kali disampaikan nabi Zakariya - ‘alaihis-salam – kepada Allah SWT, tetapi, berkali-kali, sering dan terus menerus. Dan meskipun tanda-tanda terkabulkannya tidak segera kunjung tampak, namun dia terus menerus sampaikan keprihatinan itu, tidak ada kata putus asa, tidak pernah pupus dan sirna harapannya “walam akun bidu’aika Rabbi syaqiyya”.
Bukan hanya tidak berputus asa, tetapi, selalu memanfaatkan waktu, tempat dan moment-moment istijabah untuk mengulangi dan mengulangi lagi penyampaian keprihatinan dan permohonannya. Oleh karena itu, pada suatu hari, saat ia memasuki mihrab Maryam, dan dia dapati di sisi Maryam ada makanan dan minuman, dan setelah dia mendapatkan kepastian bahwa makanan dan minuman itu datang dari Allah SWT, yang berarti, kemungkinan besar, saat itu dan di tempat itu baru saja turun rahmat Allah SWT, dan sangat mungkin rahmat itu belum beranjak dari situ, maka seketika itulah sekali lagi ia panjatkan keprihatinan dan permohonannya kepada Allah SWT, agar Dia memberikan keturunan kepadanya, keturunan yang shalih, keturunan yang baik, yang akan mewarisi dan menjadi pelanjut dari misi dan tugasnya. “Hunalika da’a Zakariyya Rabbahu …”
Ia tidak peduli lagi dengan keadaan dirinya yang tua renta, tidak peduli lagi dengan kondisi istrinya yang mandul, yang secara teori tidak mungkin lagi memiliki keturunan, sebab ia yakin, rahmat dan kekuasaan Allah SWT jauh di atas semua teori tadi.
Berqudwah Kepada Nabi Zakariya
Al-Qur’an menceritakan kisah nabi Zakariya - ‘alaihis-salam – bukan sekedar menjadi hiburan, namun, untuk dijadikan ibrah, dan diikuti nilai-nilai ke-qudwah-annya.
Pos-pos jabatan struktural, alhamdulillah telah terisi secara cukup dan bahkan memadai.
Pos-pos jabatan publik, alhamdulillah banyak sekali yang berminat.
Namun, berapa banyak yang bermimpi dan berminat menjadi juru dakwah? Berapa besar pula minat dan animo masyarakat untuk menjadi murabbi? Siapakah dan berapakah yang menyambut seruan banyak ikhwah di daerah, di kampus, sekolah dan lainnya: “mana juru dakwah? Mana murabbi? Silakan datang ke sini!”
Tidakkah situasi ini mendorong kita untuk prihatin? Bersedih? Dan lalu mengadukannya kepada Allah SWT?
Tidakkah kenyataan ini mendorong kita untuk bekerja bersungguh-sungguh dalam menyiapkan dan memperbanyak jumlah juru dakwah dan murabbi? Sambil terus menerus dan tidak henti-hentinya berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar memberikan ketegaran dan keteguhan (tsabat) kepada kita dalam meniti jalan dakwah serta memudahkan segala urusan dakwah dan tarbiyah ini?
“Wa inni khiftul mawaliya min wara-i… fahab li min ladunka waliyyan yaritsuni…”
Barakallahu li walakum fil Qur’anil azhim wanafa’ani waiyyakum bima fihi minal ayati wadz-dzikril hakim, amiiin.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/01/18296/keprihatinan-seorang-nabi/#ixzz1llcNqD1T

Ada Apa Dengan Ayat Kursi ?


H. Muhammad Widus Sempo, MA

Ada Apa dengan Ayat Kursi?

27/12/2011 | 02 Shafar 1433 H | Hits: 5.941
Oleh: H. Muhammad Widus Sempo, MA
Kirim Print
Ilustrasi (jualkhat.wordpress.com)
dakwatuna.com - Firman Allah SWT:
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ ﴿٢٥٥﴾
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 255)
Sebelum terlalu jauh menelaah kandungan makna Ayat Kursi, hemat penulis, seyogianya menelusuri pemberitaan hadits tentang kemuliaannya.
Sabda Rasul SAW:
عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ e: «يَا أَبَا الْمُنْذِرِ، أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟» قَالَ: قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: «يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ؟». قَالَ: قُلْتُ: اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ. قَالَ: فَضَرَبَ فِى صَدْرِى، وَقَالَ «وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِر»[[1]].
“Ubayyi bin Ka’b berkata: Rasul Saw bersabda: (Wahai Abu al-Mundzir! Apakah Anda tahu ayat yang mana di kitab Allah SWT yang paling agung?). Aku menjawab: hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu. Dia kemudian berkata lagi: (Wahai Abu al-Mundzir! Apakah Anda tahu ayat yang mana di kitab Allah SWT yang paling agung?). Aku menjawab: اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ, maka beliau pun menepuk dadaku dan berkata: (semoga engkau mudah menimba ilmu dan kelak menjadi alim, wahai Abu al-Mundzir!)”[[2]]
Dan sabdanya:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ t: أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ e قَالَ: «سُوْرَةُ البَقَرَةِ فِيْهَا آَيَةٌ سَيِّدَةُ آَيِ الْقُرْآنِ، لاَ تُقْرَأُ فِيْ بَيْتٍ، وَفِيْهِ شَيْطَانٌ إِلاَّ خَرَجَ مِنْهُ: آيَةُ الكُرْسِيِّ».
“Abu Hurairah RA berkata: Rasul Saw bersabda: (di Surah Al-Baqarah terdapat ayat yang merupakan Sayyidah (ratu, miss universe) ayat-ayat Al-Qur’an, dia tidak dibaca di dalam sebuah rumah yang dihuni setan, kecuali setan tersebut keluar. Ayat itu adalah Ayat Kursi.)”[[3]]
Kedua periwayatan tersebut menggarisbawahi kemuliaan Ayat Kursi dengan memberi dua label kemuliaan: Pertama: ayat yang paling agung, dan kedua: Sayyidah ayat-ayat Al-Qur’an. Tentunya, ini mengundang tanya: “ada apa dengan Ayat Kursi? Makna apa yang dibiaskan ke alam kehidupan manusia sehingga dia mendapatkan kemuliaan seperti ini?”
Hemat penulis, Dia miss universe ayat-ayat Al-Qur’an karena mengoleksi makna ketauhidan yang sempurna. Di sana ada ketauhidan zat, nama dan sifat-sifat Allah SWT. Olehnya itu, bukan hal yang aneh jika di pentas ayat-ayat ketauhidan dia mendapatkan kehormatan dan keagungan. Dia telah mementaskan pesona makna-makna ketauhidan yang tidak ditemui pada ayat-ayat lain.
Telaah seperti ini telah disuarakan sejak dini oleh Imam al-Ghazali, beliau berkata:
“tujuan utama ilmu-ilmu Al-Qur’an adalah untuk mengetahui Allah, zat dan sifat-sifat-Nya. Sementara itu, Ayat Kursi menyebutkan zat, sifat dan perbuatan Allah SWT yang tidak disinggung oleh ayat-ayat lain. Olehnya itu, dia Sayyidah ayat-ayat Al-Qur’an.
Firman-Nya: (الله) menunjukkan zat-Nya, firman-Nya: (لاَ إَلهَ إِلاَّ هُوَ) mengisyaratkan ketauhidan zat, dan firman-Nya: الْحَيُّ القَيُّوْمُ)) menegaskan sifat zat dan kemuliaannya. القَيُّوْمُ)) Yang berdiri sendiri, tidak tergantung kepada zat lain, dan tempat bergantung semua entitas kehidupan. Tentunya, yang demikian itu puncak dari sebuah kemuliaan dan keagungan.
Firman-Nya: (لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ) menyuguhkan penyucian dan kemuliaan terhadap-Nya dari segala sifat kemusnahan (seperti sifat-sifat makhluk) yang mustahil didapatkan dalam diri-Nya, firman-Nya: (لَهُ مَا فِيْ السَّموَاتِ وَمَا فِيْ الأَرْضِ) isyarat terhadap kepemilikan mutlak. Sesungguhnya dari Dia segala sesuatu, dan kepada-Nya tempat kembali segala sesuatu, dan firman-Nya: (مَنْ ذَ الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ) isyarat terhadap kepemilikan tunggal atas kekuasaan dan hukum. Sesungguhnya barang siapa yang memiliki hak memberi syafaat, maka ia pun memiliki dengan sendirinya hak untuk memuliakan diri-Nya. Tentunya, ini menunjukkan kepemilikan tunggal terhadap kekuasaan dan hukum-Nya dan menafikan dari diri-Nya persekutuan dengan makhluk apapun terhadap kepemilikan tersebut.
Firman-Nya: يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِم وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ)) menegaskan sifat ilmu Allah SWT yang meliputi segala sesuatu dan menafikan ilmu terhadap yang lain, kecuali ilmu itu sendiri datang dari-Nya sebagai bentuk anugerah terhadap hamba sesuai dengan keinginan-Nya, firman-Nya: (وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّموَاتِ وَالأَرْضِ) pernyataan terhadap keagungan dan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Di sana masih banyak rahasia yang terselubung di balik makna (الكُرْسِيِّ), sifatnya, dan bagaimana ia meliputi langit dan bumi, yang karena keterbatasan tingkat pengetahuan manusia, maka di sini tidak dijelaskan, [[4]] dan firman-Nya: (وَلاَ يَؤُوْدُهُ حِفْظُهُمَا) isyarat terhadap sifat-sifat kekuatan Allah SWT (qudrah) dan penyucian terhadap-Nya dari segala bentuk kelemahan dan kekurangan.
Firman-Nya: (وَهُوَ العَلِيُّ العَظيْمُ) isyarat terhadap ketinggian dan keagungan kedua sifat Allah itu sendiri yang tidak pernah habis memberikan pemaknaan bagi mereka yang ingin mengais darinya makna-makna ketauhidan.
Sekarang, jika Anda menelaah koleksi makna-makna ini, kemudian Anda membaca ayat-ayat Al-Qur’an, saya pastikan Anda tidak akan menjumpai kumpulan makna ketauhidan, penyucian, dan penjelasan ketinggian sifat-sifat-Nya seperti apa yang ada dalam Ayat Kursi. Olehnya itu, sangat wajar jika ia digelar sebagai Sayyidah ayat-ayat Al-Qur’an.”[[5]]
Jika kita kembali menengok Ayat Kursi, maka ia akan memperlihatkan 10 penggalan kalimat [[6]] yang memberikan pemaknaan tersendiri. Olehnya itu, Ayat kursi tidak menggunakan huruf (و) yang berarti: (dan) sebagai kata penghubung antara satu penggalan kalimat dengan kalimat lain. Sistematika seperti ini telah menjadi kaidah baku dalam menyusun rangkaian kalimat. Mereka sepakat bahwa kalimat yang berdiri sendiri dalam memberikan pemaknaan jika dihubungkan dengan kalimat lain dengan kata penghubung akan melahirkan kerancuan.
Jarullâh az-Zamakhsyari berkata:
“jika Anda bertanya: “Bagaimana penggalan-penggalan kalimat Ayat kursi terangkai tanpa menggunakan kata penghubung?”
Saya menjawab: “tidak ada satu penggalan kalimat pun dalam ayat itu kecuali datang memberikan penjelasan tersendiri. Dan penjelasan mereka terpadu dan menyatu terhadap apa yang dijelaskan. Seandainya antara satu penggalan kalimat dengan kalimat lain disisipi kata penghubung, maka keterpaduan yang harmonis tersebut dalam memberikan pemaknaan akan rusak.””[[7]]
Maka dari itu, Wajar jika Dr. Majidah Muhammad Mohna dalam kupasannya menyimpulkan bahwa ada empat sebab utama yang melatarbelakangi penamaan Ayat Kursi sebagai ratu ayat-ayat Al-Qur’an:
Pertama: Ayat kursi mencakup Zat Allah yang Agung, sifat-sifatnya, dan 11 kata ganti (dhamir هُوَ, dan هُ) yang berarti: (dia, atau Nya). Semua kata ganti ini kembali kepada Zat Allah yang Mulia (الله).
Tentunya, semua ayat-ayat di dalam Al-Qur’an mengikut ke Ayat Kursi, seperti ayat-ayat kisah, perumpamaan, ancaman dan janji, kabar gembira dan buruk, perintah dan larangan. Yang demikian itu karena segala sesuatu selain daripada Zat Allah mengikut kepada-Nya, bukan hanya itu, tapi semua sifat-sifat Allah yang terdapat di beberapa tempat disatukan dalam ayat ini.
Kedua: Dengan 11 kata ganti tersebut Ayat Kursi seperti menutupi Zat dan kesempurnaan sifat-sifat Allah dengan tirai misteri yang mengundang para pemerhati tema-tema Al-Qur’an untuk mengungkap rahasia ketauhidan di balik tirai maknawi tersebut. Olehnya itu, penyebutan kata ganti berkali-kali menyimpan rahasia-rahasia yang butuh penalaran lebih lanjut. Para sufi meyakini bahwa dengan menyebut (هُوَ) berulang kali, seseorang bisa saja merasakan dirinya seperti di alam lain yang diselimuti oleh cahaya-cahaya ketauhidan, berlayar di lautan makna yang tidak bertepi dan hanyut dalam penghayatan. Jika kondisi seperti ini berlangsung lama maka orang tersebut boleh jadi hanya menyebut (هُ), tanda bahwa dia benar-benar hanyut dan tenggelam di lautan ketauhidan yang memukau.
Kedua: Kemuliaan Ayat Kursi dari ayat-ayat lain memberi indikasi kuat bahwa ciptaan-ciptaan Allah bukan pada satu tingkat. Setiap dari mereka punya keistimewaan tersendiri dari yang lain. Itu wajar saja karena yang memberi kemuliaan dan keistimewaan adalah Allah yang jika berkehendak pasti terjadi.
Keempat: yang memberikan penamaan terhadap Ayat Kursi dengan nama Sayyidah adalah Rasul Saw. Tentunya ini menunjukkan bahwa nama itu mulia, dan jika nama mulia pasti yang menyandang penamaan tersebut juga ikut mulia. [[8]]
Di penghujung tulisan singkat ini, saya mengajak pemerhati tema-tema keislaman untuk menyimpulkan makna-makna ketauhidan yang dipercikkan Ayat Kursi:
“Ayat Kursi adalah matahari ketauhidan yang menyinari kehidupan manusia. Di sana ada sapaan yang menyuarakan ketauhidan zat, nama dan sifat-sifat-Nya. Sejukkan rohani Anda dengan melantunkan ayat ini siang dan malam, pinang miss universe ayat-ayat Al-Qur’an tersebut dengan membuat diri Anda terbuai dan hanyut oleh ketinggian makna ketauhidan yang dipancarkan dan rahasia-rahasia kehidupan yang dikemas dan ditutupi oleh tabir maknawi. Mari bersama-sama budayakan cinta Ayat Kursi dan membacanya setiap hari!”

Catatan Kaki:
[1] Syekh Ali bin Sultân Muhammad al-Qârî berkata:
“sabdanya: (لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ) dengan nada perintah. Asal kata kerja tersebut adalah: (لِيَهْنِئَكَ), huruf hamzahnya (ء) dijatuhkan supaya ringan diucapkan, artinya: (supaya engkau mudah menimba ilmu). Orang Arab sering sekali menggunakan kalimat tersebut dalam memberikan doa dan ucapan selamat, seperti: (لِيَهْنِئَكَ الْوَلَدُ), artinya: (semoga anakmu mendatangkan kebahagiaan terhadapmu dan keluarga). Ucapan Rasul Saw tersebut merupakan doa terhadap Abu al-Mundzir agar mudah baginya menuntut ilmu dan kelak menjadi alim. Tentunya, doa itu mengindikasikan bahwa dia seorang alim yang sarat dengan ilmu. Di lain sisi, ia juga menyiratkan kemuliaan orang yang berilmu pengetahuan.” [Lihat: Syekh Ali bin Sultân Muhammad al-Qârî, Mirqâtul al-Mâfâtîh syarh Misykâtul Mashâbîh, ditahkik oleh Syekh Jamal Aetâni, Dar Kutub Ilmiah, Beirut, cet. 1, 1422 H/2011 M, vol. 5, hlm. 19]
[2] Shahîh Muslim, Kitab Shalâtul Musâfirîn, bab Fadlu Surah Al-Kahfi wa Ãyat Al-Kursi, hadits. No: 1921, hlm. 374-375
[3] Imam al-Hakim, al-Mustadrak ala As-Shahîhain, kitab Tafsir, bab min Surah Al-Baqarah, hadits. No: 3085, vol. 2, hlm. 312
[4] yang terlihat oleh penulis dari pernyataan Imam al-Gazâli di atas adalah kecenderungan kuat beliau untuk tidak memberikan pemaknaan terlalu jauh terhadap (الكرسي). Di sini ulama berbeda pendapat dalam menyikapi mufradat-mufradat seperti itu (Mutasyabihat). Para Ulama Salaf (Sahabat, Tabiin dan generasi setelah Tabiin (Tabi’ Tabiin)) tidak terlalu jauh memberikan penta’wilan, bahkan di antara mereka ada yang tidak ingin menta’wilkan, mengingat zat Allah SWT di luar dari jangkauan pengetahuan manusia. Olehnya itu, karena zat-Nya tidak diketahui, maka sifat-sifat-Nya yang berkaitan dengan (الكرسي) pun tidak diketahui. Mereka mengatakan Allah SWT punya kursi yang sifat dan bentuknya hanya Dia yang tahu. Beda halnya dengan ulama yang datang setelah tiga kurun waktu tersebut, khususnya ulama-ulama sekarang, mereka berupaya menta’wilkan mufradat-mufradat seperti ini sesuai dengan konteks kalimat yang ada tanpa melanggar batasan-batasan Aqidah.
Syekh Abu Suud, salah seorang mufassir di zaman pemerintahan dinasti Utsmani, berkata:
“Di sana tidak ada kursi, duduk dan berdiri, tetapi itu adalah perumpamaan terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah yang mutlak, serta ilmu-Nya yang menyeluruh.” [Lihat: Tafsir Syekh Abi as-Suud, vol. 1 hlm. 296]
Lain halnya dengan Imam Hasan al-Bashri, beliau melihat bahwa (الكرسي) di sini adalah Arsy, dan ini dilegitimasi oleh Syekh Ibn Asyur, beliau berkata:
“itulah penafsiran yang paling nampak, karena (الكرسي) tidak pernah disebutkan di dalam Al-Qur’an kecuali pada ayat ini, sementara Arsy penyebutannya berkali-kali, dan keduanya tidak pernah disebutkan bersamaan. Seandainya (الكرسي) itu bukan Arsy, maka pasti ia disebutkan bersamaan.” [Lihat: at-Tahrîr wa at-Tanwîr, vol. 3, hlm. 23]
[5] Lihat: Imam Abi Hâmid al-Ghazâli, Jawâhir Al-Qur’an wa Duraruh, ditahkik oleh Syekh Muhammad Rasyîd Ridhâ, Dar Ihya’ al-Ulum, cet. 3, 1411 H/1990 M, hlm. 73-75
[6] Inilah penggalan-penggalan kalimat tersebut: (الله),) لا إَلهَ إِلاَّ الله هُو الحَيُّ القَيُّوْمُ), (لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ), (لَهُ مَا فِيْ السَّموَاتِ وَمَا فِيْ الأَرْضِ), (مَنْ ذَ الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ), يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ)), (وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ), (وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّموَاتِ والأرْضَ), (وَلاَ يَؤُوْدُهُ حِفُظُهُمَا) dan (وَهُوَ العَلِيُّ العَظِيْمُ).
[7] Tafsir al-Kassyâf, vol. 1, hlm. 483
[8] Lihat: Dr. Majidah Muhammad Mohna, Khutuwât ala ash-Shirât al-Mustakîm (at-Tauhid), Matbaah as-Syarq al-Haditsah, Kairo, hlm. 100-101


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/17659/ada-apa-dengan-ayat-kursi/#ixzz1llYrD2Tk

Senin, 06 Februari 2012

Hukum-Hukum Menyembelih

Binatang sembelihan ada 2 macam :
  1. Binatang liar yang ada dalam hutan seperti rusa, burung dll
  2. Binatang jinak (peliharaan)
Adapun binatang liar sembelihannya mana saja dari badannya yang dikena dengan alat pembunuh misalnya tombak asalkan disertai dengan  Basmalah
بسم الله  الرحمن  الرحيم
Sebab Nabi Saw bersabda Abi Sya'laba :
مااصبت  من قوسك  فازكراسم الله  عليه  وكل
Maa ashabta min qawsika fadzkurismallaahi alaihi waqul
"Adapun binatang liar yang dikena anak panahmu, engkau menyebut nama Allah atasnya makanlah."
Binatang yang sudah diajar menangkap binatang liar yang dapat dimakan hasil tangkapannya dengan syarat-syarat sbb :
  1. Jika disuruh oleh tuannya mengejar maka ia mengejar
  2. Jika ia dihardik oleh tuannya maka ia diam
  3. Jika membunuh tidak memakan sedikitpun dari binatang liar 
  4. Berulang-ulang melakukan perbuatan yang telah disebutkan pada poin 1,2,3 diatas
Kalau keempat syarat-syarat diatas belum memenuhi, maka hasil tangkapannya yang dibunuh belum bisa dimakan, kecuali binatang liar yang ditangkap itu masih hidup dan segera disembelih barulah halal dimakan.
Sebagaimana Sabda Rasulullaa Saw kepada Sya"laba yang artinya 

"Adapun binatang yang engkau tangkap dengan anjingmu yang tidak engkau ajar, dan engkau mendapatkan menyembelihnya makanlah."



Minggu, 05 Februari 2012

Muamalah Allah Terhadapmu Sesuai Dengan Muamalahmu Terhadap Hamba-Nya



Di dalam sebuah Hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah ta'ala hanya merahmati hamba-hambaNya yang pengasih." (HR. Bukhari).

Bukankahperbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan?, barang siapa yangmengasihi makhluk, maka ia akan dikasihi al-Kholiq (pencipta),Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang yang pengasih akan di kasihi Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah yang di bumi, maka yang di langit akan mengasihimu." (HR. Tirmidzi).

Balasan suatu perbuatan sesuai dengan perbuatan tersebut.


Allahta'ala bermuamalah dengan hamba sesuai muamalah hamba terhadapsesamanya, maka bermuamalah-lah dengan hamba Allah ta'ala denganmuamalah yang mana engkau mengharapkan Allah ta'ala bermuamalah sepertiitu terhadapmu.

Allah ta'ala berfirman: "Dan jika kamumemaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka maka sesungguhnyaAllah ta'ala Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. at-Taghobun: 14). firman Allah ta'ala: "Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada, apakah kamu tidak ingin jika Allah ta'ala mengampunimu." (QS. an-Nuur: 22).

Hendaklah engkau senantiasa meringankan beban orang lain supaya Allah ta'ala meringankan bebanmu.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang menolong kesusahan orang muslim, maka Allah ta'ala akan menolongnya dari kesusahan pada hari kiamat." (HR. Bukhari).

Beliau juga bersabda: "Barang siapa yang menyelamatkan orang dari kesusahan, maka Allah ta'ala akan menyelamatkannya dari kesusahan pada hari kiamat." (HR. Ahmad).

Tolonglah orang yang membutuhkan pertolongan, maka kamu akan ditolong Allah ta'ala.


Rasulullah ta'ala bersabda: "Allah ta'ala menolong seorang hamba selagi hamba tersebut menolong sesamanya." 

Beliau juga bersabda: "Barang siapa menolong saudaranya yang membutuhkan maka Allah ta'ala akan menolongnya." (HR. Muslim).

Jadilah engkau orang yang mempermudah kesulitan orang lain. 


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah ta'ala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim).

Beliau juga bersabda: "Terdapatpada umat sebelummu seorang pedagang yang sering memberi pinjamankepada orang lain, jika dia melihat si peminjam dalam kesulitan diaberkata kepada anak-anaknya: 'Maafkan dia (jangan ditagih hutangnya)mudah-mudahan Allah ta'ala mengampuni kita', maka Allah ta'ala punmengampuninya." (HR. Bukhari).

Berlemah-lembutlah terhadap hamba Allah ta'ala maka kamu akan termasuk orang yang didoakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.


"YaAllah, barang siapa yang berlemah-lembut terhadap umatku makaberlemah-lembutlah terhadapnya, dan barang siapa yang mempersulitumatku maka persulitlah ia." (HR. Ahmad).

Beliau juga bersabda: "SesungguhnyaAllah ta'ala adalah Dzat yang maha lemah lembut mencintai kelembutandan memberi pada kelembutan suatu kebaikan yang tidak pernah diberikanpada kekerasan." (HR. Muslim).

Beliau juga bersabda: "Barang siapa yang tidak memiliki kelembutan maka ia kehilangan suatu kebaikan." (HR. Muslim).

Tutupilah kejelekan (aib) orang lain maka Allah ta'ala akan menutupi kejelekan (aib) mu.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang menutupi kejelekan (aib) seorang muslim maka Allah ta'ala akan menutupi kejelekan (aib) nya." (HR. Muslim).

Beliau juga bersabda: "Barang siapa yang menutupi aurat (aib) saudaranya (muslim) maka Allah ta'ala akan menutupi aurat (aib) nya pada hari kiamat." (HR. Ibnu Majah).

Pandanglah sedikit kesalahan saudaramu, maka Allah ta'ala akan memandang sedikit pula kesalahan mu.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang memandang sedikit kesalahan seorang muslim maka Allah ta'ala akan memandang sedikit kesalahannya." (HR. Abu Dawud).

Berilah makan faqir miskin, maka Allah ta'ala akan memberimu makan pula.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapasaja di antara orang mukmin yang memberi makan mukmin yang lapar, makaAllah ta'ala akan memberinya makan dari buah-buahan Surga." (HR. Tirmidzi).

Berilah minum orang yang kehausan, maka Allah ta'ala akan memberimu minum pula.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapasaja di antara orang mukmin yang memberi minum mukmin lainnya yangkehausan, maka Allah ta'ala akan memberinya minum pada hari kiamat darikhamar murni yang dilak (tempatnya)." (HR. Tirmidzi).

Berilah pakaian kepada kaum muslimin maka Allah ta'ala akan memberimu pakaian.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapasaja di antara orang mukmin yang memberi pakaian orang yang telanjangmaka Allah ta'ala akan memberinya pakaian hijau dari surga." (HR. Tirmidzi).

Muamalah(hubungan) Allah ta'ala terhadapmu sebagaimana hubunganmu terhadaphamba-Nya, maka pilihlah muamalah yang kau sukai yang mana Allah ta'alaakan me-muamalahimu dengannya, dan pergaulilah hamba-hamba-Nya dengan(pilihanmu) itu maka kamu akan mendapat ganjarannya.

Jauhilah menyakiti sesama (Jika kamu melakukannya) maka Allah ta'ala akan menyiksamu.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah ta'ala akan menyiksa orang-orang yang menyakiti manusia." (HR. Muslim).

Allah shallallahu 'alaihi wa sallam berfirman: "Dan(ingatlah) ketika kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) danpengikut-pengikutnya mereka menimpa kepadamu siksaan yangseberat-beratnya." (QS. al-Baqarah: 49).

"Dan pada hari terjadinya kiamat dikatakan kepada malaikat, 'masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat pedih." (QS. Ghofir: 46).

Jauhilahmenyusahkan hamba-hamba Allah ta'ala (Jika kamu melakukannya), makaengkau akan terkena doa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:"YaAllah, barang siapa yang mengurus perkara umatku lalu mempersulitmereka maka persulitlah dia dan barang siapa yang mempermudah merekamaka permudahkanlah dia." (HR. Muslim).

Janganlah engkau mencari-cari kesalahan kaum muslimin.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang senantiasa mencari kesalahan seorang muslim, maka Allahta'ala akan senantiasa mencari kesalahannya pula, sehingga akan terbukakesalahannya meskipun (tersembunyi) di dalam mulut unta (kendaraan)nya."(HR. Tirmidzi).

Beliau juga bersabda: "Barang siapa yang membuka aib saudaranya maka Allah ta'ala akan membuka aibnya sampai diperlihatkan kepada keluarganya." (HR. Ibnu Majah).

Janganlah engkau berhati batu (tidak punya belas kasihan).


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang tidak menaruh belas kasihan terhadap sesamanya, maka Allah ta'ala tidak akan mengasihinya." (HR. Muslim).

Beliau juga bersabda: "Tidaklah dicabut rasa belas kasihan itu kecuali dari hati orang-orang yang celaka." (HR. Tirmidzi).

Apapun muamalah yang engkau suguhkan terhadap manusia, maka kamu akan mendapatkan balasan yang sama di sisi Allah ta'ala.


IbnulQoyyim berkata: "Sesungguhnya Allah ta'ala adalah Dzat yang Maha mulia,mencintai yang mulia dari hamba-hamba-Nya. Dia adalah Dzat yang MahaMengetahui, mencintai orang-orang yang berilmu. Dia adalah Dzat yangMaha Kuasa, mencintai yang gagah berani. Dia adalah Dzat yang MahaIndah, mencintai keindahan. Dia adalah Dzat yang Maha Pengasih,mencintai orang yang pengasih. Dia adalah Dzat yang Maha Menutupi,mencintai orang yang menutupi aib hamba-hamba-Nya. Maha Pemaaf,mencintai yang memaafkan hamba-hamba-Nya. Maha Pengampun, mencintaiyang suka mengampuni hamba-Nya. Maha lemah lembut, mencintai yang lemahlembut dari hamba-hamba-Nya serta membenci yang keras perangainya. Diaadalah Dzat yang Maha Penyantun, mencintai sifat penyantun. Dzat yangMelimpahkan kebaikan, mencintai perbuatan baik serta pelakunya. Dzatyang Maha Adil, mencintai keadilan. Dzat yang Menerima uzur, mencintaiorang yang menerima uzur hamba-hamba-Nya. membalas hamba sesuai denganada atau tidak adanya sifat-sifat tersebut pada diri seorang hamba...maka (sesungguhnya) muamalah Allah ta'ala terhadap hambanya sesuaidengan muamalah hamba terhadap sesamanya... berbuatlah semaumu makaAllah ta'ala akan membalasmu sesuai dengan perbuatanmu terhadap-Nya danterhadap hamba-hamba-Nya.

Maka hendaklah engkau senantiasa memberikan manfaat kepada hamba-hamba Allah ta'ala.


Sebagaimana yangtelah disabdakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Barang siapa yang mampu memberikan kemanfaatan kepada saudaranya hendaklah ia lakukan." (HR. Muslim).

Berbuat baiklah terhadap mereka, karena sesungguhnya Allah ta'ala mencintai hamba yang berbuat baik.

Jadilah engkau orang yang senantiasa mempermudah urusan hamba Allah ta'ala serta berlemah-lembut terhadap mereka.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Diharamkan masuk Neraka setiap orang yang pemudah, lemah lembut, dekat dengan manusia." (HR. Ahmad).

Maafkanlahmereka, mudah-mudahan Allah ta'ala mengampuni dosa-dosamu, sesungguhnyaAllah ta'ala tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuatbaik.

Oleh: Syaikh Abdul Qoyyim As-Suhaibani
Alih Bahasa: Ustadz Nur Kholis Kurdian, Lc.

Pilih Dunia Atau Akhirat?
“Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.”
(Surat Ali ‘Imraan / Keluarga Imran Ayat 152)
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”

(Surat Huud / Nabi Hud -Alahis Salam Ayat 15-16).
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi),
maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.“

(Surat Al-Israa’ / Memperjalankan Di Malam Hari Ayat 18-19)
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat
akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.“

(Surat Asy-Syuuraa / Musyawarah Ayat 20)
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah (yaitu suatu pemberian yang diberikan kepada perempuan yang telah diceraikan menurut kesanggupan suami)dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.
Dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan RasulNya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.“

(Surat Al-Ahzaab / Golongan-golongan Yang Bersekutu Ayat 28-29)
Oleh : Ustadz Abdullah Hadrami