Bagi Muslim, menerapkan pokok-pokok pendidikan agama itu ada tiga. Tiga dimaksud, ialah AKIDAH TAUHID, SYARIAT DAN AKHLAKUL KARIMAH. * Seperti masa-masa awal kenabian Muhammad saw., wahyu lebih banyak turun mengenai masalah Akidah dan pembentukan karakter yang istiqamah bagi Muslim-Muslimat Muda.
Pendidikan agama di Pesantren
Kini, secara merata, pendidikan agama di Nusantara kita masih memerlukan perhatian serius. Masa lalu, cara Pesanteren-Pesanteren menerapkan Pendidikan Agama jauh berbeda dengan cara Sekolah Umum. Secara lahiriah pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah Umum masih lebih “asing” pelaksanaannya; pelajaran agama terkesan “tegang”, walau di sana-sini ia dinyatakan sebagai pelajaran pokok dan penting; sama pentingnya dengan pelajaran-pelajaran utama lainnya.
Pelajaran agama di Pesanteren, mulai dari menulis, membaca dan menghapal diamalkan bersama.. Pada dasarnya pelajaran Agama di Pesanteren lebih men “dasar” termasuk kewajiban meng-”hapal”.
Wajib dalam hukum
Penulis tidak menyaksikan sendiri, tetapi masa-masa lalu, sejumlah murid pada sekolah-sekolah tertentu, mereka diberikan mata pelajaran agama tepat pada waktu-waktu sholat berlangsung; akibatnya praktek shalat tergeser, kecuali wajibnya dalam hukum.
Islam di Andalusia
Ketika kita amati sejarah Islam di Cordova/ Andalusia, bahwa walau Islam di sana pernah ber ”muqim” selama 700 tahun, namun kini seakan tak berbekas; tak satu masjid pun yang masih tersisa; semuanya telah berobah menjadi Gereja. *Dipertanyakan: Mengapa terjadi demikian rapuh? Jawaban dari pengamat sejarah pasti beragam.
Ilustrasi
Ketika Nabi Yusuf menjadi penguasa di Mesir, Nabi Yakub tengah membutuhkan bantuan kepada penguasa Mesir, Yakub memerintahkan anak-anaknya memasuki Mesir dengan pintu masuk yang berbeda-beda....... Di Mesir, Yusuf diam-diam menerima saudara-saudaranya; mereka sempat mendapat tempat yang layak...........; namun karena kelengahan dan lupa diri; setelah zaman Yusuf berlalu mereka bergeser menjadi budak; hal demikian berlangsung lama, hingga sampai pada saatnya Nabi Musa menyelamatkan mereka.
Islam di Nusantara
Dalam upaya mensyi’arkan Islam di Nusantara Indonesia yang warganya demikian pluralis, sebaiknya para Ulama, Da’i, Cendekiawan dan Aktivis Muslim tidak hanya terfokus pada bidang birokratif (eksekutif, legislatif dan Judikatif) yang ”harfiah” saja, tetapi mengabaikan sisi-sisi pesan-pesan moral dan filosofis Islam (seperti bidang: pendidikan, ekonomi dan bidang-bidang sosial kemanusiaan) lainnya yang begitu kaya. Hendaknya, muslim di Nusantara ini tidak mencederai kesempatan emas dengan berlengah dan berfoya-foya.
Jangan terulang hilangnya kepercayaan Mesir pada keturunan Bani Isral; dan Muslim di Indonesia pun jangan menganggap ringan akan tragedi Muslim di Cordova, Andalusia. Muslim dan Nusantara Indonesia. tengah di “lirik” oleh kelompok-kelompok Islamaphobia. dari berbagai Negara yang sekuler. Wallahu a’lam.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar