Jakarta-Ibadah haji memang mulia dan diwajibkan bagi pemeluk agama Islam. Namun, di sisi ibadah haji juga menyumbang emisi gas rumah kaca.
Hal tersebut terungkap dalam acara peluncuran Buku Petunjuk Haji Ramah Lingkungan, terjemahan dari buku berbahasa Inggris The Green Guide for Hajj and Islam and Water karya Dr. Husna Ahmad OBE, pakar lingkungan dari London University.
Buku versi Bahasa Indonesia diterbitkan atas kerja sama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Nasional dan Alliance of Religion and Conservation (ARC). Buku diluncurkan di kampus Universitas Nasional, Jakarta, pada Kamis (14/6/2012).
Dalam diskusi, Armi Susandi dari Dewan Nasional Perubahan Iklim mengatakan, “Paling tidak emisi dari transportasi. Jumlah emisi yang dihasilkan mencapai 2.800 ton untuk sekali musim perjalanan haji. Itu minimum.” Armi mengatakan bahwa emisi gas rumah kaca akibat perjalanan memang tidak bisa dielakkan. Namun, emisi yang dihasilkan bisa dikompensasikan.
“Sebenarnya ada carbon tax. Tapi sekarang kita bisa memulai dan kita koordinir sendiri. Haji membayar carbon footprint. Ini bisa digunakan untuk mengurangi kegiatan yang bisa mengurangi emisi, seperti pembangunan pembangkit tenaga listrik, hutan, dan lainnya,” papar Armi. Dengan cara tersebut, jamaah haji akan membayar lebih mahal. Namun, kata Armi, ibadah haji nantinya tidak cuma berfungsi secara keagamaan, tapi juga lingkungan.
Dalam kesempatan yang sama, Hayu Prabowo dari Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengungkapkan bahwa upaya melaksanakan haji yang lebih “hijau” akan menyempurnakan ibadah haji itu sendiri. Hayu mengungkapkan, selama ini ibadah haji dinilai belum cukup hijau karena juga menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
“Sebenarnya ada carbon tax. Tapi sekarang kita bisa memulai dan kita koordinir sendiri. Haji membayar carbon footprint. Ini bisa digunakan untuk mengurangi kegiatan yang bisa mengurangi emisi, seperti pembangunan pembangkit tenaga listrik, hutan, dan lainnya,” papar Armi. Dengan cara tersebut, jamaah haji akan membayar lebih mahal. Namun, kata Armi, ibadah haji nantinya tidak cuma berfungsi secara keagamaan, tapi juga lingkungan.
Dalam kesempatan yang sama, Hayu Prabowo dari Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengungkapkan bahwa upaya melaksanakan haji yang lebih “hijau” akan menyempurnakan ibadah haji itu sendiri. Hayu mengungkapkan, selama ini ibadah haji dinilai belum cukup hijau karena juga menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
“Sampah yang dihasilkan bisa sebanyak 1,5 kg per orang per hari, 4.500 ton per hari saat ibadah haji tahun 1426 H. Belum lagi limbah-limbah dari hewan kurban,” kata Hayu. Menurut Hayu, jumlah sampah ini bisa diminimalkan.(kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar