Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS. Ali ‘Imran: 96).
Firman Allah di atas menunjukkan bahwa Bakkah atau Makkah telah ada sejak dahulu, dan betapa pentingnya ia di mata Allah. Hal itu diakui oleh Sayyid Muzaffaruddin Nadvi dalam bukunya A Geographical History of the Qur’an (Sejarah Geografi Alquran), di mana ia menyebutkan bahwa bangsa Arab adalah bangsa yang tua. Saking tuanya, tak banyak sejarah menuliskannya.
Namun demikian, ada sejumlah pendapat mengenai kota suci umat Islam tersebut. Perbedaan pendapat terutama menyoroti kapan kota tersebut berdiri. Pendapat pertama meyakini Makkah sebagai kota pertama yang dipersiapkan Allah sebelum menurunkan Nabi Adam as ke bumi. Sedangkan pendapat kedua berpendapat Makkah dibangun pada masa Nabi Ibrahim as dan putranya Ismail as.
Pendapat pertama salah satunya dikemukakan oleh Junaidi Halim dalam bukunyaMakkah-Madinah dan Sekitarnya. Ia menjelaskan, Makkah adalah kota tertua di dunia, yang telah ada sejak zaman Nabi Adam as. Bahkan, cikal bakal Ka’bah sebagai tempat thawaf juga dibangun oleh Nabi Adam as atas perintah Allah.
Pendapat tersebut sama dengan apa yang dikemukakan seorang ahli tafsir yang dikenal sebagai Imam al-Qurthubi. Mengacu pada ayat 96 surah Al-‘Imron tersebut, ia berpendapat bahwa Nabi Adam lah yang membangun Ka’bah pertama kali.
Halim menambahkan, batas Kota Makkah dahulu merupakan tempat berbarisnya para malaikat yang melindungi Nabi Adam as. Sebelumnya Nabiyullah tersebut meminta perlindungan kepada Allah dari godaan Iblis yang melakukan tipu daya padanya di surga. Batas-batas itu adalah (dari Masjidil Haram) sekitar 7 kilometer ke utara, 13 km ke arah selatan, 25 km dari arah barat, dan 25 km dari arah timur.
Pendapat lainnya menyebutkan, dalam Tarikh Makkah al-Musyarrafah, Imam Ibnu adh-Dhiya telah meriwayatkan dari Ali bin al-Husein bahwa ia telah ditanya tentang awal mula thawaf. Beliau menjawab bahwa awal mula thawaf mengelilingi Baitullah adalah ketika para malaikat bertobat memohon ampun kepada Allah swt atas pernyataan keberatan mereka atas rencana Allah menciptakan manusia di muka bumi (sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 30).
Diriwayatkan bahwa setelah Allah swt menjawab keberatan para malaikat dengan firman “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”, para malaikat berhimpun di ‘Arsy seraya mengangkat kepala dan jari jemari mereka yang mengisyaratkan ketundukan dan rasa takut akan murka Allah. Lalu mereka mengelilingi Arsy sebanyak tiga kali (sebagian riwayat menyebut tujuh kali) untuk mendapatkan keridhaan Allah swt.
Allah Swt. kemudian berkata kepada mereka, ”Bangunlah oleh kalian di bumi sebuah rumah yang menjadi tempat kembali setiap makhluk-Ku yang Aku murka terhadapnya dan ia mengelilinginya (thawaf) sebagaimana kalian lakukan di ‘Arsy-Ku. Maka, Aku akan mengampuninya sebagaimana Aku telah mengampuni kalian.” Lalu para malaikat itu pun membangun Ka’bah.
Selain itu, terdapat pula riwayat yang menyebutkan Allah swt telah mengutus malaikat dan berkata kepada mereka, ”Bangunlah oleh kalian sebuah rumah seperti al-Bait al-Ma’mur.” Para malaikat pun memenuhi perintah tersebut hingga kemudian Ia memerintahkan agar rumah itu dikelilingi sebagaimana al-Bait al-Ma’mur. Peristiwa tersebut terjadi sebelum penciptaan Adam as. Dan karena itu kota tersebut kemudian disebut dengan Ummul Qura, (ibu) tempat berasalnya negeri-negeri.
Pendapat yang meyakini bahwa Makkah dibangun pada masa Nabi Ibrahim as dan Ismail as umumnya mengacu pada firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 127,“Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail seraya berdoa, ‘Ya Tuhan kami, terimalah daripada kami amalan kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Oleh ahli tafsir yang meyakini Ka’bah telah dibangun jauh sebelum periode Ibrahim as, kata “yarfa’u” (meninggikan) dalam ayat tersebut dimaknai sebagai perbaikan atau pembangunan kembali.
Al Azraqi, dalam Tarikh Makkah menyebutkan, “Setelah peristiwa banjir besar, lokasi Ka’bah dulu telah hilang. Lokasi tersebut berbentuk bukit kecil berwarna merah yang tidak terjangkau aliran air. Saat itu, manusia hanya tahu bahwa di sana ada tempat yang sangat bernilai tanpa mengetahui lokasinya secara pasti. Dari seluruh penjuru dunia, mereka yang dizalimi, menderita, dan butuh perlindungan datang ke tempat ini untuk berdoa.
Doa mereka pun dikabulkan. Manusia mengunjunginya hingga Allah memerintahkan Ibrahim as untuk membangun kembali Ka’bah tersebut. Sejak Nabi Adam as diturunkan ke bumi, Baitullah selalu menjadi tempat yang dimuliakan dan diperbaiki terus-menerus oleh setiap agama dan umat dari satu generasi ke generasi lainnya. Tempat ini juga senantiasa dikunjungi malaikat sebelum Adam as turun ke bumi.”