Tulisan Berjalan

SUKSES KOMUNITAS MAJU JOS, AKHIRNYA BIMBINGAN DIGITAL MARKETING SECARA GRATIS TANPA BATAS TELAH MEMBERI MANFAAT BESAR

Sabtu, 12 Mei 2012

Bilal dan Muazin



Senin, 07 Mei 2012, 10:49 WIB
Republika/Agung Supri
  
Bilal dan Muazin
Seorang muazin saat mengumandangkan azan di salah satu masjid di Jakarta.

Oleh: Alvian Iqbal Zahasfan
Seorang Muslim tidak ragu bahwa azan merupakan salah satu syiar Islam, panggilan menuju shalat dan ibadah, serta media mendekatkan diri kepada Allah. Orang Islam diperintahkan untuk menjawabnya. Jika demikian, tentu azan memiliki keutamaan luar biasa dan pahala yang mewah.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang memanggil kepada Allah …" (Fushshilat [41]: 33). Mujahid (murid Ibnu Abbas RA) mengatakan, ayat tersebut diturunkan berkaitan dengan seorang muazin (tukang azan).

Ummul Mukminin Siti Aisyah RA menjelaskan, “Jika muazin menyeru, Hayya alas shalah, maka sungguh dia telah memanggil (kita) kepada Allah.” Suatu pagi Rasulullah SAW memanggil Bilal bin Rabah RA seraya bersabda, “Duhai Bilal, apa gerangan yang menyebabkanmu mendahuluiku ke surga? Kemarin malam, saya masuk surga, lalu saya mendengar derap sandalmu di depanku.”

Lantas Bilal menjawab, “Duhai Rasul Allah, saya tidak pernah azan sama sekali kecuali setelahnya saya mendirikan shalat sunah dua rakaat. Dan, saya tidak pernah berhadas sama sekali, melainkan setelahnya saya akan segera berwudhu lagi.” Lalu Rasulullah menimpalinya, “Sebab inilah!” (HR Ibnu Khuzaimah dalam sahihnya). Maksudnya, lantaran mengerjakan shalat sunah dua rakaat setelah azan dan berwudhu lagi setelah berhadas itu, Bilal mendapatkan tempat istimewa di surga.

Hadis di atas memberi dua faedah. Pertama, disunahkan shalat dua rakaat seusai mengumandangkan azan. Kedua, disunahkan berwudhu setiap kali berhadas agar senantiasa dalam keadaan suci dan selalu siap, seperti saat hendak shalat, membawa mushaf, tawaf, mengaji, dan belajar. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan orang-orang yang bersuci.” (QS al-Baqarah [2]: 222).

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah bertanya kepada Bilal, “Wahai Bilal, beri tahu saya, perbuatan terhebat apakah yang telah engkau kerjakan dalam Islam? Sungguh saya telah mendengar derap langkah kakimu di depanku di surga.” Bilal menjawab, “Saya tidak pernah melakukan perbuatan hebat, hanya saja saya tidak pernah berwudhu pada waktu siang maupun malam, melainkan saya shalat dengan wudhu tersebut.” (HR Bukhari-Muslim).

Dua hadis tersebut di atas menunjukkan bahwa Bilal bin Rabah RA termasuk salah satu golongan yang diberi kabar gembira akan surga. Sahabat lainnya yang juga dijamin masuk surga oleh Rasul SAW, di antaranya Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Zubair bin Awam, Tolhah bin Ubaidillah, dan Abdurrahman bin Auf. Alangkah berbahagianya para tukang azan (muazin) jika dapat meniru perbuatan sahabat Bilal di atas. Leher-leher mereka lebih tinggi (menjadi pemimpin) dari manusia-manusia sejagat raya yang pernah diciptakan Allah (HR Muslim). 

Selain itu, semua makhluk di muka Bumi ini akan bersaksi untuk mereka pada Hari Kiamat karena pernah mendengar panggilannya (HR Al-Bukhari). Allah mengampuni dosanya (HR Abu Daud dan Ibnu Majah). Dan, Rasul SAW akan memintakan ampunan kepada Allah untuknya (HR Ibnu Majah dan Abu Daud). Wallahu a’lam.

Shalat Sepanjang Hayat

Kamis, 10 Mei 2012, 21:15 WIB

Shalat Sepanjang Hayat
  
Seorang Muslim tengah mendirikan shalat (ilustrasi).

Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein
 
Dan orang orang-orang yang menjaga shalatnya. Mereka itu dimuliakan di dalam surga.” (Al-Maarij: 34-35)
 
Shalat menjadi keutamaan dalam Islam. Shalat bukan sebatas ritual wajib lima waktu dan 17 rakaat dalam sehari. Shalat adalah ibadah paling mulia yang diperintahkan Allah Swt kepada umat manusia agar terhindar dari perbuatan keji dan munkar.

Karena itu, yang terpenting dalam shalat bukan sebatas melaksanakan, tetapi mendirikan. Melaksanakan sebatas mengerjakan ritual keagamaan tanpa memiliki kesadaran dan pemahaman mendalam terhadap makna shalat. Mendirikan dibangun dengan landasan kesadaran akan dekatnya Allah Swt.

Kesadaran membangkitkan kecintaan dalam menjalankan perintah-perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya. Jadi Quran surah Al-Ankabut ayat 45 berbunyi “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan munkar,” benar-benar meresap ke dalam hati.

Dari sini diketahui bahwa perintah shalat bukan hanya sekadar melakukan gerakannya saja, melainkan lebih dari itu. Benar shalat adalah gerakan badan dan bacaan yang tertentu terdiri dari berdiri, duduk, ruku, sujud, tasbih, tahmid dan sebagainya. Akan tetapi yang mendatangkan pahala adalah yang mendirikan shalat disertai kehadiran hati di dalamnya.

Ini yang membedakan antara orang-orang melakukan shalat. Meski zhahirnya gerakan-gerakan dan waktunya sama tetapi ia akan berbeda dan bertingkat-tingkat di dalam menghadirkan hati dan kekhusyukan.

Di dalam mendirikan shalat terdapat pemenuhan terhadap naluri manusia yaitu butuh, lemah, suka meminta, mengharapkan perlindungan, berdoa, munajat dan menyerahkan segala urusan kepada yang lebih kuat, penyayang, penyantun dan lebih sempurna.

Alquran secara tegas memerintahkan seseorang untuk selalu minta pertolongan di antaranya adalah dengan shalat. Hal ini dapat dilihat pada firman Allah Swt Quran surah Al Baqarah ayat 45,  “Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya ia sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu”.

Ayat ini berbicara mengenai sifat dan keadaan manusia yang memiliki sifat cepat berkeluh-kesah. Ketika mendapatkan keburukan dan kebaikan selalu ada respon negatif. Tetapi ada di antara manusia yang dikecualikan oleh Allah yaitu orang-orang yang shalat.

Shalat juga menjadi bukti nyata akan kesyukuran dan penghambaan diri kepada-Nya. Oleh karena itu orang yang mendirikan shalat bagaikan ikan yang tidak bisa hidup kecuali di dalam air, maka apabila ia keluar dari air ia sangat membutuhkannya dan ingin sekali lari kembali ke dalamnya.

Betapa banyak dan besar urgensi shalat yang disebutkan dalam Quran. Dalam berbagai ayatnya, Quran telah menerangkan keutamaan dan buah yang akan didapatkan dari shalat seperti pahala bagi yang mendirikan dan siksaan terhadap yang meninggalkannya. Dalam beberapa referensi, Quran juga menegaskan shalat memiliki ruh dan esensi yang harus direalisir sehingga seorang manusia mampu hidup dengan shalat dan shalat hidup dengannya. Sehingga sepanjang hayat hidup bershalatlah. 

Pemimpin dan Kejujuran



Minggu, 13 Mei 2012, 06:43 WIB
Antara
  
Pemimpin dan Kejujuran
Kampanye Berani Jujur Hebat

Jujur adalah sifat luhur dan terpuji. Sifat ini sangatlah penting ada pada setiap individu, apakah ia rakyat biasa, lebih-lebih sebagai penguasa. Kejujuran seseorang, selain akan mendatangkan ketentraman bagi dirinya, juga akan memberikan keadilan dan ketenangan bagi orang lain. Nabi Saw bersabda: "Maka sesungguhnya jujur adalah ketenangan dan bohong adalah keraguan. (HR. Tirmidzi).

Bertindak jujur memang tidaklah mudah. Apalagi ketika ketamakan duniawi, yang meliputi gengsi, posisi, dan upeti, sudah merasuki diri. Orang seperti ini akan menghalalkan segala cara, termasuk berdusta, demi tercapainya hasrat dan keinginan nafsunya. Demi untuk mendapatkan dunia, orang rela menukar-balikkan fakta. Menukar kebenaran dengan kebohongan, begitu juga sebaliknya. 

Hal ini sesuai dengan prediksi Rasulullah Saw.: “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, di masa itu para pendusta dibenarkan omongannya sedangkan orang-orang jujur didustakan, di masa itu para pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang terpercaya justru tidak dipercaya, dan pada masa itu muncul Ruwaibidlah, ditanyakan kepada beliau saw. apa itu Ruwaibidlah?  Rasul menjawab: Seorang yang bodoh (yang dipercaya berbicara) tentang masalah rakyat/publik”. (HR. Ibnu Majah).

Kejujuran seorang pemimpin atau pejabat akan menjadi lebih urgen dari orang atau rakyat biasa karena kejujurannya secara positif akan berpengaruh besar terhadap orang banyak, seperti akan terealisasinya pemerataan pembangunan dan kesejahteraan ekonomi. Dan sebaliknya, kebohongan seorang penguasa akan berdampak besar bagi rakyat banyak, tentu dalam bentuknya yang negatif, seperti melonjaknya angka pengangguran dan kemiskinan. 

Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Saw.: "Senantiasalah kamu berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan membawa ke surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur.
Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari Muslim).

Karena pentingnya nilai sebuah kejujuran ini, maka Imam Ibnul Qayyim berkata, “Iman asasnya adalah kejujuran dan nifaq asasnya adalah kedustaan.” Hal ini sesuai dengan sebuah hadits Nabi, di mana para sahabat pernah bertanya: "Ya Rasulullah, 'Apakah ada orang beriman yang pendusta?' Beliau menjawab, 'Tidak.’ (HR. Malik).
Dan hadits Nabi yang lain yang menyatakan bahwa dusta merupakan tanda dari kemunafikan. Rasulullah bersabda, “Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia memungkiri dan apabila diberi amanah dia mengkhianati.” (HR. Bukhari).

Jumat, 11 Mei 2012

Malaikat Suka Duduk dalam Majlis Zikir


Dari Abu Hurairah ra berkata bahawa Rasulullah SAW telah bersabda: "Allah Tabaraka wa Taala mempunyai para malaikat yang ditugaskan mencari majlis zikir, sebaik saja mereka menjumpai majlis zikir, maka mereka akan duduk bersama orang-orang yang sedang berzikir serta memanggil malaikat-malaikat yang lain. Mereka akan datang berkerumun mengelilingi orang-orang yang sedang berzikir itu dengan sayap-sayap mereka sehingga memenuhi ruang antara mereka dengan langit dunia.

Apabila majlis berzikir itu tamat, maka para malaikat akan naik kembali ke langit. Lalu Allah SWT bertanya mereka: "Wahai para malaikatKu, dari manakah kamu semua?" Berkata para Malaikat: "Ya Tuhan kami, kami baru saja pulang dari memeriksa hamba-hambaMu di bumi, mereka bertasbih, takbir, talil dan tahmid serta memohon kepadaMu." Sebenarnya Allah SWT lebih mengetahui tentang perbuatan mereka dan semua makhluk ciptaannya. Setelah Allah SWT mendengar kata-kata para malaikatNya, maka Allah SWT pun berfiman: "Wahai para malaikatku, apakah yang mereka minta kepadaKu?" Berkata para malaikat: "Hamba-hambamu itu memohon syurga dariMu." Allah SWT bertanya lagi: "Pemahkah mereka melihat akan syurga itu?" Berkata para malaikat lagi: "Mereka tidak pernah melihat syurga itu."
Berfiman Allah SWT: "Hamba-hambaKu memohon syurga padahal mereka tidak melihatnya dan apalagi kalau mereka melihat syurga itu." Berkata para malaikat: "Mereka juga memohon kebebasan." Allah SWT bertanya: "Mohon bebas dari apa?" Berkata para malaikat: "HambaMu itu memohon kepadaMu supaya mereka itu dibebaskan dari neraka jahanam." Allah SWT bertanya para malaikat lagi: "Pernahkah hamba-hambaKu melihatkan nerakaKu itu?" Berkata para malaikat: "Tidak ya Allah." Allah SWT berfirman: "Hamba-hambaKu itu tidak pemah melihat neraka jahanam, tapi mereka memohon supaya dibebaskan darinya, apalagi kalau mereka melihatnya."
Kemudian para malaikat berkata lagi: "Ya Allah, hambaMu itu memohon ampun kepadaMu," Allah SWT berfiman: "Dengarlah wahai para malaikatKu, Aku mengampuni mereka itu dan aku akan memberi apa yang mereka minta serta membebaskan mereka dari api neraka yang mereka takut itu." Berkata malaikat lagi: "Ya Allah, di antara mereka itu terdapat seorang hamba yang penuh dengan dosa, dia melalui majlis itu lalu duduk bersama mereka yang sedang berzikir." Allah SWT berkata: "Orang itu pun Ku ampuni, begitu juga dengan setiap orang yang terlibat dalam majlis zikir itu, tidak ada yang celaka."

Malaikat Menunjukkan Gambaran Syurga kepada Asiah


Dalam sejarah tokoh kekafiran yang paling dahsyat adalah Firaun. Ia bukan sahaja tidak mengakui adanya Tuhan malah ia mengangkat dirinya sebagai tuhan yang berhak disembah sehingga tergamak ia menyatakan di hadapan rakyat jelata, “Akulah tuhan kamu yang maha tinggi.”
Orang-orang kafir seperti Raja Namrud, Abu Jahal, Abu Lahab dan beberapa orang lagi yang terkenal dalam sejarah, mereka tetap mengakui adanya Tuhan. Hanya sahaja mereka tidak mengakui tuhan mereka adalah Allah Yang Maha Esa.
Segala seruan Nabi Musa dan Harun sedikitpun tidak pernah ia hiraukan, malah pernah suatu ketika Firaun naik ke puncak sebuah bangunan yang tinggi dan melepaskan anak panah ke langit. Kebetulan anak panah itu jatuh di hadapannya dengan bersimbahan darah, lalu ia isytiharkan pada rakyat jelata bahawa ia telah membunuh Tuhan Nabi Musa sedangkan darah tersebut hanyalah darah burung yang Allah tetapkan mengenai sasaran anak panahnya supaya ia bertambah kufur dengan kesombongan dan kekafirannya.
Seluruh rakyatnya dipaksa untuk menyembah dan sujud padanya. Sesiapa yang ingkar, pasti dibunuhnya sehingga seluruh rakyatnya merasa takut dan tidak mempunyai pilihan kecuali menyembahnya.
Walaupun seluruh rakyat telah menyembahnya sebagai tuhan, ada seorang yang paling dekat hubungan dengan dirinya berani mengingkarkan dirinya sebagai tuhan iaitu istennya sendiri, Asiah.
Dialah satu-satunya orang yang beriman kepada Allah di istana Firaun. Rahsia keimanannya yang disembunyikan selama ini telah terbongkar berpunca dari ucapan perkataan “Allah” yang terbit dan mulutnya secara tidak sengaja.
Firaun berusaha memujuk supaya ia kembali kepada kekafirannya. Ia berkata: “Wahai isteriku, tahukah engkau akibat orang yang mengingkari diriku sebagai tuhan? Sebelum engkau menyesal, ubahlah pendirianmu!”
JawabAsiah dengan tegas: “Wahai Firaun, pendirianku tidak akan berubah walau apapun yang akan menimpa diriku dan perlu engkau ingat bahawa engkau dan aku adalah sama-sama manusia biasa. Tuhanmu dan Tuhanku adalah Allah.”
Firaun berusaha memujuknya dengan kata-kata lemah lembut tetapi tetap tidak berhasil, lalu digunakan kekerasan. Kata Firaun: “Hai Asiah, jika engkau tidak mahu mengubah pendirianmu, pastilah engkau akan aku pancung!”
Jawab Asiah: “Wahai Firaun, lakukanlah apa yang engkau mahu tetapi sedikitpun engkau tidak akan dapat menguasai pendirianku dan dengarkanlah sekali lagi aku nyatakan bahawa Tuhanmu dan Tuhanku adalah Allah.”
Setelah usaha mempengaruhinya secara lemah lembut mahupun secara keras juga tidak berhasil, lalu Firaun membuat pengumuman pada sekelian rakyatnya bahawa seorang perempuan akan dipancung kepalanya akibat keengganannya untuk mengakui Firaun sebagai tuhan iaitu Asiah, isterinya sendiri. Semoga hukuman ini akan menjadi pengajaran bagi sesiapa yang ingkar akan ketuhanan Firaun.
Pada masa yang telah ditentukan, berkumpullah sekalian rakyat di suatu tempat di mana Asiah diikat patda sebatang pokok kurma. Firaun masih tidak berputus asa dan cuba memujuknya.
Katanya: “Wahai Asiah, ubahlah pendirianmu. Engkau akan kumaafkan.” Berulang kali pula Asiah menjawab: “Tidak, janganlah engkau cuba mempengaruhiku lagi. Sia-sia sahaja perbuatanmu.”
Lalu Asiah memohon pada Allah sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam Al-Quran surah At-Tahrim ayat 11 yang bermaksud: “Dan Allah mengemukakan satu misal perbandingan bagi orang-orang yang beriman iaitu perihal isteri Firaun ketika ia berkata: Tuhanku, binalah untukku sebuah istana di sisiMu dalam syurga dan selamatkanlah aku daripada Firaun dan perbuatannya serta selamatkanlah aku daripada kaum yang zalim.”
Permohonan Asiah diperkenankan oleh Allah, lalu Allah perintahkan pada malaikat: “Sesungguhnya hambaKu memohon padaKu dan Aku perkenankan permohonannya. Maka perlihatkanlah padanya gambarannya kerana suaminya yang di dunia akan Aku ganti dengan suami yang lebih baik di dalam syurga, istananya yang ada di dunia akan Aku ganti dengan istana yang lebih baik di dalam syurga.”
Maka malaikat pun menunjukkan gambaran keindahan syurga sebagaimana permohonan Asiah. Pada ketika itu Asiah tersenyum seolah-olah ia mencabar kematiannya. Asiah menghadapi kematian tidak dalam keadaan bersedih, juga tidak menangis malah tersenyum.

Hari Raya Para Malaikat


Diriwayatkan dari Abi Umamah Al-Bahili dia berkata bahawa Rasulullah SAW telah bersabda: Apabila datang bulan Syaaban, maka bersihkanlah dirimu dan perbaikilah niatmu didalamnya.

Hadith dari Usamah ra: Aku berkata; Ya Rasulullah SAW aku tidak pernah melihatmu berpuasa satu bulan dari bulan bulan ini seperti puasa dalam bulan Syaaban. Sabda Rasulullah SAW: Wahai Usamah, itu adalah satu bulan yang kebiasaannya manusia lengah darinya antara Rejab dan Ramadan. Syaaban adalah satu bulan yang di dalamnya diangkat amal-amal ini kepada Tuhan seru sekalian alam, maka sebab itu aku suka kalau amalku diangkat sedang aku dalam keadaan puasa.
Dikatakan bahawa sesungguhnya malaikat-malaikat di langit memiliki dua malam hari raya, sebagaimana orang-orang Islam di bumi memiliki dua hari raya. Hari raya bagi para malaikat ialah pada malam Baraah iaitu malam nisfu Syaaban dan malam lailatul Qadar, dan raya bagi orang-orang Islam di bumi ialah pada han raya Aidil Fitri dan Aidil Adha.
As-Subki dalam tafsirnya menyatakan: Sesungguhnya malam Nisfu Syaaban itu menutup dosa-dosa setahun, malam jumaat menutup dosa seminggu dan malam Lailatul Qadar menutupkan dosa seumur hidup.

Berbagai bentuk Malaikat Izrail Mencabut Nyawa


Bila sampai masa kematian, maka Allah SWT mengutus malaikat Maut (Izrail) mencabut roh dari tubuh orang tersebut. Allah SWT berfirman yang bermaksud:
"Dan Dialah yang mempunyai kuasa tertinggi di atas hambaNya. Dan diutusNya, padamu malaikat-malaikat penjaga. Sehingga apabila datang kematian pada salah seorang di antaramu lalu ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kaini, dan malaikat-malaikat Kaini itu tidak melalaikan kewajipannya."
(Al-An 'un: 61)
Sekiranya orang yang akan dicabut rohnya itu orang Mukmin yang tidak berdosa, maka malaikat itu datang sebagai seorang yang rupawan. Tetapi jika datang pada orang kafir dan munafik maka mereka mendatanginya dengan rupa yang menakutkan.

Bara' bin Azib telah meriwayatkan yang dikutip dalam hadith Sunan Abi Daud, Hakim, Ahmad dan lainnya menyebutkan hal tersebut sebagai berikut:
"Sesunguhnya jika orang Mukmin, maka ketika dia akan keluar dari dunia ini dan menuju alam akhirat, maka dia didatangi malaikat yang turun dari langit dengan muka yang putih berseri. Seolah-olah wajah malaikat itu seperti sinar matahari. Mereka itu membawa kain kafan yang dibawa dari syurga. Juga membawa wangian dari syurga. Malaikat datang sambil duduk sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat Maut dengan duduk di sisi kepalanya. Malaikat itu mengatakan:
"Hai nafas yang baik (tenang), keluarlah anda sekarang dengan mendapatkan ampunan dari Allah dan kerelaanNya." Kemudian keluarlah roh itu seperti mengalirnya sebuah titisan yang berasal dari satu minuman, kemudian malaikat itu mengambil roh itu.
"Dan sesungguhnya jika orang yang akan dicabut itu roh orang yang kafir, (dalam riwayat yang lain: orang yang "fajir" ertinya penjahat, penzina atan pendusta) maka ketika orang itu di dunia lalu dia didatangi malaikat yang turun dari langit (yang keadaannya kejam dan kasar) dengan rupanya yang hitam. Dengan membawa pakaian berbulu, lalu mereka duduk daripadanya sejauh mata memandang. Lalu Malaikat Maut (Izrail) datang dan duduk di sisi kepalanya, sambil mengatakan, "Hai roh yang jahat, keluarlah engkau sekarang menuju kemurkaan Allah dan kemarahanNya ." Lalu dipisahkan roh itu dari tubuhnya, yang terpisahnya itu laksana dicabutnya bulu basah oleh besi panas (yang kemudian diikuti dengan putusnya keringatnya dan urat sarafnya)." (Lihat Hadith riwayat Hakim, Abu Daud, Ahmad dan lainnya).

Semasa hal itu berlaku, mereka yang hidup berada di sampingnya tidak tahu apa-apa, tidak melihat sesuatu. Perhatikan firman Allah SWT yang bermaksud:
"Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat. Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat."
(Al- Waqiah: 83-85)
Nabi SAW telah mengungkapkan tentang adanya malaikat maut yang akan memberikan berita gembira kepada mereka yang akan mati sebagai seseorang mukmin dengan janji ampunan Allah serta kecintaanNya. Namun bagi mereka yang kafir atau orang yang jahat (berdosa), bagi mereka dijanjikan pula adanya kemurkaan dan kemarahan Allah kepadanya.
Berkaitan janji syurga kepada orang Mukmin yang akan mati telah diterangkan Allah dalam AI-Quran yang ertinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun pada mereka dengan mengatakan:
Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan beroleh syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia mahupun akhirat, yang di dalamnya kamu akan beroleh apa yang kamu inginkan, dan akan memperoleh pula di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan bagimu dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang."
(FusshiIat: 30-32)
Firman di atas menurut para ahli tafsir turun berkenaan dengan orang yang akan mati dalam keadaan serba takut dan susah, menghadapi masa akan datangnya kematian. Bahkan takutnya orang-orang yang akan mati kemudian. Dengan ayat ini maka jelaslah bahawa malaikat akan turun padanya nanti pada saat-saat kematiannya dengan berita yang membawa ketenteraman, yang seolah-olah malaikat itu akan mengatakan:

"Janganlah anda susah dalam menghadapi masa akan datang, baik ketika di alam barzakh mahupun di akhirat nanti. Juga anda tidak perlu susah tentang keluarga anda, anak-anak anda, mahupun hutang-hutang anda." Bahkan diberinya berita dengan janji akan dimasukkan syurga sebagai berita gembira.
Sebaliknya, bagi orang yang kafir maka malaikat berjanji kepada mereka untuk menempatkan mereka di neraka jahannam.
Sepertimana Allah SWT firmankan dalam Al-Quran tentang malaikat yang akan mematikan mereka yang kafir dalam peperangan Badar, seperti dalam ayat yang menyebutkan:
"Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka dan berkata: Rasakanlah olehmu seksa neraka yang membakar. Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah tidak sekali-kali menganiaya hambaNya."
(AL-Anfal: 50-51)
Dari firman Ilahi di atas menunjukkan pada kita bagaimana para malaikat mencabut roh orang yang kafir, maka merupakan suatu cara yang mengerikan; para malaikat itu memukul wajah dan belakang mereka dan malaikat mengatakan; "Rasakanlah engkau sekarang dengan seksaan yang pedih."
Kisah itu berlaka dalam peperangan Badar, namun hal itu boleh terjadi bila-bila masa saja berkaitan masalah yang menyangkut kekafiran; tidak hanya khusus bagi orang-orang kafir dalam perang Badar. Boleh berlaku pada hari ini untuk orang yang kafir.