Tulisan Berjalan

SUKSES KOMUNITAS MAJU JOS, AKHIRNYA BIMBINGAN DIGITAL MARKETING SECARA GRATIS TANPA BATAS TELAH MEMBERI MANFAAT BESAR

Sabtu, 12 Mei 2012

Bilal dan Muazin



Senin, 07 Mei 2012, 10:49 WIB
Republika/Agung Supri
  
Bilal dan Muazin
Seorang muazin saat mengumandangkan azan di salah satu masjid di Jakarta.

Oleh: Alvian Iqbal Zahasfan
Seorang Muslim tidak ragu bahwa azan merupakan salah satu syiar Islam, panggilan menuju shalat dan ibadah, serta media mendekatkan diri kepada Allah. Orang Islam diperintahkan untuk menjawabnya. Jika demikian, tentu azan memiliki keutamaan luar biasa dan pahala yang mewah.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang memanggil kepada Allah …" (Fushshilat [41]: 33). Mujahid (murid Ibnu Abbas RA) mengatakan, ayat tersebut diturunkan berkaitan dengan seorang muazin (tukang azan).

Ummul Mukminin Siti Aisyah RA menjelaskan, “Jika muazin menyeru, Hayya alas shalah, maka sungguh dia telah memanggil (kita) kepada Allah.” Suatu pagi Rasulullah SAW memanggil Bilal bin Rabah RA seraya bersabda, “Duhai Bilal, apa gerangan yang menyebabkanmu mendahuluiku ke surga? Kemarin malam, saya masuk surga, lalu saya mendengar derap sandalmu di depanku.”

Lantas Bilal menjawab, “Duhai Rasul Allah, saya tidak pernah azan sama sekali kecuali setelahnya saya mendirikan shalat sunah dua rakaat. Dan, saya tidak pernah berhadas sama sekali, melainkan setelahnya saya akan segera berwudhu lagi.” Lalu Rasulullah menimpalinya, “Sebab inilah!” (HR Ibnu Khuzaimah dalam sahihnya). Maksudnya, lantaran mengerjakan shalat sunah dua rakaat setelah azan dan berwudhu lagi setelah berhadas itu, Bilal mendapatkan tempat istimewa di surga.

Hadis di atas memberi dua faedah. Pertama, disunahkan shalat dua rakaat seusai mengumandangkan azan. Kedua, disunahkan berwudhu setiap kali berhadas agar senantiasa dalam keadaan suci dan selalu siap, seperti saat hendak shalat, membawa mushaf, tawaf, mengaji, dan belajar. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan orang-orang yang bersuci.” (QS al-Baqarah [2]: 222).

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah bertanya kepada Bilal, “Wahai Bilal, beri tahu saya, perbuatan terhebat apakah yang telah engkau kerjakan dalam Islam? Sungguh saya telah mendengar derap langkah kakimu di depanku di surga.” Bilal menjawab, “Saya tidak pernah melakukan perbuatan hebat, hanya saja saya tidak pernah berwudhu pada waktu siang maupun malam, melainkan saya shalat dengan wudhu tersebut.” (HR Bukhari-Muslim).

Dua hadis tersebut di atas menunjukkan bahwa Bilal bin Rabah RA termasuk salah satu golongan yang diberi kabar gembira akan surga. Sahabat lainnya yang juga dijamin masuk surga oleh Rasul SAW, di antaranya Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Zubair bin Awam, Tolhah bin Ubaidillah, dan Abdurrahman bin Auf. Alangkah berbahagianya para tukang azan (muazin) jika dapat meniru perbuatan sahabat Bilal di atas. Leher-leher mereka lebih tinggi (menjadi pemimpin) dari manusia-manusia sejagat raya yang pernah diciptakan Allah (HR Muslim). 

Selain itu, semua makhluk di muka Bumi ini akan bersaksi untuk mereka pada Hari Kiamat karena pernah mendengar panggilannya (HR Al-Bukhari). Allah mengampuni dosanya (HR Abu Daud dan Ibnu Majah). Dan, Rasul SAW akan memintakan ampunan kepada Allah untuknya (HR Ibnu Majah dan Abu Daud). Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: