Sabtu, 17 Maret 2018
Sabtu, 29 Juli 2017
Kamis, 04 Mei 2017
Senin, 20 Maret 2017
Sabtu, 29 Oktober 2016
Masjid Al-Ghamamah, Tempat Rasulullah Memimpin Shalat Id
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam di seluruh dunia mempunyai dua hari raya, yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Idul Fitri dilaksanakan setiap 1 Syawal setelah sebulan melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Sedangkan, Idul Adha diperingati setiap 10 Dzulhijjah, yakni sehari setelah jamaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah pada 9 Dzulhijjah.
Kedua shalat hari raya (Id) ini disunnahkan untuk dilaksanakan di lapangan terbuka atau di masjid. Sebab, yang demikian itulah dilakukan Rasul SAW setiap tiba hari raya. Dan, salah satu tempat yang biasa digunakan oleh Rasulullah SAW mendirikan shalat Id adalah di lapangan yang terletak di kawasan al-Manakha.
Lokasi ini terletak sekitar 300 meter dari Masjid Nabawi. Sebagai bentuk penghormatan atas kebiasaan Rasul SAW mendirikan shalat di tempat tersebut, didirikanlah sebuah masjid yang diberi nama Masjid Al-Mushalla, yakni masjid tempat shalat. Di Masjid inilah Rasul mendirikan shalat Idul Fitri atau Idul Adha. Abu Hurairah berkata, Setiap kali Rasulullah melalui Al-Mushalla, Baginda akan menghadap ke arah kiblat dan berdoa.
Masjid Al-Musalla yang sekarang dikenal sebagai Masjid Al-Ghamamah terletak di sebelah timur Madinah, yaitu berhadapan dengan Pasar Tamar sekarang. Letak masjid ini berdampingan dengan Masjid Nabawi di sebelah barat. Dari arah Babus Salam, bila kita melihat ke arah barat akan terlihat masjid yang memiliki kubah-kubah kecil. Warnanya kelabu dan berkubah putih.
Disebut dengan Al-Mushalla yang berarti tempat shalat karena Rasulullah mengerjakan shalat hari raya di sekitar kawasan terbuka, yang menjadikan kawasan ini sebagai tempat khas shalat hari raya. Konon, peristiwa itu terjadi pada tahun kedua Hijriyah. Karena itu, masjid ini memiliki sejarah penting dalam kehidupan umat Islam.
Menurut riwayat, Khalifah Umar bin Khattab adalah orang yang membangun masjid ini persis di tempat shalat Nabi SAW. Adapun bangunan masjid yang ada sekarang ini adalah peninggalan pembangunan Sultan Abdul Majid al-Utsmani. Masjid ini pernah direnovasi kembali pada masa Raja Fahd (1411H).
Sabtu, 10 September 2016
Jamaah Haji, Jangan Sekali-kali Selfie Dengan Polisi Saudi, Ini Bahayanya! Haji
Jamaah haji Indonesia dihimbau agar selfie atau minta berfoto bareng dengan para askar atau polisi Arab Saudi. Imbauan ini ditegaskan oleh Kepala Seksi Bidang Perlindungan Jamaah Haji di Makkah, Wagirun Topan Tuwinangun.
"Sebaiknya jamaah haji tidak selfie di tempat strategis milik Saudi misalnya kantor polisi atau minta foto bersama polisi atau memfoto polisi," kata saat apel di Daker Makkah, mengingatkan, Jumat (19/8/2016).
Wagirun mengingatkan, imbauan ini bersifat keras dan tidak main-main. Berkaca dari pengalaman bertugas sebagai petugas haji selama tahun kemarin, ada kasus foto baik jamaah maupun petugas haji yang akhirnya berakhir di sel tahanan. Polisi Saudi memang sangat sensitif terhadap penggunaan foto.
Kendati demikian, Wagirun juga menginformasikan bahwa penggunaan kamera ponsel di Masjidil Haram untuk saat ini masih diperbolehkan. Yang tidak diperbolehkan adalah membawa kamera besar, handycam, dan melakukan siaran langsung di Masjidil Haram.
Selain masalah foto, Wagirun juga mengingatkan kepada para jamaah haji agar berhati-hati jika menemukan barang orang lain di Masjidil Haram. Jangan pernah mengambil atau memungut barang tersebut. Sebab bisa jadi, orang yang memungut akan menjadi tersangka.
"Sebaiknya disampaikan ke askarnya saja kalau menemukan barang tertentu. Jangan diambil," imbaunya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sebelumnya juga mengingatkan agar jamaah haji tidak berfoto sembarangan atau memotret penduduk Saudi. Selain itu, jamaah juga dilarang keras membawa benda benda aneh seperti jimat atau sejenisnya karena hukum Saudi sangat keras jika berkaitan dengan hal yang berbau syirik.
Langganan:
Postingan (Atom)