Tulisan Berjalan

SUKSES KOMUNITAS MAJU JOS, AKHIRNYA BIMBINGAN DIGITAL MARKETING SECARA GRATIS TANPA BATAS TELAH MEMBERI MANFAAT BESAR

Sabtu, 13 Februari 2016

Inilah 7 Karakter Binatang Pada Manusia

Mari bentengi diri dan keluarga agar selamat menjadi makhluk Allah yang terbaik, sehingga selamat dari menjadi manusia berkarakter binatang

Inilah 7 Karakter Binatang Pada Manusia

Terkait

JIKA ada makhluk yang diciptakan dengan sebaik-baik bentuk, maka itulah manusia (QS. 95: 4). Namun demikian, kebaikan bentuk itu tidak menjamin kebaikan budi, perangai terlebih akhlak. Semua kembali pada sang manusia itu sendiri. Jika iman yang diutamakan, insya Allah ia selamat dari sifat kebinatangan.
Namun, jika sebaliknya, maka seorang manusia akan memiliki sifat-sifat binatang yang hanya berorientasi materi dan kesenangan syahwat. Di Dalam Al-Qur’an paling tidak ada tujuh jenis binatang yang sifat-sifatnya bisa dimiliki manusia. Demikian diuraikan oleh Ahmad Yani dalam bukunya, ‘160 Materi Dakwah Pilihan.’
Pertama, seperti anjing
Anjing sangat tunduk, patuh dan setia kepada siapapun yang memberi makan dan minum, meskipun dia seorang penjahat. Manusia yang seperti anjing tidak mau tunduk kepada ayat-ayat Al-Qur’an yang telah diturunkan, dihalau atau tidak ia tetap akan menjulurkan lidahnya.
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَـكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ذَّلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannyaseperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS: Al-A’raf: 176).
Kedua, seperti binatang ternak
Binatang ternak tidak memiliki keistimewaan, nilai jualnya hanya terletak pada beratnya, sedang binatang peliharaan karena kelebihan atau keistimewaan. Bila manusia seperti binatang ternak,kedudukannya sudah begitu rendah dari binatang peliharaan (QS. 7: 179).
Ketiga, seperti kera
Kera atau monyet adalah binatang yang serakah, keserakahan membuat orang-orang Yahudi melanggar ketentuan Allah.
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَواْ مِنكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُواْ قِرَدَةً خَاسِئِينَ
“Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina.” (QS. Al-Baqarah: 65).
Ironisnya, setelah melakukan pelanggaran, mereka justru tidak merasa bersalah, malah membanggakan kesalahan yang telah dilakukannya.
Keempat, seperti babi
Babi bukan hanya senang dengan kekotoran, tetapi juga tidak memiliki rasa cemburu, ia akan membiarkan perbuatan tidak senonoh yang dilakukan pihak lain terhadap keluarganya, begitulah bila manusia memiliki karakter babi dalam dirinya.
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُم بِشَرٍّ مِّن ذَلِكَ مَثُوبَةً عِندَ اللّهِ مَن لَّعَنَهُ اللّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُوْلَـئِكَ شَرٌّ مَّكَاناً وَأَضَلُّ عَن سَوَاء السَّبِيلِ
“Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi  dan (orang yang) menyembah thaghut ?”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” [QS. Al-Maaidah: 60).
Kelima, seperti laba-laba
Dalam hidup ini banyak manusia yang berlindung kepada selain Allah. Mereka membentengi diri dengan bangunan-bangunan yang mereka persenjatai diri dengan persenjataan canggih, bahkan ada yang melindungi dirinya dengan setan dengan jampi-jampi, jimat-jimat, isim-isim dan sebagainya.
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاء كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتاً وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS. Al Ankabut [29]: 41).
Keenam, seperti nyamuk
Yaitu orang yang kelakuannya hanya mengganggu orang lain, sehingga tidak disukai manusia lainnya. Mencari nafkah dengan menyakiti dan mengambil hak orang lain dan bila makan suka berlebihan hingga akhirnya mati karena kekenyangan (QS. Al-Baqarah: 26).
Ketujuh, seperti keledai
Yaitu manusia bodo karena tidak konsekuen, ajaran yang datang dari Allah diyakini, tetapi diabaikannya.
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَاراً بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS: Al Jumu’ah [62]: 5).
Demikianlah tujuh jenis sifat binatang yang bisa menjadi tabiat dan watak manusia. Oleh karena itu, mari bentengi diri dan keluarga agar selamat menjadi makhluk Allah yang terbaik, sehingga selamat dari menjadi manusia berkarakter binatang. Na’udzubillah.*

Kamis, 11 Februari 2016

Jangan Jadikan Adzan Seperti Alarm!”



Jangan jadikan adzan seperti alarm. Demikian kata Ketua Lembaga Bahtsul Masail PWNU Lampung Ustadz Munawir melihat fenomena masyarakat yang sering mengabaikan adzan dan tidak menjadikannya sebagai bentuk panggilan dari Allah subhanahu wata’ala untuk melaksanakan shalat.

"Adzan hakikatnya adalah panggilan dari Allah yang bukan hanya difungsikan untuk mengingat-Nya namun untuk bertemu dengan Nya," tegas Gus Nawir, begitu Ia biasa dipanggil, di depan jamaah Jihad (Ngaji Ahad) Pagi di Gedung NU Pringsewu, Lampung, Ahad (07/02).

Sebab itu, ia mengharapkan agar umat Islam tidak menjadikan fungsi adzan seperti alarm, dalam artian menjadikannya hanya untuk menandai waktu saja. "Janganlah begitu, adzan selesai  tapi shalat tidak segera dilaksanakan," tegasnya.

Shalat Dhahir, Shalat Batin

Gus Nawir menambahkan bahwa jika kita selalu menanamkan di dalam hati bahwa adzan merupakan panggilan dari Allah dan kita akan menghadap Allah maka hal ini dapat menambah kualitas ibadah shalat kita. "Shalat itu ada dua, shalat yang bersifat dhahir dan shalat yang bersifat ruh atau batin," katanya mengutip Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin.

Menurutnya, selain syarat dan rukun shalat yang bersifat dhahir, yang terpenting adalah melakukan shalat yang bersifat batin. "Hadirkan jasad dan jiwa kita kepada Allah sehingga hasil dari shalat kita akan benar-benar tampak dalam kehidupan kita, yaitu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar," tuturnya.

Ia mengatakan, jika ada seseorang yang tampak rajin melaksanakan shalat namun tetap melaksanakan perbuatan keji dan munkar bisa dipastikan bahwa shalat yang dilaksanakannya masih sebatas shalat dhahir.

Oleh karenanya Gus Nawir yang juga sekretaris MUI Kabupaten Pringsewu ini mengingatkan seluruh jamaah untuk senantiasa belajar meningkatkan kualitas shalat dengan menghadirkan hati dalam shalat yang dilakukan.

"Sebelum shalat, sucikan diri dari sifat ujub, takabbur, riya dan sebagainya dan camkan bahwa kita sedang menghadap Allah subhanahu wata’ala. Insya Allah kualitas shalat kita akan baik, wal hasil kita tidak akan melakukan perbuatan keji dan munkar dalam kehidupan kita," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Mahbib)

Selasa, 09 Februari 2016

MUSLIMAH 3 DIMENSI

dakwatuna.com – Dalam teori psikologi Barat, kita mengenal adanya konsep diri. Menurut Rogers (Feist & Feist, 2011:9), manusia mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai “aku” (I) atau “diriku” (me). Kemudian mereka secara bertahap menjadi sadar akan identitas mereka sesungguhnya. Mereka melakukan aktivitas yang menurutnya baik, buruk, menyenangkan, tidak menyenangkan, dan melakukan evaluasi atasnya. Pada fase telah menemukan struktur diri yang mendasar, lantas mereka memiliki kecenderungan untuk mulai mengaktulisasikan diri.
Ya, secara sederhana konsep diri adalah cara bagaimana kita mengenali potensi yang ada dalam diri kita untuk ditransformasi menjadi potensial dalam mencapai cita-cita. Di kalangan para sufi, “Siapa yang mengetahui dirinya sendiri, pasti akan mengenal Tuhan-Nya”. Automatically, mengenal diri sendiri merupakan jalan strategis untuk mengenal Allah SWT. Sebutan muslim bagi umat Islam telah Allah sebutkan jauh-jauh sebelumnya, karenanya dalam proses pembentukan konsep diri seorang muslim perlu kita kaji ulang. Pun dalam hal menanggapi teori konsep diri yang mayoritas datang dari Barat, termasuk teori Rogers di atas, selayaknya kita ucapkan “tunggu dulu”.
Ada beberapa hal yang perlu dirumuskan dalam konsep diri, yaitu “Apa tujuan hidup?” Dalam helicopter view teori psikologi, biasanya mereka menanamkan konsep diri dimulai dari pernyataan “Kita Ingin Menjadi Apa?”. Tapi coba tengok sejenak tujuan hidup dalam tubuh Islam. Ada pertanyaan mendasar yang perlu dilakukan kontemplasi cukup panjang menganggapi hal ini, “Siapa sebenarnya yang berhak menentukan tujuan hidup kita? Kita? Atau?” Jawabannya adalah semenjak kita memilih jadi Muslim, sebenarnya sejak saat itu pula kita sudah kehilangan pilihan-pilihan lain karena konsekuensi dari Muslim adalah kita menyerahkan segala sesuatu untuk diatur sesuai kehendak Allah.
Namun, dalam menafrsirkan peta pemikiran di atas, perlu hati-hati. Bukanlah golongan Qodariyah yang sejatinya segala sesuatu bermuara pada Allah, dan manusia tidak memiliki andil dalam proses menjalani kehidupan. Tidak. Manusia tetap berperan penting. Manusia-lah yang kemudian akan “menikahkan” takdir Allah dengan ikhtiar dan doa yang mereka lakukan untuk mewujudkan kehendaknya. Proses semacam itulah yang kemudian disebut pengembangan potensi diri.
Kembali lagi, secara sederhana ada tiga keyword dalam pembahasan ini, yaitu cita-cita (tujuan hidup), pengembangan diri, dan konsep diri. Secara struktural bisa kita berikan level dari atas ke bawah. Di mana goal merupakan tingkatan tertinggi dalam hidup manusia. Akhirat. Mereka; muslim yang menyadari akan eksistensi kehidupan setelah kehidupan pasti beriorientasi penuh ke sana, atau setidaknya aktivitas selama di dunia dilakukan semata-mata mencari nilai akhirat. Adapun pengembangan diri adalah fase transisi, proses transformasi dari kesadaran konsep diri untuk kemudian dilakukan perbaikan dan perbaikan dalam mewujudkan goal. Konsep diri? Kembali ke atas. Hehe.
Begitulah. Teori psikologi Barat tidak sepenuhnya salah. Pun konsep yang diajarkan Islam. Keduanya lagi-lagi bisa “dinikahkan” secara bijak. Hanya saja kita memang dituntut untuk jeli, flexible but principle. Dalam tulisan ini, secara terang penulis akan jauh lebih menyoroti tentang apa konsep diri, untuk kemudian dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan cita-cita hidup sebagai seorang muslimah.
Muslimah 3 Dimensi. Istilah ini memang baru saja terdengar akhir-akhir ini. Bahkan mungkin di antara teman-teman belum pernah mendengarnya. Sah saja. Istilah ini keluar saat ada kajian kemuslimahan dengan mengusung tema “Ibunda Peradaban, Ibunda Para Ulama” satu tahun silam di sebuah Pondok Pesantren di Yogyakarta. Secara spesifik, tidak ada orang yang mengetahui kecuali orang-orang yang hadir dalam forum tersebut. Meski demikian, mereka mencoba untuk membumikannya.
Dalam kacamata penulis, mengetahui dan menyadari akan konsep diri sebagai seorang muslimah ini penting untuk kemudian ia bisa mengembangkan potensi diri.
Dimensi kedua, sholihat keluarga. Dalam hal ini, muslimah tidak lagi mengembangkan diri atas dirinya, melainkan memasuki lingkup yang lebih luas. Keluarga di dalamnya bisa ayah dan ibu, maupun suami dan anak, atau bahkan sesuatu yang lebih kompleks. Pada level ini, dia harus menyadari akan diri sebagai sesorang individu yang menjadi bagian ternteu dalam sebuah unit kecil dalam lapisan masyarakat. Keluarga menjadi tempatnya untuk berekspresi menebarkan benih-benih kebaikan yang menyegarkan anggota keluarganya. Bentuk ekpresi tersebut bisa dengan rajin membersihkan rumah, rajin memasak bagi anggota keluarga, mencuci pakaian, maupun aksi kebaikan lainnya yang bisa diterapkan dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan interaksi dengan mereka.

Dimensi ketiga, sholihat sosial. Pada fase ini lah kemudian seorang muslimah dituntut untuk tidak hanya diam di rumah membenahi diri dan keluarga. Melainkan, mereka harus mampu mengembangkan dan mengoptimalisasi diri di kancah yang lebih luas. Mereka bersinggungan langsung dengan masyarakat. Membangun basis dan mengedarkan wacana di tengah masyarakat, menerjemahkan permasalahan yang terjadi di dalamnya, dan ambil bagian secara konkret dalam merumuskan solusinya (Albatch dalam Husin, 2014: 19). Tidak jauh berbeda dengan peran mahasiswa pada umumnya memang. Begitulah sejatinya seorang muslimah harus peka, militan, dan sigap menghadapi realita zaman.
Dalam konsep diri semacam ini lah, kemudian muslimah harus mampu mentransformasi diri dengan kemampuan yang dimiliki untuk dikembangkan dengan asas integritas dan perbaikan. Jika merujuk lagi dalam teori Rogers, aktivitas nyata lapisan tiga dimensi ini lah yang kemudian seyogyanya menjadi perangkat aktualisasi diri muslimah. Proses-proses pengembangan diri diri ini diinternalisasi dan diejawantahkan dalam bentuk aksi.
Muslimah memamahi akan adanya tiga dimensi yang harus dipenuhi setiap entitas di dalamnya. Pun demikian kongruen, dimensi pertama dan kedua harus sudah clear, lantas memasuki dimensi ketiga. Hanya saja, tetap. Idealisme tertinggi adalah tercapainya secara utuh lapisan setiap dimensi. Peran dan aksi nyata harus terwujud agar tidak terjadinya kekeroposan dalam tubuh seorang muslimah. Maka adalah wajib hukumnya, setiap kita mulai dari saat ini, untuk menyadari akan kebutuhan diri dan zaman. Menurut penulis, konsep tersebut mengajarkan, menyadarkan, dan memberikan solusi konkret dan utuh dalam perjuangan perbaikan Negeri ini. Tidak main-main. Bukankah perempuan itu tonggak peradaban?
Referensi:


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/11/18/76980/muslimah-3-dimensi/#ixzz3zhr5cvgv 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Jumat, 05 Februari 2016

Beginilah Kejelasan dan Kepastian Umrah Yang Aman



PP IPHI sukses memberangkatkan jemaah umrah ahir dan awal tahun, namun tidak sedikit travel yang gagal memberangkatkan jemaah, atau terlantar selama di tanah suci. Jadi?
Anda ingin pergi berumrah tapi bingung memilih travel penyelenggara umrah yang kini jumlahnya berjibun? Selayaknya memang Anda tidak boleh secara serampangan memilih travel umrah tertentu, tanpa mengetahui terlebih dulu kinerja atau track record-nya. Bisa-bisa nanti Anda malah telantar di negeri sendiri sebelum menginjakkan kaki di tanah suci.
Terlebih bagi yang baru pertama hendak melaksanakan umrah, maka diperlukan kejelasan dan kepastian mengenai travel yang nanti membawa jamaah ke Baitullah. Nah, bagi Anda yang berencana pergi umrah, maka jauh-jauh hari lakukan survei, browsing di internet, atau tanya-tanya kepada sanak keluarga yang sudah berpengalaman. Alokasikan waktu sekitar tiga bulan guna memantapkan pilihan, bahwa travel yang Anda pilih sudah tepat dan pas dengan bujet yang tersedia.
Tidak sedikit calon jamaah yang akhirnya memilih travel tertentu lantaran alasan khusus, seperti dekat dengan tempat tinggal atau tempat kerja. Dengan begitu dia akan mudah mendapat dan memperbarui informasi.
“Sebelum mendaftar, saya sudah dengar bagaimana pelayanan dan track record dari si travel. Melihat pengalaman sebagai penyelenggara umrah sudah lebih dari 20 tahun, dan harga paket yang cocok, akhirnya saya bisa berangkat umrah bersama travel ini. Alhamdulilah ibadah umrahnya berjalan lancar. Fasilitas maupun pelayanan yang didapat sesuai dengan yang dijanjikan,” ujar Nuraini, karyawan swasta di Jakarta, baru-baru ini.
Perempuan berkulit sawo matang ini mengaku, sebelumnya ia pernah ditawari paket umrah berbiaya murah oleh sebuah travel, tapi dirinya sanksi. Apa benar paket murah umrah menjamin setiap jamaah berangkat ke tanah suci? Apalagi setelah membandingkan dengan sejumlah travel, harga paket ternyata jauh berbeda. Penasaran, ia ingin mencari tahu lebih jauh soal harga paket umrah murah itu,  tapi kantor travel justru sulit dihubungi. Akhirnya ia lebih memilih travel yang sanggup memberi kepastian berangkat dan pulang lagi ke tanah air.
M Nadhor, pemilik Gema Shafa Marwa Tour&Travel, memberi saran para calon jamaah umrah agar jangan terburu-buru mendaftar sebelum mengecek legalitas sekaligus izin travel umrah yang akan digunakan. Aspek ini bisa dilacak di website Kementerian Agama RI dan asosiasi travel umrah, seperti Himpuh, Amphuri, Asphurindo, dan Kesturi. Terlebih saat ini ada ratusan bahkan ribuan travel umrah. Di satu jalan saja terkadang bisa ditemukan puluhan kantor travel umrah. Jadi pintar-pintarlah memilih. Manfaatkan internet dan smartphone untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya.
“Kalau calon jamaah kurang tahu apa saja yang harus diperhatikan ketika mendaftar, lebih baik ia menggunakan travel tempat teman atau kerabatnya pernah berangkat. Dengan begitu ia sekaligus mendapat gambaran fasilitas dan pelayanan apa yang akan diterimanya. Atau jika tidak, gunakan travel yang namanya sudah besar dan dikenal banyak orang,” kata Nadhor di kantornya, Ruko Mutiara Faza, Gedong, Pasar Rebo, JakartaTimur, baru-baru ini
Bagaimana jika sudah telanjur mendaftar? Sebaiknya terus lakukan komunikasi dengan pihak travel meskipun tanggal keberangkatan masih jauh. Selain menambah keakraban juga untuk berkonsultasi bila terjadi sesuatu diluar kehendak Anda. Nadhor
Beberapa permasalahan yang kerap dikeluhkan jamaah di antaranya menyangkut fasilitas yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan travel. Nadhor mencontohkan, jarak hotel dari Masjidil Haram hanya 500 meter, ternyata di lapangan jarak yang harus ditempuh melebihi atau bahkan harus naik shuttle bus. Jelas hal ini akan merugikan jamaah umrah. Maka itu, mencari tahu soal nama dan lokasi hotel sangat penting. Gunakan aplikasi Google Map untuk mengecek atau browsing di internet, siapa tahu ada jamaah lain yang sudah pernah menggunakan hotel tersebut ketika umrah. Contoh lain, semula dijanjikan hotel bintang empat, faktanya hanya hotel bintang tiga.
“Agar calon jamaah umrah tidak kecewa, pihak travel seharusnya sudah memberikan pengertian bahwa hotel bintang 4 di Arab Saudi tidak sama dengan hotel bintang empat pada umumnya. Hal ini sering terjadi terutama pada calon jamaah yang belum pernah berangkat. Jadi begitu sampai di sana dia kaget, karena hotelnya kecil. Hal ini dapat mengganggu jalannya ibadah,” ujar Nadhor yang asal Lamongan ini.
Selain soal akomodasi dan fasilitas penunjang, perlu diperhatikan pula keberadaan pimpinan tur (tour leader-TL) dan pembimbing ibadah (muthawif). Mintalah “jaminan” ke pihak travel, bahwa TL yang menemani perjalanan Anda ke tanah suci cukup berpengalaman. Termasuk pula pandai mengarahkan jamaah ketika harus singgah di bandara transit, jika menggunakan penerbangan tidak langsung ke Arab Saudi.
Begitu pula, pastikan bahwa muthawif yang akan membimbing rangkaian ibadah umrah Anda, adalah menguasai bidangnya. Memahami dengan baik situasi di lapangan dan seluk-beluk ibadah umrah, sehingga perjalanan suci Anda ke Baitullah kian bertambah mantap. Selamat berumrah.

Kamis, 04 Februari 2016

Perubahan Pakaian Dinas Berlaku Senin Depan



JAKARTA - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) telah menerbitkan Peraturan Mendagri (Permendagri) nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 60 tahun 2007 tentang Pakaian Dinas Pegawai Negeri Sipil (PNS) lingkup Kemendagri dan Pemerintah daerah.

Ketentuan tersebut mulai berlaku pada Senin depan (8/2). Dengan adanya peraturan baru itu, maka penggunaan seragam dinas pada Senin - Selasa pakaian dinas krem. Rabu kemeja putih. Kamis - Jumat menggunakan batik.

Kepala Biro Hukum Kemendagri Widodo Sigit Pudjianto mengatakan, bagi para pegawai negeri sipil (PNS) yang tidak mematuhi aturan tersebut maka akan dikenakan sanksi. Sanksi tersebut dari mulai teguran hingga disekolahkan kembali.

"Jadi Permendagri nomor 6 tahun 2016 tentang peraturan seragam itu akan berlaku mulai hari senin depan," kata Widodo, Kamis (4/2).

Widodo menerangkan, kebijakan sanksi untuk menyekolahkan para PNS atau kepala daerah yang tidak nurut, Mendagri mengacu pada Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang aparatur sipil negara untuk menindaknya.

Diungkapkannya, sebenarnya Permendagri ini sudah berlaku sejak Senin (1/2) kemarin, tapi karena belum diberikan nomor oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) akhirnya baru diterapkan senin depan.

"Untuk nomor Permendagrinya baru di kasih kemarin Senin. Jadi hari Senin depan Permendagri seragam sudah diterapkan," ujar dia.

(Humas/AMI)

Rabu, 03 Februari 2016

Mengenal Jalur-Jalur Mahram Yang Jadi Syarat Pengajuan Visa Umrah



Ulasan ini bukan kajian hukum Islam atau ilmu fikih, tetapi semacam panduan untuk mengetahui apa dan siapa ‘mahram’ yang sering disebut-sebut sebagai syarat pengajuan visa umrah tersebut.
Selama harus diakui masih ada umat Islam yang tidak membedakan istilah ‘mahram’ dan ‘muhrim’ padahal pengertiannya sangat berlainan. Muhrim dalam bahasa Arab adalah مُحْرِمٌ , mimnya di-dhammah, yang maknanya adalah orang yang berihram dalam pelaksanaan ibadah haji sebelum tahallul. Adapun mahram bahasa Arabnya adalah ,مَحْرَمٌ mimnya di-fathah.
Mahram dari kalangan wanita, yaitu orang-orang yang haram dinikahi oleh seorang lelaki selamanya (tanpa batas). (Di sisi lain lelaki ini) boleh melakukan safar bersamanya, boleh berboncengan dengannya, boleh melihat wajahnya, tangannya, boleh berjabat tangan dengannya, dan seterusnya dari hukum-hukum mahram.
Mahrom kita bagi menjadi tiga kelompok. Yang pertama, mahram karena nasab (keturunan), kedua mahram karena penyusuan, dan ketiga mahram mushaharah (kekeluargaan karena pernikahan).
Kelompok yang pertama ada tujuh golongan:
Ibu, nenek, dan seterusnya ke atas, baik dari jalur laki-laki maupun wanita.
Anak perempuan (putri), cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, baik dari jalur laki-laki maupun wanita.
Saudara perempuan sekandung, seayah atau seibu.
Saudara perempuan bapak (bibi), saudara perempuan kakek (bibi orang tua) dan seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau seibu.
Saudara perempuan ibu (bibi), saudara perempuan nenek (bibi orang tua) dan seterusnya ke atas baik sekandung, seayah atau seibu.
Putri saudara perempuan (keponakan) sekandung, seayah atau seibu, cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki-laki maupun wanita.
Putri saudara laki-laki (keponakan) sekandung, seayah atau seibu, cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki-laki maupun wanita.
Mereka inilah yang dimaksudkan Allah subhanahu wa ta’ala,
حُرِّمَتۡ عَلَيۡكُمۡ أُمَّهَٰتُكُمۡ وَبَنَاتُكُمۡ وَأَخَوَٰتُكُمۡ وَعَمَّٰتُكُمۡ وَخَٰلَٰتُكُمۡ وَبَنَاتُ ٱلۡأَخِ وَبَنَاتُ ٱلۡأُخۡتِ
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang lakilaki, dan anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan….”  (an-Nisa: 23)
Kelompok yang kedua juga berjumlah tujuh golongan, sama dengan mahram yang telah disebutkan pada nasab, hanya saja di sini sebabnya adalah penyusuan. Dua di antaranya telah disebutkan Allah subhanahu wa ta’ala,
وَأُمَّهَٰتُكُمُ ٱلَّٰتِيٓ أَرۡضَعۡنَكُمۡ وَأَخَوَٰتُكُم مِّنَ ٱلرَّضَٰعَةِ
“Dan (diharamkan atas kalian) ibu-ibu kalian yang telah menyusukan kalian dan saudara-saudara perempuan kalian dari penyusuan.” (an-Nisa: 23)
Ayat ini menunjukkan bahwa seorang wanita yang menyusui seorang anak menjadi mahram bagi anak susuannya, padahal air susu itu bukan milik dia melainkan milik suami yang telah menggaulinya sehingga memproduksi air susu. Ini menunjukkan secara tanbih (Istilah dalam ilmu ushul fiqih yang artinya penyebutan sesuatu yang dengannya menunjukkan kepada yang lain yang serupa hukumnya) bahwa suaminya menjadi mahram bagi anak susuan tersebut (Ini adalah pendapat jumhur dan ini yang kuat. Lihat Syarah Shahih Muslim (10/18). Kemudian penyebutan saudara susuan secara mutlak, berarti masuk di dalamnya anak kandung dari ibu susu, anak kandung dari ayah susu, begitu pula dua anak yang disusui oleh wanita yang sama, maka ayat ini dan hadits yang marfu’,
يَحْرُمُ مِنَ الرَّضَاعِ مَا يَحْرُمُ مِنَ النَّسَبِ
“Apa yang haram karena nasab maka itupun haram karena penyusuan.” (Muttafaqun ‘alaihi dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma)
Keduanya menunjukkan tersebarnya hubungan mahram dari pihak ibu dan ayah susu sebagaimana tersebarnya pada kerabat (nasab). Ibu dari orang tua susu misalnya, adalah mahram sebagai nenek karena susuan dan seterusnya ke atas sebagaimana pada nasab. Anak dari orang tua susu adalah mahram sebagai saudara karena susuan, kemudian cucu dari orang tua susu adalah mahram sebagai anak saudara (keponakan) karena susuan, dan seterusnya ke bawah.
Saudara dari orang tua susu adalah mahram sebagai bibi karena susuan, saudara ayah/ibu dari orang tua susu adalah mahram sebagai bibi orang tua susu dan seterusnya ke atas.
Adapun dari pihak anak yang menyusu, maka hubungan mahram itu terbatas pada jalur anak keturunannya saja. Seluruh anak keturunan dia, berupa anak, cucu, dan seterusnya ke bawah, adalah mahram bagi ayah dan ibu susunya.
Hanya saja, berdasar pendapat yang paling kuat (rajih), yaitu pendapat jumhur (mayoritas) dan dipilih oleh asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di, asy-Syaikh Ibnu Utsaimin, dan Syaikhuna (Muqbil) rahimahumullah, bahwa penyusuan yang mengharamkan adalah yang berlangsung pada masa kecil sebelum melewati usia dua tahun, berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَٱلۡوَٰلِدَٰتُ يُرۡضِعۡنَ أَوۡلَٰدَهُنَّ حَوۡلَيۡنِ كَامِلَيۡنِۖ لِمَنۡ أَرَادَ أَن يُتِمَّ ٱلرَّضَاعَةَۚ
“Para ibu hendaklah menyusukan anaknya selama dua tahun penuh bagi siapa yang hendak menyempurnakan penyusuannya.” (al-Baqarah: 233)
Hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha muttafaqun ‘alaihi menerangkan bahwa penyusuan yang mengharamkan adalah penyusuan yang berlangsung karena rasa lapar dan hadits Ummu Salamah radhiallahu ‘anha yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam al-Irwa (no. hadits 2150) bahwa suatu penyusuan tidaklah mengharamkan kecuali yang membelah (mengisi) usus dan berlangsung sebelum penyapihan.
Yang diperhitungkan adalah minimal 5 kali penyusuan, setiap penyusuan bentuknya adalah: bayi menyusu sampai kenyang (puas) lalu berhenti dan tidak mau lagi untuk disusukan (meskipun diselingi dengan tarikan nafas bayi atau dia mencopot puting susu sesaat lalu dihisap kembali).
Adapun kelompok yang ketiga maka jumlahnya 4 golongan sebagai berikut.
Istri bapak (ibu tiri), istri kakek dan seterusnya ke atas berdasarkan surat an-Nisa ayat 22.
Istri anak, istri cucu dan seterusnya ke bawah berdasarkan an-Nisa ayat 23.
Ibu mertua, ibunya dan seterusnya ke atas berdasarkan an-Nisa ayat 23.
Anak perempuan istri dari suami lain (rabibah), cucu perempuan istri baik dari keturunan rabibah maupun dari keturunan rabib, dan seterusnya ke bawah berdasarkan an-Nisa ayat 23.
Golongan 1, 2, dan 3 menjadi mahram hanya dengan sekadar akad yang sah meskipun belum melakukan jima’ (hubungan suami istri), adapun yang keempat maka dipersyaratkan terjadinya jima’ bersama dengan akad yang sah.
Dengan memahami pengertian mahrom, kita menjadi paham siapa saja yang ‘halal’ bagi kita dan yang ‘haram’ untuk dinikahi.

Senin, 01 Februari 2016

Mau Tahu Buah Manis Tahajud ?


Mau Tahu Buah Manis Tahajud?
Sembahyang malam memiliki keutamaan sendiri di sisi Allah SWT. Saking pentingnya, Allah meminta kekasih-Nya Nabi Muhammad SAW meluangkan waktu malam untuk melakukan sembahyang. Allah menjanjikan kedudukan mulia bagi mereka yang melakukan sembahyang malam.
<>
Syekh Ahmad bin Syekh Hijazi Al-Fasyani dalam kitab Al-Majalisus Saniyah fil Kalam alal ‘Arba’in Nawawiyah menceritakan pengalaman menarik dari sahabat Tsabit RA. Berikut ini keterangannya.

عن ثابت رضي الله عنه أنه قال كان أبي من القوامين لله  في سواد الليل قال رأيت ذات ليلة في منامي امرأة لا تشبه النساء فقلت لها من أنت فقالت حوراء أمة الله فقلت لها زوجيني نفسك فقالت اخطبني من عند ربك وأمهرني فقلت وما مهرك فقالت طول التهجد

Sahabat Tsabit RA bercerita bahwa bapaknya dulu termasuk orang yang kuat mengamalkan tahajud di kegelapan malam. Tsabit RA mengatakan bahwa ia dalam mimpi melihat wanita cantik yang eloknya tidak seperti wanita cantik lainnya.

“Siapa kamu?” tanya Tsabit.

Ia menjawab, “Aku bidadari, hamba Allah.”

“Kawinkan aku denganmu,” Tsabit memintanya.

“Lamar aku lewat sisi Tuhanmu. Tebuslah maharku,” jawabnya.

“Apa maharmu?”

“Lamakan tahajud,” jawab bidadari itu.

Memang sembahyang malam itu sebagaimana ibadah lainnya cukup diniatkan untuk Allah SWT. Tetapi apa salahnya kalau Allah menganugerahkan sesuatu kepada hamba-Nya. Terlepas dari ganjaran bidadari atau ganjaran lainnya, sembahyang malam memiliki tempat istimewa di sisi-Nya.

Nabi Muhammad SAW sendiri kerap melakukan sembahyang malam bahkan hingga telapak kakinya pecah-pecah. Hal ini patut menjadi teladan bagi umatnya. Allah sendiri menyimpan anugerah rahasia untuk mereka yang melakukan sembahyang malam. Di keheningan malam ini juga pengetahuan-pengetahuan yang masih menjadi rahasia tersingkap. Kebuntuan dan simpulan-simpulan dapat terurai di saat banyak orang terlelap. Wallahu A’lam. (Alhafiz K)
Mau Tahu Buah Manis Tahajud?
Sembahyang malam memiliki keutamaan sendiri di sisi Allah SWT. Saking pentingnya, Allah meminta kekasih-Nya Nabi Muhammad SAW meluangkan waktu malam untuk melakukan sembahyang. Allah menjanjikan kedudukan mulia bagi mereka yang melakukan sembahyang malam.
<>
Syekh Ahmad bin Syekh Hijazi Al-Fasyani dalam kitab Al-Majalisus Saniyah fil Kalam alal ‘Arba’in Nawawiyah menceritakan pengalaman menarik dari sahabat Tsabit RA. Berikut ini keterangannya.

عن ثابت رضي الله عنه أنه قال كان أبي من القوامين لله  في سواد الليل قال رأيت ذات ليلة في منامي امرأة لا تشبه النساء فقلت لها من أنت فقالت حوراء أمة الله فقلت لها زوجيني نفسك فقالت اخطبني من عند ربك وأمهرني فقلت وما مهرك فقالت طول التهجد

Sahabat Tsabit RA bercerita bahwa bapaknya dulu termasuk orang yang kuat mengamalkan tahajud di kegelapan malam. Tsabit RA mengatakan bahwa ia dalam mimpi melihat wanita cantik yang eloknya tidak seperti wanita cantik lainnya.

“Siapa kamu?” tanya Tsabit.

Ia menjawab, “Aku bidadari, hamba Allah.”

“Kawinkan aku denganmu,” Tsabit memintanya.

“Lamar aku lewat sisi Tuhanmu. Tebuslah maharku,” jawabnya.

“Apa maharmu?”

“Lamakan tahajud,” jawab bidadari itu.

Memang sembahyang malam itu sebagaimana ibadah lainnya cukup diniatkan untuk Allah SWT. Tetapi apa salahnya kalau Allah menganugerahkan sesuatu kepada hamba-Nya. Terlepas dari ganjaran bidadari atau ganjaran lainnya, sembahyang malam memiliki tempat istimewa di sisi-Nya.

Nabi Muhammad SAW sendiri kerap melakukan sembahyang malam bahkan hingga telapak kakinya pecah-pecah. Hal ini patut menjadi teladan bagi umatnya. Allah sendiri menyimpan anugerah rahasia untuk mereka yang melakukan sembahyang malam. Di keheningan malam ini juga pengetahuan-pengetahuan yang masih menjadi rahasia tersingkap. Kebuntuan dan simpulan-simpulan dapat terurai di saat banyak orang terlelap. Wallahu A’lam. (Alhafiz K)