Tulisan Berjalan

SUKSES KOMUNITAS MAJU JOS, AKHIRNYA BIMBINGAN DIGITAL MARKETING SECARA GRATIS TANPA BATAS TELAH MEMBERI MANFAAT BESAR

Senin, 14 Mei 2012

Islam


Rabu, 09 Mei 2012, 20:42 WIB
Wordpress.com
  
Islam
Ilustrasi
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Mengapa Tuhan menamai agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW dengan agama Islam? Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari akar kata salimayang berarti selamat, damai, dan bebas. 

Akar kata yang sama melahirkan beberapa kata yang amat penting dalam Islam, seperti salam (damai), Islam (kedamaian), istislam (pembawa kedamaian), dan taslim (ketundukan, kepasrahan, dan ketenangan).

Allah SWT memberi nama agama yang dibawa oleh Nabi SAW itu dengan agama Islam. Bukan agama salam (kepasrahan tanpa konsep) atau agama istislam (yang lebih mengutamakan kecepatan dan ketegasan dalam memperjuangkan kedamaian dan kepasrahan). 

Kata Islam itu sendiri mengisyaratkan jalan tengah atau moderat. Dari segi bahasa saja, Islam sudah mengisyaratkan jalan tengah, moderat, dan tentu menolak kekerasan.

Seorang Muslim sejatinya mengedepankan kedamaian, ketundukan, kepasrahan, dan pada akhirnya mengejawantahkan ketenangan lahir batin.
Agaknya kurang pas jika panji-panji Islam dibawa-bawa untuk sesuatu yang menyebabkan lahirnya kekacauan dan ketidaknyamanan. Apalagi jika nama Islam digunakan untuk melayangkan nyawa-nyawa orang yang tak berdosa.

Sesuai dengan namanya, Islam adalah agama kedamaian dan agama kemanusiaan. Penggunaan kata Islam dalam Alquran dan hadis sesungguhnya lebih dominan sebagai feminine word ketimbang masculine word. Alquran sendiri lebih menonjol sebagai the feminine book ketimbang the masculine book.

Bahkan, Alquran melukiskan Allah lebih menonjol sebagai The Mother Godketimbang sebagai The Father God. Perhatikan, Alquran selalu mengawali surah dengan kalimat Bismillah al-Rahman al-Rahim yang berarti Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ini menggambarkan bahwa Allah lebih menonjolkan Dirinya sebagai Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Kini, yang menjadi masalah, mengapa kelompok minoritas Muslim begitu leluasa mengklaim diri dan gerakannya sebagai gerakan Islam, sementara kelompokmainstream Muslim tidak berani menyuarakan kelompok mayoritas. Kini, sudah saatnya mayoritas Muslim bicara dalam upaya menciptakan stabilitas dunia dan umat manusia.

Kecenderungan yang terjadi saat ini adalah minoritas Islam moderat lebih menekankan Islam dalam konteks salam, yang lebih bersifat substansial dan universal. Sementara itu, kelompok minoritas Islam radikal lebih menekankan Islam dalam konteks istislam yang menuntut adanya intensitas dan semangat akseleratif dalam mewujudkan nilai-nilai dasar Islam. Kelompok mayoritas Islam lebih menekankan Islam konteks Islam yang menekankan aspek kemanusiaan manusia.

Iqra'



Kamis, 10 Mei 2012, 19:27 WIB
en.wikipedia.org
  
Iqra'
Surah Al-Alaq (ilustrasi).
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Mengapa ayat pertama dalam Alquran berupa kalimat perintah iqra' (bacalah)? Mengapa perintah itu untuk seorang yang buta huruf (ummi)?

Prof Hull dalam karya monumentalnya, History and Philosophy of Science, mengungkap salah satu misteri iqra'. Menurut Hull, siklus pergumulan antara agama dan ilmu pengetahuan terjadi setiap enam abad. Ia memulai penelitiannya dengan mengkaji abad 6 SM sampai abad 1 M.

Periode ini ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh filsafat Yunani terkemuka, seperti Tales, Phytagoras, Aristoteles, dan Plato. Pada periode ini, para filsuf mengungguli popularitas pemimpin politik dan pemimpin agama. Tokoh agama hampir tidak ditemukan ketika itu.

Periode kedua diawali oleh lahirnya Nabi Isa (1 M) sampai abad 6 M. Periode ini ditandai dengan merosotnya popularitas filsuf atau ilmuwan dan menguatnya peran penguasa yang berkoalisi dengan gereja. Mereka mengaku wakil Tuhan di bumi.

Pada periode ini, hampir tidak ditemukan filsuf dan ilmuwan. Sebaliknya, tercatat sejumlah raja yang otoriter. Orang-orang tidak berani mengkaji ilmu pengetahuan karena itu berarti malapetaka baginya, terutama jika hasil pemikirannya bertentangan dengan pendapat istana dan gereja.

Akibatnya, muncullah zaman kegelapan dan kebodohan. Periode inilah yang melatari lahirnya agama Islam. Dari sini, dapat dipahami mengapa iqra' menjadi starting point ajaran Islam.

Periode ketiga diawali dengan lahirnya Nabi Muhammad (abad 6 M) sampai abad kebangkitan Eropa (abad 13 M). Rasulullah memadukan ilmu pengetahuan dengan agama, yang disimbolkan dalam iqra' bi ismi rabbik! (Bacalah dengan nama Tuhanmu).

Iqra' adalah simbol ilmu pengetahuan, sedangkan bi ismi rabbik sebagai simbol agama. Iqra' tanpa bi ismi rabbik atau bi ismi rabbik tanpa iqra' terbukti tidak mengangkat martabat manusia dan kemanusiaan.

Periode keempat diawali dengan melemahnya pusat-pusat kerajaan Islam dan kebangkitan Eropa di abad 13 M. Pada periode ini, dunia Barat hanya mengembangkan sains dan teknologi, tetapi melupakan agama sebagai pembimbingnya. Mereka mengambil kekayaan intelektual dunia Islam, tetapi meninggalkan agama.

Periode kelima ditandai dengan kejenuhan manusia memuja pikirannya sendiri. Akhirnya, muncul berbagai gerakan dan filsafat yang bertema kemanusiaan, seperti gerakan postmodernisme. Menurut Hull, manusia tidak akan pernah mungkin melepaskan diri dari agama. Dan, agama yang tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan tidak punya tempat di masa depan. Akankah Islam menjadi harapan agama masa depan?

Twitter Lebih Bersinar dari Media Massa


  
Twitter Lebih Bersinar dari Media Massa
Twitter

Hampir 80 persen masyarakat khususnya mahasiswa, lebih menyukai mendapatkan informasi dari sosial media seperti Twitter dibandingkan membaca suratkabar. Informasi yang didapat dari Twitter lebih cepat dan update dibandingkan suratkabar yang baru keesokan harinya muncul. Sejumlah mahasiswa YAI mengaku mereka memilih twitter dibandingkan menonton televisi atau membaca suratkabar. ''Setiap saat dan setiap waktu. Nah untuk lebih detailnya barulah membaca berita online,'' ujar Disty Resta Denada, salah satu mahasiswi FIKOM YAI yang rajin ngetweet.
Berdasarkan penelitian Semiocast, lembaga riset media sosial yang berpusat di Paris, Prancis, ternyata jumlah pemilik akun Twitter di negara ini merupakan yang terbesar kelima di dunia.
Indonesia berada di posisi kelima dengan jumlah akun 19,5 juta, setelah disalip oleh Inggris Raya yang berhasil berada di posisi keempat dengan 23,8 juta akun. Sementara itu, posisi satu ditempati Amerika Serikat dengan 107,7 juta, posisi kedua diraih Brasil dengan 33,3 juta, dan Jepang di posisi ketiga dengan 29,9 juta akun. “Berita dan informasi di twitter  lebih informatif dan cepat tanpa harus kita membaca koran setiap pagi, dan di twitter kita bisa melihat informasi terbaru setiap jam dan setiap detiknya tanpa harus mencari-cari koran lagi”, ujar Dewi, mahasiswi FIKOM YAI. 

Twitter adalah sebuah situs web yang dimiliki dan dioperasikan oleh Twitter Inc., yang menawarkan jejaring sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang disebut tweets.
Tweets adalah teks tulisan hingga 140 karakter yang ditampilkan pada halaman profil pengguna. Tweets bisa dilihat secara luar, namun pengirim dapat membatasi pengiriman pesan ke daftar teman-teman mereka saja. Pengguna dapat melihat kicauan penulis lain yang dikenal dengan sebutan follower.

Sabtu, 12 Mei 2012

Islam Satukan Suara Hadapi Pemilu AS



Tuesday, 08 May 2012, 19:31 WIB
Heri Ruslan/Republika
  
Islam Satukan Suara Hadapi Pemilu AS
Gedung Capitol Washington

Meningkatnya populasi muslim di negara bagian California, Amerika Serikat, menyimpan potensi suara bagi umat Islam untuk memperjuangkan hak-hak sipil pada pemilihan Presiden mendatang. Sebabnya, muslim California perlu didorong untuk menggunakan haknya demi masa depan komunitas muslim.

Ketua Dewan Hubungan Amerika Islam California (CAIR-CA), Masoud Nassimi mengatakan sebagai masyarakat yang berpendidikan dan terintegrasi, muslim Amerika memiliki peranan penting dalam sosial dan politik AS. Karena itu, penting bagi setiap muslim untuk terlibat dan berpartisipasi penuh guna menciptakan masa depan yang lebih baik bagi umat Islam di California dan AS.

"Untuk itu, muslim AS harus memahami isu-isu politik dan tantangan muslim di masa depan. Kedekatan dengan anggota parlemen menjadi faktor kunci dalam hal ini," kata dia dalam acara "Hari Muslim di Capitol" yang berlangsung di California Convention Center, Senin (7/5) kemarin.

Saat ini, kehidupan muslim AS boleh dibilang "belum aman". Mengapa demikian, tumbuhnya kelompok anti Islam berikut dengan manuver yang dilakukan partai Republik mengancam posisi umat Islam yang hingga kini masih berjuang mendapatkan tempat di AS. Oleh sebagian masyarakat AS, Islam masih dianggap sebagai penyakit dan ekspansioner yang mengancam AS dalam tanda kutip.

Asisten Profesor Universitas Santa Clara, Farid Senzai mengatakan ada peluang bagi komunitas muslim di seluruh AS, untuk memainkan peranan penting. Peranan itu memang menghadapi hambatan berupa retorika anti Islam yang menjurus pada usaha menekan Islam dalam isu-isu seperti hukum syariah."Saya kira, muslim di seluruh negara bagian memiliki peranan dalam menjaga kepentingan dan aspirasi mereka," kata dia.

Lantaran potensi memberikan pengaruh pada setiap kebijakan, CAIR dan organisasi Islam lain memandang hal ini untuk menyatukan suara muslim dalam menghadapi tantangan yang dimaksud. Tentu hal ini tidak mudah, mengingat muslim AS begitu beragam.  

Beragam kampanye untuk menyatukan suara secara intensif dilakukan. Kampanye yang dimaksud seperti memberikan panduan, memperkenalkan para pemilih dan memobilisasi umat Islam untuk menggunakan haknya.

Sebagai catatan, umat Islam AS membantu terpilihnya George W Bush pada pemilu Presiden 2000 dan Barrack Obama pada pemilihan presiden 2008. Tentu, pada pemilihan Presiden 2012 mendatang, suara muslim AS sangat menentukan nasib Obama atau memberikan kesempatan Republik yang berindikasi anti-Islam untuk memimpin AS empat tahun ke depan.

Newcastle Sediakan Mushala untuk Pemain Muslim



Senin, 07 Mei 2012, 15:09 WIB
  
Newcastle Sediakan Mushala untuk Pemain Muslim
Penyerang Newcastle United, Pappis Cisse melakukan sujud syukur usai timnya menang 2-0 atas Chelsea di Liga Primer Inggris, Kamis (3/5) dini hari WIB. Dua gol kemenangan Newcastle dicetak Cisse.

NEWCASTLE -- Kabar baik bagi pemain Muslim yang merumput di Newcastle United. Pelatih klub berjuluk The Magpies, Alan Pardew mengaku berencana menyediakan mushala di stadion Sports Direct Arena.  
Rencana ini, diakui Pardew demi memudahkan pemain beragama Islam seperti Papiss Cisse, Demba Ba, dan Hatem Ben Arfa untuk beribadah. Ketiganya memang dikenal sebagai Muslim taat. 
"Ini adalah sesuatu yang telah saya diskusikan dengan sekretaris klub Lee Charnley. Saya pikir ini penting. Kami melihat para pemain dan latar belakang agama mereka," ungkap Pardew.
Pardew mengangap pemain religius memiliki peranan penting bagi klub berjuluk The Magpies. Karena itu, fasilitas beribadah seperti mushala penting untuk difasilitasi.
"Agama memainkan peranan penting bagi sejumlah pemain kami. Anda harus menghargai kalau beberapa pemain memiliki agama yang berbeda. Kita butuh fasilitas berbeda bagi mereka," ungkapnya.
Langkah Newcastle menyediakan mushala menghembuskan tren segar bagi sejumlah pemain muslim lain yang merumput di Liga Utama Inggris saat ini.
Bukan tak mungkin klub yang menaungi bintang muslim seperti Manchester City, dengan Yaya Toure-nya, Wigan Athletic (Ali Al-Habsi), Queens Park Rangers (Adel Taarabt), Chelsea (Salomon Kalou) dan Arsenal (Marouane Chamakh dan Robin van Persie) meniru langkah serupa.

2030, Pemeluk Islam Capai 2,2 Miliar Jiwa



Rabu, 09 Mei 2012, 07:44 WIB
Reuters
  
2030, Pemeluk Islam Capai 2,2 Miliar Jiwa
Muslim Rusia shalat berjamaah di udara dingin

REPUBLIKA.CO.ID, SOUTHERN CALIFORNIA -- Populasi Muslim di seluruh dunia naik pesat. Pew Research Center’s Forum on Religion & Public Life memperkirakan populasi Muslim akan tumbuh mencapai 35 persen dari total populasi dunia pada 20 tahun mendatang.

Jika pada 2010 jumlah pemeluk Islam mencapai 1,6  miliar jiwa, maka pada 2030 akan mencapai 2,2 miliar jiwa. Menurut lembaga itu, pertumbuhan jumlah umat Islam dua kali lebih besar dibandingkan non-Muslim pada dua dekade mendatang. Jika pertumbuhan jumlah umat Islam rata-rata mencapai 1,5 persen, maka non-Muslim hanya 0,7 persen.

Menyikapi fenomena itu, Direktur Islamic Center Southern California, Imam Jihad Turk menilai ada dua faktor yang menyebabkan populasi muslim meningkat pesat, pertama adalah angka kelahiran tinggi di kalangan umat Islam. Dan kedua,  berbondong-bondongnya non-Muslim memeluk Islam.

"Tingkat kelahiran merupakan faktor utama yang memberikan sumbangsih. Sementara, faktor konversi lebih banyak karena pernikahan," kata dia seperti dikutip neontommy.com, Selasa (8/5).

Moises Gonzalez, yang baru saja memeluk Islam, merupakan contoh dari tren pernikahan yang dijelaskan Turk. "Saya jatuh cinta dengan seorang Muslimah. Sebagai bentuk keseriusan, saya memutuskan untuk berpindah agama," ungkap Gonzalez, yang saat ini tidak lagi mengkonsumsi babi dan alkohol semenjak memeluk Islam.

Hal serupa juga dialami Ti Miekel. Sebelumnya, ia tidak memeluk agama apapun. Namun, saat bertemu dengan suaminya, ia sadar harus membuat langkah perubahan. Salah satunya adalah memeluk agama."Suamiku tidak pernah memintaku untuk memeluk Islam Jadi, keputusanku memeluk Islam atas pilihan pribadi," kenang dia.

Sebelum Mikkel memeluk Islam, ia telah mencoba untuk mengenakan jilbab layaknya muslimah lain. Ia pun merasakan ketenangan. "Aku tidak memiliki masalah dengan tata cara berpakaian. Tapi aku melihat jilbab, sebuah pakaian yang memberikan kenyamanan," kata dia.

Sementara itu, Wakil Direktur Islamic Center Southern California, Soha Yassine, meningkatnya populasi muslim dibarengi dengan meningkatnya tentangan yang harus dihadapi muslim. Sebabnya, generasi baru muslim perlu untuk tumbuh dalam lingkungan dimana mereka dapat berbicara secara terbuka atas masalah yang mereka hadapi.

"Penting untuk diketahui generasi baru muslim untuk memahami bahwa menjadi muslim dan seorang warga AS tidaklah ekslusif," kara dia.

Turk menambahkan, kesalahpahaman tentang Islam merupakan pekerjaan rumah bagi setiap muslim. Adalah tugas seorang muslim untuk meluruskan hal itu. Harapannya esensi Islam sebagai agama cinta damai dapat dipahami. "Kebanyakan orang sekarang ini berpikir Islam adalah agama kekerasan. Padahal itu tidak benar," pungkasnya.

Bilal dan Muazin



Senin, 07 Mei 2012, 10:49 WIB
Republika/Agung Supri
  
Bilal dan Muazin
Seorang muazin saat mengumandangkan azan di salah satu masjid di Jakarta.

Oleh: Alvian Iqbal Zahasfan
Seorang Muslim tidak ragu bahwa azan merupakan salah satu syiar Islam, panggilan menuju shalat dan ibadah, serta media mendekatkan diri kepada Allah. Orang Islam diperintahkan untuk menjawabnya. Jika demikian, tentu azan memiliki keutamaan luar biasa dan pahala yang mewah.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang memanggil kepada Allah …" (Fushshilat [41]: 33). Mujahid (murid Ibnu Abbas RA) mengatakan, ayat tersebut diturunkan berkaitan dengan seorang muazin (tukang azan).

Ummul Mukminin Siti Aisyah RA menjelaskan, “Jika muazin menyeru, Hayya alas shalah, maka sungguh dia telah memanggil (kita) kepada Allah.” Suatu pagi Rasulullah SAW memanggil Bilal bin Rabah RA seraya bersabda, “Duhai Bilal, apa gerangan yang menyebabkanmu mendahuluiku ke surga? Kemarin malam, saya masuk surga, lalu saya mendengar derap sandalmu di depanku.”

Lantas Bilal menjawab, “Duhai Rasul Allah, saya tidak pernah azan sama sekali kecuali setelahnya saya mendirikan shalat sunah dua rakaat. Dan, saya tidak pernah berhadas sama sekali, melainkan setelahnya saya akan segera berwudhu lagi.” Lalu Rasulullah menimpalinya, “Sebab inilah!” (HR Ibnu Khuzaimah dalam sahihnya). Maksudnya, lantaran mengerjakan shalat sunah dua rakaat setelah azan dan berwudhu lagi setelah berhadas itu, Bilal mendapatkan tempat istimewa di surga.

Hadis di atas memberi dua faedah. Pertama, disunahkan shalat dua rakaat seusai mengumandangkan azan. Kedua, disunahkan berwudhu setiap kali berhadas agar senantiasa dalam keadaan suci dan selalu siap, seperti saat hendak shalat, membawa mushaf, tawaf, mengaji, dan belajar. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan orang-orang yang bersuci.” (QS al-Baqarah [2]: 222).

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah bertanya kepada Bilal, “Wahai Bilal, beri tahu saya, perbuatan terhebat apakah yang telah engkau kerjakan dalam Islam? Sungguh saya telah mendengar derap langkah kakimu di depanku di surga.” Bilal menjawab, “Saya tidak pernah melakukan perbuatan hebat, hanya saja saya tidak pernah berwudhu pada waktu siang maupun malam, melainkan saya shalat dengan wudhu tersebut.” (HR Bukhari-Muslim).

Dua hadis tersebut di atas menunjukkan bahwa Bilal bin Rabah RA termasuk salah satu golongan yang diberi kabar gembira akan surga. Sahabat lainnya yang juga dijamin masuk surga oleh Rasul SAW, di antaranya Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Zubair bin Awam, Tolhah bin Ubaidillah, dan Abdurrahman bin Auf. Alangkah berbahagianya para tukang azan (muazin) jika dapat meniru perbuatan sahabat Bilal di atas. Leher-leher mereka lebih tinggi (menjadi pemimpin) dari manusia-manusia sejagat raya yang pernah diciptakan Allah (HR Muslim). 

Selain itu, semua makhluk di muka Bumi ini akan bersaksi untuk mereka pada Hari Kiamat karena pernah mendengar panggilannya (HR Al-Bukhari). Allah mengampuni dosanya (HR Abu Daud dan Ibnu Majah). Dan, Rasul SAW akan memintakan ampunan kepada Allah untuknya (HR Ibnu Majah dan Abu Daud). Wallahu a’lam.