Tulisan Berjalan

SUKSES KOMUNITAS MAJU JOS, AKHIRNYA BIMBINGAN DIGITAL MARKETING SECARA GRATIS TANPA BATAS TELAH MEMBERI MANFAAT BESAR

Selasa, 01 Mei 2012

“Yasinan Itu Bid’ah Sesat”, Demikian Menurut Para Ahli Bid’ah


Yasinan Yasinan dan Isu-isu Bid’ah….

“Yasinan itu bid’ah sesat, pelakunya berdosa dan masuk neraka”, demikian kata mereka ketika mengomentari acara Yasinan. Orang-orang itu adalah segolongam kaum yang merasa bukan Ahli Bid’ah, namun dari perkataan mereka sudah otomatis menunjukkan bahwa mereka adalah Ahlul Bida’ yang sesungguhnya. Bagaimana mereka bisa mengatakan membaca surat Yasin itu berdosa, bukankah sudah jelas membaca satu huruf dari ayat Al-Qur’an itu mendapat sepuluh pahala? Bagi anda yang menggunakan akal sehat, pastinya anda akan sulit menerima pendapat orang-orang yang mengatakan Pembaca Surat Yasin itu berdosa. Baiklah, kami tidak ingin mengajak anda  menjadi orang-orang yang hanya mengikuti akal. Oleh karena itulah mari kita ikuti Pejelasan TUNTAS Tentang YASINAN berdasar dalil-dalil yang benar…..

Pejelasan TUNTAS Tentang YASINAN

Yasinan Itu Apa Sih?

 Di dalam khazanah keagamaan Islam di Indonesia ada istilah ”Yasinan”. Istilah ini merujuk kepada kebiasaan sebagian umat Islam yang menyelenggarakan acara kumpul bersama dengan membaca Surat Yasin. Itulah Yasinan. Sekalipun diberi istilah”Yasinan”, isinya tidak sekedar membaca surat Yasin, tapi biasanya dilanjutkan dengan dzikir bersama kemudian musyawarah dan ditutup dengan do’a. ”Yasinan” adalah kekayaan keberagamaan umat Islam Indonesia yang sangat besar jasanya sebagai media dakwah. Tapi tidak semua umat Islam setuju dengan ”Yasinan”. Ada sebagian umat Islam lainnya yang menolaknya. Mereka menganggap praktek ”Yasinan” tidak diteladani oleh Nabi Muhammad dan tidak dianjurkan. Maka kesimpulan mereka ”Yasinan” adalah bid’ah, mengada-ada dalam agama. Dan para pelakunya  dianggap berdosaMereka juga memberi alasan bahwa hadits-hadits yang berisi keterangan tentang keutamaan Surat Yasin adalah hadits-hadits dhoif yang wajib dihindari pengamalannya.

Yasinan adalah membaca Al Qur’an bersama-sama.
 Pada kenyataannya ”Yasinan” adalah kegiatan membaca Al Qur’an bersama-sama. Membaca Al Qur’an termasuk dzikir kepada Allah SWT. Allah berfirman : “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” .(QS Al Kahfi : 28). Dalam bagian hadits Imam Muslim dari Abi Hurairoh ra, Rasulalloh SAW bersabda: ”Tidaklah duduk sekelompok orang di antara rumah-rumah Allah sambil membaca Kitab Allah (Al Qur’an) dan mengkajinya di antara mereka, kecuali turun kepada mereka ketenangan, mereka diliputi kasih sayang, dinaungi malaikat dan sebut-sebut Allah di depan Makhluk yang ada di sisi-Nya (maksudnya para malaikat)”. Al Imam Abi al Husain Muslim bin Al Hajjaj Al Qusyairy An Naisabury, Shohih Muslim, (Libanon, Daar al Fikr, 1992), juz dua, hal: 574. Dalam hadits tersebut tampak sekali anjuran membaca Al Qur’an bersama-sama, dengan berbagai keutamaannya, yaitu menghadirkan ketenangan batin, menghadirkan kasih sayang, mengundang malaikat datang menaungi, dan dibanggakan Allah di antara para malaikat.

Hadits-hadits surat Yasin yang berderajat maudhu’

Pada umunya, tradisi ”Yasinan” dilatar belakangi oleh niat menghidupkan sunnah Nabi, yaitu membaca surat Al Qur’an yang berdasarkan hadits Nabi memiliki keutamaan, termasuk surat Yasin. Memang benar, terdapat beberapa hadits yang menerangkan surat Yasin berderajatdha’if (lemah) bahkan sampai berderajat maudhu’ (palsu). Hadits maudhu adalah sesuatu yang dikaitkan pada Nabi dengan cara dibuat-buat, dan dengan kebohongan, padahal Nabi tidak pernah mengucapkannya, melakukannya atau menyetujuinya. DR. Muhammad Ajjaj Al Khothib, Ushuul al Hadits, (Libanon, Daar Al Fikr, 2006), hal: 275. Tegasnya, haditsmaudhu’ itu palsu, bukan berasal dari Nabi, tapi dikemukakan sebagai hadits dari Nabi. Membuat hadits palsu haram hukumnya. Bahkan Al Imam Juwaini menganggapnya sebagai kekufuran. Demikian pula, haram meriwayatkan hadits tersebut  Al Khothib, ibid. Dengan demikian haram mengamalkan hadits yang berderajat maudhu’. Contoh hadits surat Yasin yang berderajat maudhu’ ialah hadits di bawah ini yang artinya : Dari Anaas ra. Ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda “Barang siapa yang membiasakan membaca surat Yasin pada malam hari  maka ketika mati ia mati syahid”. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Thobroni dalam kitab Al Ausath Ash Shogir. Hadits tersebut dianggap maudhu’ karena dalam susunan rawinya terdapat terdapat nama Sa’id bin Musa al Azdi. Ia adalah seorang pembohong (kadzdzaab). Al Imam Muhammad bin Ali Muhammad Asy Syaukani Al Yamani, Tuhfah Adz Dakirin, (Kairo, Daar al Hadiits, 2004), hal: 419 Orang-orang yang bersemangat menganggap ”Yasinan” sebagai perbuatan bid’ah memperkuat hujjah-nya dengan hadits ini, dan hadits-hadits surat Yasin lain yang maudhu’.Padahal, bagi orang-orang yang melakukan tradisi ”Yasinan”, hadits-hadits surat Yasin yangmaudhu’ sama sekali tidak disentuh, apalagi dijadikan hujjah atau dalil.

Hadits-Hadits Surat Yasin Yang Berderajat Hasan Lighoirihi

Hadits Hasan Lighoirihi adalah hadits dho’if yang jalur periwayatannya lebih dari satu, dan sebab kedho’ifannya bukan karena kefasikan atau pembohongnya perawi. Dari makna di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa hadits dho’if  bisa naik derajatnya menjadi hadits Hasan Lighoirihi karena dua hal : Pertama, hadits tersebut diriwayatkan juga oleh seorang perawi lain atau lebih banyak, dimana riwayatnya berderajat sama atau lebih kuat. Kedua, sebab kelemahan hadits tersebut adalah karena buruknya hafalan perawi atau terputus sanadnya (inqitho’) ketidak terkenalan (jahalah) nya perawi. Hadits Hasan Lighoirihi lebih rendah derajatnya dari pada Hasan Lidzatihi, sehingga jika terjadi perbedaan isi di antara keduanya, hadits Hasan Lidzatihi harus lebih didahulukan. Tapi hadits Hasan Lighoirihitermasuk hadits maqbul, diterima sebagai hujjah hukum. DR. Mahmud Ath Thohaan,Taisiir Mushtholah al Hadits, (Libanon, Daar al Fikr), hal: 43. Dalam bidang hadits, ukuran bagi diterima atau tidaknya sebuah hadits harus didasarkan kepada ukuran ilmu hadits. Maka jika seorang menafikan sebuah Hadits dengan kehendaknya sendiri, berarti ia telah melakukan tindakan gegabah, yang tidak perlu dicontoh apalagi dituruti. Untuk memastikan bisa diterima atau tidaknya hadits-hadits surat Yasin, kita wajib menggunakan ukuran-ukuran di atas. Di antara hadits-hadits surat Yasin yang menjadi hujjah adalah hadits-hadits di bawah ini :
Pertama, Nabi Muhammad saw bersabda :
”Hati Al Qur’an adalah surat Yasin, tidaklah seseorang membacanya karena mengharap ridho Allah kecuali Allah pasti akan mengampuninya, bacalah surat Yasin untuk orang mati kalian”. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majjah dan Ibnu Hibban, hadits tersebut bersumber dari sahabat Ma’qal bin Yasar ra., matan di atas berasal dari kitab An Nasa’i. Hadits tersebut dianggap shohih oleh Ibnu Hibban. Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits tersebut dan menganggapnya shohih. Asy Syaukani,ibid. Dalam sebuah karangannya Ustadz Yazid Abdul Qodir al Jawaz mengatakan bahwa hadits di atas adalah dho’if  karena ada perawi yang majhul (jahalah) dalam susunan perawinya yaitu Abu Utsman. Dan dengan alasan itu pula ia menganggap ”Yasinan” sebagai bid’ah, sebuah tuduhan yang gemar dilancarkannya. Pandangan ustadz Yazid ditelan mentah-mentah dan dianggap benar seratus persen oleh orang-orang yang juga gemar melontarkan tuduhan bid’ah kepada orang lain yang berbeda ijtihadnya (sebuah kegemaran yang paling dibenci ulama-ulama salaf).
Terhadap pandangan ustadz Yazid penulis perlu mengemukakan:
1. Kalau memang benar hadits ini dho’if  disebabkan kejahalahan / kemajhulan Abu Utsman (ustadz Yazid mengutip sumbernya dari pendapat ahli hadits besar Adz Dzahabi) tidak berarti hadits ini haram dijadikan hujjah, sebab berdasarkan ilmu hadits, hadits dho’if yang kedho’ifannya tidak disebabkan kefasikan dan kebohongan perawi, dan hadits tersebut diriwayatkan lebih dari satu perawi maka hadits tersebut derajatnya naik menjadi haditsHasan Lighoirihi. Hadits di atas memenuhi syarat-syarat tersebut. Jadi, wajib diamalkan karena berarti kita telah menghidupkan sunah Nabi.
2. Sekalipun ternyata bahwa dalam seluruh jalur periwayatan hadits tersebut terdapat nama Abu Utsman, tapi karena hadits tersebut diriwayatkan oleh empat Imam(penulis mengecualikan riwayat dari Imam an Nasai yang hanya menulis nama Abu Utsman tanpa menulis dari bapaknya) Abu al Fida al Hafidh Ibn Katsir Ad Dimsyaqi, Tafsir Al Qur’an Al Adhiim, (Libanon, Daar al Fikr, 1992) jilid ketiga, hal: 678.
Maka berarti pula Abu Utsman meriwayatkan empat kali. Berarti kemajhulan Abu Utsman harus dipertanyakan, sebab seorang perawi disebut majhul diantaranya, kalau hanya sekali saja meriwayatkan hadits. Ath Thohaan, looc.cit. hal: 98 Jika demikian Abu Utsman tidak bisa dianggap majhul.
Dengan begitu hadits di atas shohih, sebagaimana dikatakan Imam Ahmad dan Ibn Hibban. Tapi, dengan tanpa pengandaian-pengandaian, penulis lebih condong mengatakan hadits tersebut di atas derajatnya Hasan Lighoirihi, yang bisa digunakan sebagai hujjah, dan harus diamalkan.
Kedua, ”Al Hafidh Abu Ya’la berkata, ”Meriwayatkan padaku Ishaq bin Abi Isra’il meriwayatkan padaku Hajjaj bin Muhammad dari Hisyam bin Ziyad dari Al Hasan, ia berkata: ”Aku mendengar Abu Hurairoh berkata, Rasulalloh SAW bersabda: barang siapa membaca Surat Yasin di malam hari maka keesokan paginya diampuni Allah. Dan barang siapa yang membaca Haa Mim yang disebut di dalamnya Ad Dukhon maka keesokan paginya diampuni oleh Allah”. Hadits ini isnadnya bagus. Ibnu Katsir, op.cit, hal: 678. Dalam buku ”Yasinan” nya – entah sengaja, pura-pura lupa atau lupa – Ustadz tidak mencantumkan susunan sanad yang lengkap melalui riwayat Abu Ya’la sebagaimana kita lihat hadits di atas. Ia justru menampilkan hadits dengan redaksi (matan) serupa yang diriwayatkan oleh at Thabroni dalam kitab al Mu’jam al Ausath dan al Mu’jam ash Shoghir, yang didalamnya terdapat nama Aghlab bin Tamim yang oleh ahli hadits dianggap dhoif Asy Syaukani, ibid. . Sedangkan dalam riwayat Abu Ya’la di atas sama sekali tidak ada nama perawi tersebut. Bahkan riwayat Abu Ya’la itu diberi komentar isnaaduhu jayyid (susunan sanad/ perawinya bagus). Menurut ahli hadits Indonesia, guru besar Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ), Jakarta Profesor Doktor KH. Maghfur Utsman, jika sebuah hadits dikomentari isnaaduhu jayyid  maka hadits tersebutberderajat hasan Wawancaara 14 Februari 2007Maka jelaslah bahwa hadits tersebut bisa dijadikan hujjah, sehingga orang yang mengamalkannya memperoleh pahala dari Allah, dan berdosalah orang yang dengan sengaja (apalagi dengan semangat kebencian yang meluap-luap) meninggalkan dan menanggalkan isi hadits tersebut. Na’udzubillah!!!

Yasinan Surat Yasin: Mengapa disebut Qalb al Qur’an dan Apa hubungannya dengan orang yang sudah meninggal

As Suyuthi menukil pendapat al Ghazali bahwa Surat Yasin disebut Qolb al Qur’an Menurut kamus al Munawwir qolb artinya : hati, isi, lubuk hati, jantung, inti (lihat kamus al Munawwir, Arab-Indonesia terlengkap, Yogyakarta, Pustaka Progressif, 2000, cet. kedua puluh lima, hal. : 1145)  karena sahnya keimanan diukur dengan pengetahuan terhadap al Hasyr (hari dikumpulkannya seluruh manusia) dan an Nasyr (hari kiamat). Pengenalan tersebut diteguhkan dalam surat Yaasin dengan sebaik-baik pengungkapan. Sedangkan menurut an Nasa’i ia mengatakan bahwa kemungkinannya karena dalam surat tersebut berisi pemantapan tiga pokok ketauhidan, risalah, dan hari kebangkitan, dimana hal-hal tersebut berkait dengan keyakinan hati. Jalal al Din As Suyuthi Asy Syafi’i , Al Itqaan fi Ulum al Qur’an (Libanon, Daar al Fikr, tt), juz kedua, hal. : 159. Adapun maksud kalimat  (bacalah surat Yasin untuk orang mati kalian) adalah karena di dalam Surat Yasin diterangkan tentang kematian dan kehidupan, Asy Syaukani, ibid. contohnya pada ayat yang artinya:Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh) al Qur’an Surat Yasin ayat 12. Dan Artinya : Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. al Qur’an Surat Yasin ayat 12. Imam Al Qurtubi mengatakan bahwa membaca Surat Yasin untuk orang mati maksudnya membaca surat tersebut di sisi orang yang akan mati atau juga membaca di kuburannya. Mengenai pendapat tersebut Ash Suyuthi mengatakan bahwa pendapat yang pertama (dibaca ketika orang akan mati) itu merupakan pendapat jumhur ulama, sedangkan pendapat kedua merupakan pendapat Ibn Abdul Wahid Al Maqdisi.  Imam Jalaluddin as-Suyuthi,Ziarah keAlam Barzakh (terjemahan Syarh ash-Shudur bi Syarh al Mautaa wa al Qubur), Jakarta, Pustaka Hidayah, 2005, cet kesatu, hal. : 393  Menurut Imam As-Saukani jika dibaca untuk orang yang sudah meninggal dunia maka tujuannya adalah untuk meringankan beban (siksa) mayit di dalam kubur.  As-Saukani, ibid   Jadi pada dasarnya surat tersebut dibaca di sisi orang yang mau meninggal dunia maupun sudah meninggal dunia sama-sama dibenarkan dan mendapat pahala.

Yasinan dan Kesimpulan

Kalau saya mengikuti orang yang gemar menuduh bid’ah ibadah orang lain yang tidak sama, tentu saya akan mengatakan begini : “Yasinan adalah kebiasaan atau pekerjaan yang dianggap ibadah karena memiliki sumber hukum berupa hadits Nabi yang menurut ukuran ilmu mustholahah al hadits derajatnya hasan lighoirihi yang bisa diterima sebagai hujjah dan harus diamalkan. Maka orang yang menolak Yasinan adalah pelaku bid’ah tarkiyah senyata-nyatanya dan bisa dianggap sesat dan harus siap merasakan api neraka”  Tapi saya tidak ingin menyimpulkan seperti itu sebab cara pandang seperti itu sungguh sangat jauh dari cara pandang para ulama salaf. Sayahanya ingin memberi kesimpulan sederhana bahwa insya Allah tradisi “Yasinan”  yang banyak dilakukan oleh umat Islam tidaklah bertentangan dengan sunah Nabi, dan siapa yang melakukannya insya Allah memperoleh pahala dari Allah. Tapi harus diperhatikan juga bahwa sebaiknya dalam tradisi “Yasinan” tidak hanya diisi  dengan hanya membaca Surat Yasin tapi harus tingkatkan kualitasnya dengan bersungguh-sungguh menkaji dan mendalami ayat-ayat surat tersebut untuk diamalkan. Hanya Allah Yang Maha Benar.

REFERENSI :
1.         Al Imam Abi al Husain Muslim bin Al Hajjaj Al Qusyairy An Naisabury, Shohih Muslim, (Libanon, Daar al Fikr, 1992)
2.         DR. Muhammad Ajjaj Al Khothib, Ushuul al Hadits, (Libanon, Daar Al Fikr, 2006)
3.         Al Imam Muhammad bin Ali Muhammad Asy Syaukani Al Yamani, Tuhfah Adz Dakirin, (Kairo, Daar al Hadiits, 2004)
4.         DR. Mahmud Ath Thohaan, Taisiir Mushtholah al Hadits, (Libanon, Daar al Fikr)
5.         Abu al Fida al Hafidh Ibn Katsir Ad Dimsyaqi, Tafsir Al Qur’an Al Adhiim, (Libanon, Daar al Fikr, 1992)
6.         Jalal al Din As Suyuthi Asy Syafi’i Al Itqaan fi Ulum al Qur’an (Libanon, Daar al Fikr, tt)
7.         AW.  Munawwir, Kamus Al Munawwir, Arab-Indonesia Terlengkap  ( Yogyakarta, Pustaka Progressif, 2000)
8. Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Ziarah ke Alam Barzakh (terjemahan Syarh ash-Shudur bi Syarh al Mautaa wa al Qubur), Jakarta, Pustaka Hidayah, 2005.

*          Ketua MUI Pusat  (DR. KH. MA. Sahal Machfudh)
**        Ketua Bidang Kajian & Bahsul Masail FOSWAN (Forum Silaturahim Warga Nahdliyiin)
Libih detailnya klik : FOSWAN

******************************************************
Penjelasan tambahan juga bisa di lihat di link lainnya, Judul: Tahlil, Yasiin dan Do’a dalam AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH.
Link-nya klik: AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH

Inilah Empat Kitab Hadis Terbaik



Sabtu, 28 April 2012, 11:20 WIB
blogspot.com
  
Inilah Empat Kitab Hadis Terbaik
Shahih Muslim
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Heri Ruslan

Kesahihan sabda Rasulullah SAW yang terkandung dalam sebuah kitab hadis tentu akan menentukan kualitas kitab itu.  Para ulama pun menetapkan kitab hadis berdasarkan kualitas sabda Rasulullah SAW ke dalam empat rangking atau peringkat:
  • Peringkat pertama ditempati Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim.  Ada pula ulama yang memasukan kitab Al-Muwatta karya Imam Malik dalam peringkat pertama.
  •  Peringkat kedua ditempati oleh Sunan Abi Dawud, Sunan at-Tirmizi,  Musnad Ahmad Ibnu Hanbal, dan Sunan An-Nasai. Para ulama masih berbeda pendapat tentang Sunan Ibnu   Majah yang masuk dalam Kutub as-Sittah untuk ditempatkan dalam peringkat kedua.
  •  Peringkat Ketiga,  dalah kitab yang banyak memuat hadis dhaif atau lemah, seperti Musnad Ibnu Abi Syaibah, Musnad Abi Dawud Sulaiman at-Tayalisi, Musnad Abdillah Ibnu Hamid, dan Mussanaf Abd ar-Razzaq.
  • Peringkat keempat adalah kitab-kitab hadis yang ditulis oleh ahli kisah, pendakwah, dan para sufi, seperti Musanaf Ibnu Mardawih dan Musanaf Abi Syaikh.

Inilah Amalan Penolak Bala



Senin, 30 April 2012, 09:48 WIB
blog.science.gc.ca.
  
Inilah Amalan Penolak Bala
Dzikir kepada Allah (ilustrasi).
REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Ustad Arifin Ilham

Hidup ini tidak seindah yang dibayangkan. Banyak hal yang tidak terduga menghampiri hidup kita. Kepahitan dan kegetiran adalah warna yang memoles lembar kehidupan manusia. Meski sesungguhnya bagi orang yang beriman dunia ini adalah surga tak berperi dengan kenikmatan dan keelokannya yang tidak bertepi.

Untuk kita yang saat ini sedang dalam kubangan musibah ada baiknya kita mencoba menyisir jalan kebaikan berikut ini. Atau, kita yang sedang dihantui kegagalan, inilah amalan yang menghibur untuk menolak berbagai kemungkinan bala. 

Pertama, melazimkan doa. Orang yang terbiasa dengan berdoa akan mengalir sebuah kekuatan yang mampu menjadikan dirinya tegar. Bahkan, doa adalah sebuah proteksi ampuh menstabilkan kondisi hati dengan berbagai macam keadaannya.

Disebut oleh Nabi Muhammad SAW, “Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa.” (HR Ahmad). Bahkan, ada doa yang langsung dari Allah untuk menuntun kita terhindar dari berbagai ujian, musibah, dan bala. “Duhai Allah jangan sekali-kali Engkau uji kami di luar batas kemampuan kami.” (QS al-Baqarah [2]: 286).

Kedua, kesungguhan takwa. Banyak disebut oleh berbagai ayat bahwa kesungguhan dan keseriusan dalam ketakwaan mengantarkan ketangguhan spiritual dalam menyelesaikan setiap kesulitan hidup. Ini artinya semangat takwa menghindarkan sebuah peristiwa buruk dalam hidup manusia. “Siapa yang bertakwa maka Allah jadikan baginya jalan keluar. Dan Allah karunia kan rezeki dari arah tak terduga. Siapa yang menyerahkan urusannya ke pada Allah maka akan dicukupkan (nikmat dan kebutuhannya) …” (Baca QS al- Thalaq [65]: 2-3).

Ketiga, rida orang tua. Setelah kita tegak dengan nilai-nilai Langit seperti disebut oleh dua poin di atas, saatnya kita mengumpulkan energi dari bumi. Dan, kita perlu memulainya dari bilik kedua orang tua kita. Doa dan restu mereka yang pada urutannya mengantarkan kepada sejuta kebaikan, yang kita unduh tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Keramat terampuh di dunia ini tidak lain doa dan restu orang tua. “Rida Allah ada pada rida orang tua dan murka-Nya ada pada murka kedua orang tua,” demikian sabda Nabi Muhammad SAW riwayat al-Hakim.

Keempat, sedekah. Keutamaan sedekah sudah banyak yang menyebutkan. Bahkan, secara terang sebuah hadis mengisyaratkan, “Sedekah itu benar-benar menolak bala.” (HR Thabrani dari Abdullah ib nu Mas’ud). Karena, agama adalah amal. Maka, nikmat dan kelezatan beragama akan berasa jika kita benar-benar mengamalkan. Karena itu, saat nya kita buktikan dengan amal nyata. Kita bersedekah pasti ada proteksi bala yang langsung Allah desain.

Kelima, istighfar. “Kami tidak akan turunkan azab bencana selama mereka masih beristighfar.” (QS al-Anfal, 8: 33). Berikutnya, silaturahim, berzikir, dan selawat. Terkait dengan zikir, disebut oleh Nabi SAW, “Petir menyambar siapa pun, tetapi petir tidak akan menyambar orang yang sedang berzikir.”

Terakhir, senantiasa berbuat baik. Kebaikan yang kita tebarkan di bumi adalah kebaikan untuk kita yang Allah gelontorkan dari langit (QS ar- Rahman [55]: 60).Wallahu a’lam.

Senin, 30 April 2012

BPD-KKSS Kab. Merauke Akan Menggelar Rakerda II

Dalam rangka untuk mengevaluasi kepengurusan BPD-KKSS Kab. Merauke masa bhakti 2009-2013, maka pada tanggal 5 Mei 2012 akan digelas Rapat Kerja Daerah II. Seluruh Pengurus Cabang yang telah dibentuk akan diharapkan hadir, begitupun juga semua Pilar yang ada dapat mengikuti Raker tersebut. Selanjutnya hasil dari pada Raker tersebut tentunya jadi bahan dalam Musyawarah Wilayah yang akan berlangsung 19 Mei 2012 di Jayapura.

Yang jadi sorotan yang paling hangat dalam rapat persiapan raker adalah adanya beberapa Pilar yang memiliki AD/ART sendiri serta bahkan kepengurusannya dikukuhkan oleh Wilayah bahkan Pusat tanpa sepengetahuan Badan Pengurus Daerah. Padahal Seluruh Cabang ataupun Pilar dan badan otonom lainnya yang berada di Daerah adalah berada di bawah payung KKSS.. Nah inilah yang harus kita hindari agar tidak terjadi dualisme dan tidak menyatunya KKSS berdiri masing2 tanpa ada lagi sebuah rumah yang besar sebagai tempat berkumpul membangun kesatuan yang kokoh yaitu KKSS.
(By H. Syamsuddin, S. Ag Merauke)

Bahaya, Obat Kuat Bisa Renggut Nyawa



Selasa, 01 Mei 2012, 00:00 WIB
.
  
Bahaya, Obat Kuat Bisa Renggut Nyawa
Obat-obatan
REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN - Pengguna obat kuat di dalam masyarakat sebaiknya makin diwaspadai. Selain membahayakan bagi kesehatan manusia, obat pendongkrak gairah itu juga dapat menyebabkan kematian.
"Pada prinsipnya obat kuat itu merupakan stimulan yang mempengaruhi syaraf pusat di otak seperti tempat pengaturan sistem hormonal," kata konsultan spesialis penyakit jantung dr Amran Lubis SpJP (K) di Medan, Senin.
Jadi, lanjut dia, hormon testosteron akan menimbulkan rangsangan yang melebur ke pembuluh darah terutama pada organ intim laki-laki. Juga obat kuat itu mempengaruhi hormon lain seperti adrenalin.
"Pengaruhnya pada jantung menyebabkan denyut jantung bertambah dan bisa menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah di jantung dan otak, sehingga tekanan darah naik," katanya.
Hal itu, jelasnya, dapat menyebabkan terjadinya serangan pada otak atau stroke akut, yang diakibatkan adanya penyempitan pembuluh darah dan bisa menyebabkan kematian. "Intinya, berhati-hatilah mengkonsumsi obat kuat," katanya. 
Kasi sertifikasi dan layanan informasi konsumen Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Medan Sacramento mengatakan, sebenarnya tidak ada istilah obat kuat dalam dunia medis.
"Istilah obat kuat itu hanya sebutan orang awam saja, namun namanya untuk meningkatkan libido laki-laki," katanya.
Berkaitan dengan obat kuat itu, ia mengatakan harus terdaftar karena berpengaruh kepada orang yang memiliki riwayat penyakit jantung atau hypertensi. "Tidak boleh mengkonsumsi sembarang obat kuat itu, karena berbahaya dan bisa menyebabkan kematian," katanya.
Untuk itu, ujarnya, BBPOM tetap melakukan pengawasan dan sudah beberapa kali menemukan dan menyita apa yang disebut dengan istilah obat kuat dari beberapa tempat.
Menurut Sacramento, penggunaan obat yang dapat memberikan gairah pria itu harus dibawah pengawasan dokter dan dijual di apotik. Itupun obat kuat yang sudah memiliki izin.
"Kita mengawasi apakah ada izinnya, kita lihat jenisnya apakah sudah sesuai.Kalau tidak, kita amankan," katanya.

Minggu, 29 April 2012

Makna Al-Masyriq dan Al-Maghrib (1)



Senin, 30 April 2012, 06:37 WIB


Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Dalam pandangan sufistik, al-masyriq (timur) dan al-maghrib (barat) ternyata bukan hanya menunjukkan tempat atau wilayah geografis, melainkan juga banyak makna dan pesan. 

Termasuk di dalamnya adalah pesan kosmologi, teologi, mitologi, antropologi, sosiologi, dan metodologi. Tidak kurang dari 13 kali kata al-masyriq dan al-maghrib terulang di dalam Alquran.
 
Ada dalam bentuk mufrad (al-masyriq/al-maghrib) seperti dalam QS Al-Baqarah [2]: 115, bentukmutsanna (al-masyriqain/al-maghribain) seperti dalam QS Al-Rahman [55]: 17, dan ada dalam bentuk jama' (al-masyariq/al-magharib), misalnya, pada QS Al-Ma'arij [70]: 40.
Al-masyriq berasal dari akar kata syaraqa-yasyruq berarti terbit, bersinar, kemudian membentuk kata al-masyriq (timur, sinar yang masuk di celah-celah lubang), al-musytasyriq (orientalis). 

Lalu, kata gharaba-yaghrubu berarti pergi menjauh, terbenam, asing, beracun, lalu membentuk kata al-maghrib (barat, tempat/waktu terbenam matahari), al-musytaghrib (oksidentalis).

Dalam kitab-kitab tafsir klasik, kata al-masyriq dan al-maghrib lebih banyak diartikan dengan kata timur dan barat dalam arti geografis, yakni timur dan barat tempat, waktu terbit, serta tenggelamnya matahari, seperti dijelaskan dalam QS Al-baqarah [2]: 115, "Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya), lagi Maha Mengetahui.''

Kata al-masyriq dan al-maghrib dihubungkan dengan tempat yang menjadi kiblat shalat umat Islam di Madinah, yang tadinya menghadap ke barat, yaitu ke Baitul Maqdis, dan ke timur, yaitu ke Ka'bah, Kota Suci Makkah. Demikian pula ulama-ulama tafsir mu'tabarah lainnya di kalangan Sunni. Dalam pandangan ulama tasawuf, timur dan barat lebih banyak menekankan makna kosmologis dan hermeneutiknya.

Kata al-masyriq (timur) dihubungkan dengan sebuah dunia yang lebih menekankan arti penting nilai-nilai spiritual-psikologis, sedangkan kata al-maghrib (barat) dikaitkan dengan sebuah dunia yang lebih menekankan aspek filsafat dan logika.