Menunaikan ibadah haji memiliki nilai spiritualitas tersendiri bagi umat Islam. Ustaz kondang Zacky Mirza bahkan mengalami beberapa tahap tingkat nilai spiritualitas dalam berhaji.
Dia sudah berhaji sebanyak lima kali dalam hidupnya. Dan, setiap momen ibadah hajinya itu selalu memiliki makna tersendiri baginya. Ustaz kelahiran 8 November 1979 ini mengaku mendapatkan puncak spiritualitas haji pada hajinya yang terakhir, yaitu pada 2014.
Dia pertama kali menunaikan ibadah haji pada tahun 1998. Pada saat itu dia yang baru lulus dari pesantren diajak orang tuanya unuk pergi berhaji. Karena, pada waktu itu orang tuanya membawa 10 jamaah, sehingga dia diajak untuk membantu melayani para jamaah orang tuanya tersebut.
“Karena saya lulusan pesantren, ya ngerti bahasa Arab, disuruh nawar-nawarin kalau jamaah Papa ingin belanja. Apalagi, rombongannya banyak nenek-nenek yang masih kerabat. Jadi, saya bantu mereka,” ungkapnya, Kamis (10/9).
Dia mengaku, pengalaman haji pertamanya itu belum begitu menumbuhkan nilai spiritualitas yang tinggi baginya. Karena, pada saat itu masih terlalu muda baginya untuk memahami setiap prosesi dan doa-doa dalam manasik haji. Dia bahkan baru memahami doa-doanya saat berhaji. Itu adalah kali pertama dia pergi ke luar negeri.
Kemudian, haji keduanya dia lakukan ketika sedang berkuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Dia berangkat dari Mesir naik kapal laut selama tiga hari dua malam. Pada saat itu selain berhaji dia juga berniat untuk berdagang. Dia bahkan mendapatkan ongkos berangkat haji dari hasil meminjam temannya.
Sambil membawa barang dagangan, seperti Alquran dan barang-barang kebutuhan haji lainnya, dia berangkat dengan visa umrah yang seharusnya dilarang untuk berdagang. Namun, karena dia mahasiswa yang di Tanah Suci juga banyak maka dia tidak ketahuan kalau visanya hanya umrah.
Di sana, selain berdagang, dia juga bekerja melayani jamaah haji, misalnya, mendorong kursi roda. Selain itu, dia juga bekerja di katering jamaah haji sebagai tukang cuci piring dan juga ikut menyiapkan sajian makanan bagi jamaah haji. Semua itu dia lakukan demi bisa mengembalikan uang yang telah dipinjamnya dari temannya itu. Selain itu, sisa pendapatannya juga ia gunakan untuk membayar apartemen dan membeli buku.
Secara spiritual, dia mengaku, sudah mulai meningkat. Dia sudah memahami esensi setiap doa yang dipanjatkan dalam prosesi haji. Namun, karena fokusnya terpecah dengan berdagang dan bekerja, tetap saja nilai spiritualitas yang ia dapatkan belum maksimal.
Pada 2003 dia kembali berangkat ke Tanah Suci. Pada saat itu dia yang sudah lulus kuliah mendaftarkan diri untuk bekerja di Saudi Arabia Airlines. Takdir membuat dia akhirnya benar-benar menjadi salah satu karyawan maskapai penerbangan Arab Saudi tersebut. Atas profesi itu pula dia kembali mendapatkan kesempatan untuk menunaikan ibadah haji.
“Nah, pas momen ini saya merasa ibadahnya lebih khusyuk lagi. Meskipun masih sama seperti tahun sebelumnya yang juga sambil menjalankan tugas, semua fasilitas sudah memadai, sehingga memudahkan saya untuk menunaikan ibadah haji,” tuturnya.
Ketika 2007 dia kembali diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk berangkat ke Tanah Suci. Pada saat itu dia berhaji dalam rangka menjadi pembimbing haji reguler.
Dia sudah mulai merasakan sisi spiritualitas dalam menunaikan ibadah haji. Mengingat pemahamannya meningkat dan pengalamannya semakin banyak.
Dia kembali berkesempatan memenuhi panggilan Allah SWT ke Tanah Suci pada 2014. Dia ditunjuk oleh salah satu travel perjalanan haji untuk menjadi pembimbing haji.
Momen hajinya kali ini yang dia sebutkan sebagai momen haji yang paling khusyuk. Pengalaman dan ilmunya sudah lebih banyak. Terlebih, karena saat itu dia mendapatkan fasilitas yang bisa dikatakan cukup mewah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar