Dalam literatur sejarah Islam, kalender Qamariyyah merupakan perhitungan milik bangsa Arab jauh sebelum Islam datang. Mereka jugalah yang menciptakan nama-nama 12 bulan Qamariyyah. meskipun dalam perjalanan panjangnya, kalender tersebut digunakan sebagai sarana kaum muslimin dalam menentukan puasa, miqat haji, hari raya dan hal-hal lain. Hanya saja, sebelum era kepemimpian Khalifah kedua, yaitu Saidina Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, penggunaan kalender Qamariyyah sebagai kalender Islam belum rasmi digunakan. Sejarah mencatat, kalender tersebut secara rasmi digunakan dimulai sejak era kepemimpinan beliau dan awal Muharram dijatuhkan pada kejadian bersejarah, yakni hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Mekkah ke Madinah. Dengan demikian, di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam belum ada penanggalan secara rasmi yang digunakan sebagai kalender Islam, meskipun sebahagian sejarawan menyatakan sudah ada.
Latar belakang diciptakannya kalender Islam oleh Shahabat Umar bin Khaththab radhiyyallahu ‘anhu ada beberapa riwayat. Dan al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari (VII/305) menuturkan tiga riwayat berbeda yang melatar belakangi diresmikannya kalender Islam.
Riwayat Pertama:
وَذَكَرُوا فِي سَبَبِ عَمَلِ عُمَرَ التَّارِيْخَ أَشْيَاءَ مِنْهَا مَا أَخْرَجَهُ أَبُو نُعَيْمٍ الفَضْلُ بنُ دَكِيْنَ فِي تَارِيْخِهِ وَمِنْ طَرِيْقِهِ الحَاكِمِ مِنْ طَرِيْقِ الشَّعْبِيّ أَنَّ أبَا مُوْسَى كَتَبَ إِلىَ عُمَرَ أَنَّهُ يَأْتِيْنَا مِنْكَ كُتُبٌ لَيْسَ لَهَا تَارِيْخٌ
“Ulama menyebutkan beberapa riwayat, dalam sebab Shahabat Umar membuat kalender. Sebahagian darinya adalah riwayat yang dikeluarkan Abu Nu’aim Fadhl bin Dakin dalam Tarikh-nya, dan dari jalur riwayatnya ada al-Hakim, dari asy-Sya’bi, bahwa Abu Musa al-Asy’ari menulis surat kepada Umar: “Sungguh datang beberapa surat Anda kepada saya tanpa ada tanggalnya”.
Riwayat pengiriman surat dari Shahabat Abu Musa al-Asy’ari ketika menjadi gabenor Bashrah Iraq kepada Khalifah Umar bin Khaththab inilah yang paling masyhur.
Riwayat Kedua:
رَوَى أَحْمَدُ وَأَبُو عَرُوْبَةَ فِي الأَوَائِلِ وَالبُخَارِيّ فِي الأَدَبِ والحَاكِمُ مِنْ طَرِيْقِ مَيْمُوْنَ بنِ مِهْرَانَ قَالَ رُفِعَ لِعُمَرَ صَكٌّ مَحِلُّهُ شَعْبَانُ فَقَالَ أَيُّ شَعْبَانٍ الماَضِي أوْ الَّذِي نَحْنُ فِيْهِ أَوِ الآتِي ضَعُوْا لِلنَّاسِ شَيْئًا يَعْرِفُوْنَهُ
“Imam Ahmad, Abu Arubah dalam al-Awail, al-Bukhari dalam al-Adab, dan al-Hakim meriwayatkan dari jalur Maimun bin Mihran (Mahran), ia berkata: “Dilaporkan kepada Umar sebuah yang diberi catatan yang jatuhnya bulan Sya’ban. Kemudian Umar berkata: “Sya’ban yang lalu atau Sya’ban sekarang ini, atau yang akan datang? Buatlah sesuatu untuk masyarakat supaya mengetahuinya”.
Riwayat Ketiga:
رَوَى ابْنُ أَبِي خَيْثَمَةَ مِنْ طَرِيْقِ ابْنِ سِيْرِيْنَ قَالَ قَدِمَ رَجُلٌ مِنَ اليَمَنِ فَقَالَ رَأَيْتُ بِالْيَمَنِ شَيْئًا يَسُمُّوْنَهُ التَّارِيْخِ يَكْتُبُوْنَهُ مِنْ عَامِ كَذَا وَشَهْرِ كَذَا فَقَالَ عُمَرُ هَذَا حَسَنٌ فَأَرِّخُوْا
“Ibnu Abi Khaitsamah dari jalur Ibni Sirin, ia berkata: “Seorang laki-laki datang dari Yaman, ia berkata: “Aku di Yaman melihat sesuatu yang mereka sebut tarikh, mereka menulisnya dari tahun ini, dan bulan ini”. Kemudian Umar berkata: “Ini bagus, buatlah kalender!”.
Kemudian menurut cerita yang masyhur, Umar bin Khaththab mengumpulkan shahabat Nabi untuk membahas permulaan tahun Qamariyyah.
Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari (VII/305) menulis:
فَجَمَعَ عُمَرُ النَّاسَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اَرِّخْ بِالمَبْعَثِ وَبَعْضُهُمْ اَرِّخْ بِالِهجْرَةِ فَقَالَ عُمَرُ الهِجْرَةُ فَرَّقَتْ بَيْنَ الحَقِّ وَالبَاطِلِ فَأَرِّخُوْا بِهَا وَذَلِكَ سَنَةُ سَبْعَ عَشَرَةَ
“Maka kemudian Umar mengumpulkan para shahabat, maka sebahagian dari mereka mengusulkan: “Buatlah kalender dengan mulai dari Rasulullah diangkat menjadi Nabi!”. Yang lain mengusulkan: “Buatlah kalender mulai hijrah!”. Maka Umar berkata: “Hijrah memisahkan antara yang haq dan yang batil, maka buatlah tanggal dengan hijrah”. Dan itu terjadi di tahun 17 hijriyyah”.
Dan setelah disepakati kapan mulai kalender, yaitu peristiwa hijrah, maka shahabat kembali bermusyawarah, bulan apa yang pertama kali dibuat permulaan tahun. Dalam hal ini, al-Hafizh Ibnu Hajar kembali menulis:
فَلَمَّا اتَّفَقُوا قَالَ بَعْضُهُمْ ابْدَءُوا بِرَمَضَانَ فَقَالَ عُمَرُ بَلْ بِالُمَحَرَّمِ فَإِنَّهُ مُنْصَرِفُ النَّاسِ مِنْ حَجِّهِمْ فَاتَّفَقُوا عَلَيْهِ
“Maka tatkala mereka bersepakat, maka sebahagian dari mereka mengusulkan: “Mulailah dengan bulan Ramadhan!”. Kemudian Umar berkata: “Bukan, seharusnya bulan Muharram, karena itu adalah bulan dimana para jama’ah haji pulang dari hajinya”. Kemudian mereka bersepakat”.
Al-Hafizh Abdurrauf al-Munawi dalam Faidh al-Qadir (I/134) menukil ucapan al-Hafizh Ibnul Jauzi yang menceritakan tentang sejarah kalender. Ia berkata: “Tatkala populasi keturunan Nabi Adam sudah mulai banyak, mereka membuat kalender di permulai dari turunnya Nabi Adam ke bumi, dan kalender tersebut berlaku sampai bencana banjir besar (zaman Nabi Nuh), kemudian sampai zaman Nabi Ibrahim al-Khalil dibakar api, kemudian sampai zaman Nabi Yusuf, kemudian sampai zaman Nabi Musa saat beliau keluar dari Mesir yang membebaskan (perbudakan) kaum Bani Israil, kemudian sampai zaman Nabi Dawud, kemudian sampai Nabi Sulaiman, kemudian sampai Nabi Isa. Sebahagian pendapat mengatakan bahwa orang Yahudi sudah membuat kalender mulai dari runtuhnya Baitul Maqdis, dan orang Nashrani membuat kalender mulai dari saat Nabi Isa diangkat ke langit. Adapun kalender Islam, maka sesuai riwayat al-Hakim dalam al-Iklil dari az-Zuhri dengan status mu’dhal, bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi Terpilih ketika datang ke Madinah menitahkan untuk membuat kalender, maka ditulislah bahawa kejadian tersebut terjadi di bulan Rabi’uil Awal. Imam al-Hakim dan ahli hadits lain juga meriwayatkan bahwa di era kekhalifahan Umar bin Khaththab, beliau mengadakan sidang dengan mengumpulkan beberapa shahabat di tahun ke-17 Hijriyyah. ketika itu sebahagian hadirin mempunyai usul: “Sebaiknya kalender di mulai dari saat Rasulullah diangkat menjadi Nabi”. Dan yang lain berpendapat: “Mulai dari hijrah Rasulullah”. Kemudian Umar bin Khaththab berkata: “Hijrah adalah momentum yang memisahkan antara haq dan bathil”, maka akhirnya mereka menetapkan penanggalan dari hijrah dan semua hadirin sepakat”.
Mereka tidak memulai penanggalan dari saat Rasulullah diangkat menjadi Nabi, lantaran penentuan waktunya yang masih diperselisihkan, dan tidak dari saat wafatnya Rasulullah, lantaran yang demikian itu bisa mengingatkan kembali kesedihan berpisah dengan beliau, dan juga tidak dimulai saat Rasulullah datang ke Madinah”
Dan alasan kenapa Muharram menjadi awal tahun Hijriyyah (Qamariyyah) adalah sebagaimana disebutkan al-Munawi dalam Faidh al-Qadir (I/134):
وَإِنَّمَا جَعَلُوْهُ مِنْ أَوَّلِ المحَرَّمِ لِأَنَّ ابْتِدَاءَ العَزْمِ عَلَى الِهجْرَةِ كَانَ فِيْهِ إذْ البَيْعَةُ كَانَتْ فِي ذِيْ الحِجَّةِ وَهِيَ مُقَدِّمَةٌ لَهَا وَأَوَّلُ هِلاَلٍ هَلَّ بَعْدَهَا المحَرَّمُ وِلِأَنَّهُ مُنْصَرِفُ النَّاسِ مِنْ حَجِّهِمْ فَنَاسَبَ جَعْلُهُ مُبْتَدَأً
“Mereka mengawali dengan bulan Muharram lantaran di bulan tersebut tekad hijrah diawali, karena baiat (aqabah) terjadi di (pertengahan) bulan Dzul Hijjah dan peristiwanya terjadi lebih dahulu daripada hijrah. Dan juga bulan yang muncul setelah Dzul Hijjah adalah Muharram. Alasannya juga karena Muharram adalah ketikanya para jamaah haji pulang dari ibadah hajinya, maka pantas jikalau penanggalan dimulai dari bulan tersebut”.
Dan kita tahu bahawa ketika hijrah Rasulullah sampai di Madinah pada tarikh 12 Rabi’ul Awal atau bertepatan dengan 24 September 622 M. sehingga permulaan kalender dijatuhkan pada bulan Muharram adalah dimundurkan dua bulan.
Cerita diatas memantapkan bahwa ditetapkannya kalender Islam adalah hasil persetujuan musyawarah Sayyidina Umar bin Khaththab dengan beberapa shahabat. Namun bukan berarti beliau adalah orang yang membuat-buat nama bulan hijriyyah. Karena sebagaimana penjelasan diatas bahwa nama-nama bulan Qamariyyah sudah ada di zaman sebelum Islam.
Dalam al-Qur’an disebutkan jumlah bulan Qamariyyah, dan dalam hadits Rasulullah disebutkan secara jelas nama-nama bulan Qamariyyah tersebut yang berjumlah 12.
Allah berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram”. (QS. At-Taubah: 36).
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan:
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Dari Nabi shallallahu ‘alai wasallam bersabda: “Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun adalah dua belas bulan yang diantaranya adalah empat bulan mulia; yang tiga berturut-turut; Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan Muharram, dan Rajab-nya Kabilah Mudhar adalah antara Jumada dan Sya’ban” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits diatas mengantarkan kepada satu faham bahawa nama-nama hari telah dicetuskan dalam Islam dan Allah telah menetapkan urutannya.
Kesimpulannya, kalender Qamariyyah yang menggunakan peredaran bulan telah digunakan oleh Arab jahiliyyah dan era Rasulullah. Hanya saja penggunaan rasmi kalender hijriyyah yang berdasar bulan Qamariyyah yang dipermulai dari Muharram rasmi dimulai di zaman Sayyidina Umar bin Khaththab.
Ustaz Nur Hidayat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar