Tulisan Berjalan

SUKSES KOMUNITAS MAJU JOS, AKHIRNYA BIMBINGAN DIGITAL MARKETING SECARA GRATIS TANPA BATAS TELAH MEMBERI MANFAAT BESAR

Selasa, 31 Juli 2012

20 Mukjizat Puasa terhadap Kesehatan Manusia


Hikmah » 
Berbagai penelitian telah mengungkap adanya mukjizat puasa ditinjau dari perpekstif medis modern. Dalam penelitian ilmiah, tidak ditemukan efek merugikan dari puasa Ramadhan pada jantung, paru, hati, ginjal, mata, profil endokrin, hematologi dan fungsi neuropsikiatri.
Penelitian meta analisis atau penelitian terhadap berbagai Abstrak Terkait ini diperoleh dari Medline dan jurnal lokal di negara-negara Islam 1960-2009. Seratus tiga belas artikel yang memenuhi kriteria untuk pemilihan kertas dikaji secara mendalam untuk mengidentifikasi rincian bahan terkait.
Hasilnya, terdapat manfaat luar biasa dan tidak disangka sebelumnya oleh para ilmuwan tentang adanya mukjizat puasa Ramadhan bagi kesehatan manusia. Meskipun puasa Ramadhan aman untuk semua orang sehat dan beberapa kondisi sakit tertentu, namun dalam keadaan penyakit tertentu seseorang harus berkonsultasi dengan dokter dan mengikuti rekomendasi ilmiah.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling dinanti oleh umat muslim. Saat itu, dianggap sebagai bulan yang penuh berkah dan rahmah. Semua umat muslim yang sehat dan sudah akil balik diwajibkan untuk berpuasa sebulan penuh. Meskipun untuk sebagian orang ibadah puasa cukup berat, tetapi terdapat keistimewaan untuk mendapatkan hikmah dari Allah berupa kebahagian, pahala berlipat, dan bahkan suatu muhjizat dalam kesehatan.
Allah berjanji akan memberikan berkah kepada orang yang berpuasa. Seperti ditegaskan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu’aim: "Berpuasalah maka kamu akan sehat." Dengan berpuasa, akan diperoleh manfaat secara biopsikososial berupa sehat jasmani, rohani dan sosial. Rahasia kesehatan yang dijanjikan dalam berpuasa inilah yang menjadi daya tarik ilmuwan untuk meneliti berbagai aspek kesehatan puasa secara psikobiologis, imunopatofisilogis dan biomolekular.
Para pakar nutrisi dunia mendefinisikan puasa atau kelaparan (starvasi) sebagai pantangan mengkonsumsi nutrisi baik secara total atau sebagian dalam jangka panjang atau jangka pendek. Sedangkan konsep puasa dalam Islam secara substansial adalah menahan diri tidak makan, minum dan berhubungan suami istri mulai terbit fajar hingga terbenam matahari dengan disertai niat. Sehingga puasa memiliki perbedaan dibandingkan starvasi biasa.
Inilah 20 Mukizat Puasa Terhadap Kesehatan Manusia
1. Keseimbangan anabolisme dan katabolisme
Berbeda dengan kelaparan atau starvasi dalam berbagai bentuk dapat mengganggu kesehatan tubuh. Namun sebaliknya, dalam puasa ramadhan terjadi keseimbangan anabolisme dan katabolisme yang berakibat asam amino dan berbagai zat lainnya membantu peremajaan sel dan komponennya memproduksi glukosa darah dan mensuplai asam amino dalam darah sepanjang hari. Cadangan protein yang cukup dalam hati karena asupan nutrisi saat buka dan sahur akan tetap dapat menciptakan kondisi tubuh untuk terus memproduksi protein esensial lainnya seperti albumin, globulin dan fibrinogen. Hal ini tidak terjadi pada starvasi jangka panjang, karena terjadi penumpukan lemak dalam jumlah besar, sehingga beresiko terjadi sirosis hati. Sedangkan saat puasa di bulan ramadhan, fungsi hati masih aktif dan baik.
2. Tidak akan mengakibatkan pengasaman dalam darah.
Kemudian juga berbeda dengan starvasi, dalam puasa Islam penelitian menunjukkan asam amino teroksidasi dengan pelan dan zat keton tidak meningkat dalam darah sehingga tidak akan mengakibatkan pengasaman dalam darah.
3. Tidak berpengaruh pada sel darah manusia
Dalam penelitian, saat puasa tidak berpengaruh pada sel darah manusia & tidak terdapat perbedaan jumlah retikulosit, volume sel darah merah serta rata-rata konsentrasi hemoglobin (MCH, MCHC) dibandingkan dengan orang yang tidak berpuasa.
4. Puasa pada penderita diabetes tipe 2 tidak berpengaruh
Puasa ramadhan pada penderita diabetes tipe 2 tidak berpengaruh dan tidak terdapat perbedaan protein gula, protein glikosilat dan hemoglobin glikosilat. Namun pada penderita diabetes tipe tertentu sebaiknya harus berkonsultasi dengan dokter bila hendak berpuasa. Diantaranya adalah penderita diabetes dengan keton meningkat, sedang hamil, usia anak atau komplikasi lain seperti gagal ginjal dan jantung.
5. Pengaruh pada Ibu hamil dan menyusui
Terdapat sebuah penelitian puasa pada ibu hamil, ibu menyusui, dan kelompok tidak hamil dan tidak menyusui di perkampungan Afika Barat. Ternyata dalam penelitian tersebut disimpulkan tidak terdapat perbedaan kadar glukosa serum, asam lemak bebas, trigliserol, keton, beta hidroksi butirat, alanin, insulin, glucagon dan hormon tiroksin.
6. Pengaruh pada janin saat ibu hami berpuasa
Penelitian di Departemen Obstetri dan Ginekologi dari Gaziantep University Hospital, terhadap 36 wanita sehat dengan kehamilan tanpa komplikasi berturut-turut dari 20 minggu atau lebih, yang berpuasa selama bulan Ramadhan untuk mengevaluasi efek Ramadan pada janin, pengukuran Doppler ultrasonografi dalam peningkatan diameter biparietal janin (BPD), peningkatan panjang tulang paha janin (FL), meningkatkan berat badan diperkirakan janin (EFBW), profil biofisik janin (BPP), indeks cairan amnion (AFI), dan rasio arteri umbilikalis sistol / diastol (S / D) rasio.
Kortisol serum ibu, trigliserida, kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), very Low density lipoprotein (VLDL), dan LDL / HDL rasio juga dievaluasi sebelum dan sesudah Ramadhan. Hasil penelitian menunjukkan, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara kedua kelompok untuk usia janin, berat badan ibu, perperkiraan kenaikan berat badan janin (EFWG), BPP janin, AFI, dan rasio arteri umbilikalis S / D.
7. Penurunan glukosa dan berat badan
Studi kohort dilakukan pada 81 mahasiswa Universitas Teheran of Medical Sciences saat berpuasa. Dilakukan evaluasi berat badan, indeks massa tubuh (BMI), glukosa, trigliserida (TG), kolesterol, lipoprotein densitas rendah (LDL), high density lipoprotein (HDL), dan Very Low density lipoprotein (VLDL), sebelum dan sesudah Ramadhan. Studi ini menunjukkan bahwa puasa Ramadhan menyebabkan penurunan glukosa dan berat badan. Meskipun ada penurunan yang signifikan dalam frekuensi makan, peningkatan yang signifikan dalam LDL dan penurunan HDL tercatat pada bulan Ramadhan. Tampaknya efek puasa Ramadhan pada tingkat lipid dalam darah mungkin berkaitan erat dengan pola makan gizi atau respon kelaparan biokimia.
8. Pengaruh pada fungsi kelenjar gondok
Ketika berpuasa ternyata juga terbukti tidak berpengaruh pada fungsi kelenjar gondok manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar plasma tiroksin (TS),tiroksin bebas, tironin triyodium dan hormon perangsang gondok (TSH) pada penderita laki-laki yang berpuasa.
9. Pengaruh pada hormon virgisteron
Sedangkan pada penelitian hormon wanita tidak terjadi gangguan pada hormon virgisteron saat melaksanakan puasa. Tetapi, 80% populasi penelitian menunjukkan penurunan hormon prolaktin. Penelitian ini menunjukkan harapan baru bagi penderita infertilitas atau kemandulan wanita yang disebabkan peningkatan hormon prolaktin. Sehingga saat puasa, wanita tetap berpeluang besar untuk tetap pada kondisi subur.
10. Bermanfaat Bagi Jantung
Beberapa penelitian menyebutkan sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang mencolok saat berpuasa dibandingkan saat tidak berpuasa. Puasa Ramadhan tidak mempengaruhi secara drastis metabolisme lemak, karbohidrat dan protein. Meskipun terjadi peningkatan serum uria dan asam urat sering terjadi saat terjadi dehidrasi ringan saat puasa. Saat berpuasa ternyata terjadi peningkatan HDL dan apoprotein alfa1. Penurunan LDL sendiri ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Beberapa penelitian "chronobiological" menunjukkan saat puasa Ramadhan berpengaruh terhadap ritme penurunan distribusi sirkadian dari suhu tubuh, hormon kortisol, melatonin dan glisemia. Berbagai perubahan yang meskipun ringan tersebut tampaknya juga berperan bagi peningkatan kesehatan manusia.
11. Memperbaiki dan merestorasi fungsi dan kinerja sel
Saat puasa terjadi perubahan dan konversi yang masif dalam asam amino yang terakumulasi dari makanan, sebelum didistribusikan dalam tubuh terjadi format ulang. Sehingga, memberikan kesempatan tunas baru sel untuk memperbaiki dan merestorasi fungsi dan kinerjanya. Pola makan saat puasa dapat mensuplai asam lemak dan asam amino penting saat makan sahur dan berbuka. Sehingga terbentuk tunas-tunas protein , lemak, fosfat, kolesterol dan lainnya untuk membangun sel baru dan membersihkan sel lemak yang menggumpal di dalam hati. Jumlah sel yang mati dalam tubuh mencapai 125 juta perdetik, namun yang lahir dan meremaja lebih banyak lagi.
12. Sangat efektif meningkatkan konsentrasi urin dalam ginjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin.
Penghentian konsumsi air selama puasa sangat efektif meningkatkan konsentrasi urin dalam ginjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin hingga mencapai 1000 sampai 12.000 ml osmosis/kg air. Dalam keadaan tertentu hal ini akan memberi perlindungan terhadap fungsi ginjal. Kekurangan air dalam puasa ternyata dapat meminimalkan volume air dalam darah. Kondisi ini berakibat memacu kinerja mekanisme lokal pengatur pembuluh darah dan menambah prostaglandin yang pada akhirnya memacu fungsi dan kerja sel darah merah.
13. Dalam keadaan puasa ternyata dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Penelitian menunjukkan saat puasa terjadi peningkatan limfosit hingga sepuluh kali lipat. Kendati keseluruhan sel darah putih tidak berubah ternyata sel T mengalami kenaikkan pesat. Pada penelitian terbaru menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar apo-betta, menaikkan kadar apo-alfa1 dibandingkan sebelum puasa. Kondisi tersebut dapat menjauhkan serangan penyakit jantung dan pembuluh darah.
14. Penurunan berbagai hormon salah satu rahasia hidup jangka panjang
Penelitian endokrinologi menunjukkan bahwa pola makan saat puasa yang bersifat rotatif menjadi beban dalam asimilasi makanan di dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penurunan pengeluaran hormon sistem pencernaan dan insulin dalam jumlah besar. Penurunan berbagai hormon tersebut merupakan salah satu rahasia hidup jangka panjang.
15. Bermanfaat dalam pembentukan sperma
Manfaat lain ditunjukan dalam penelitian pada kesuburan laki-laki. Dalam penelitian tersebut dilakukan penelitian pada hormon testoteron, prolaktin, lemotin, dan hormon stimulating folikel (FSH), Ternyata hasil akhir kesimpulan penelitian tersebut puasa bermanfaat dalam pembentukan sperma melalui perubahan hormon hipotalamus-pituatari testicular dan pengaruh kedua testis.
16. Bermanfaat untuk penderita radang persendian (encok) atau rematoid arthritis
Manfaat lain yang perlu penelitian lebih jauh adalah pengaruh puasa pada membaiknya penderita radang persendian (encok) atau rematoid arthritis. Parameter yang diteliti adalah fungsi sel penetral (netrofil) dan progresifitas klinis penderita. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat korelasi antara membaiknya radang sendi dan peningkatan kemampuan sel penetral dalam membasmi bakteri.
17. Memperbaiki hormon testoteron dan performa seksual
Dalam sebuah jurnal endokrin dan metabolisme dilaporkan penelitian puasa dikaitkan dengan hormon dan kemampuan seksual laki-laki. Penelitian tersebut mengamati kadar hormon kejantanan (testoteron), perangsang kantung (FSH) dan lemotin (LH). Terjadi perubahan kadar berbagai hormon tersebut dalam tiap minggu. Dalam tahap awal didapatkan penurunan hormon testoteron yang berakibat penurunan nafsu seksual tetapi tidak menganggu jaringan kesuburan. Namun hanya bersifat sementara karena beberapa hari setelah puasa hormon testoteron dan performa seksual meningkat pesat melebihi sebelumnya
18. Memperbaiki kondisi mental secara bermakna
Seorang peneliti diMoskow melakukan penelitian pada seribu penderita kelainan mental termasuk skizofrenia. Ternyata dengan puasa sekitar 65% terdapat perbaikan kondisi mental yang bermakna. Berbagai penelitian lainnya menunjukkan ternyata puasa Ramadhan juga mengurangi risiko kompilkasi kegemukan, melindungi tubuh dari batu ginjal, meredam gejolak seksual kalangan muda dan penyakit lainnya yang masih banyak lagi.
19. Peningkatan komunikasi psikososial baik dengan Allah dan sesama manusia
Manfaat puasa bagi kehidupan psikososial memegang peranan penting dalam kesehatan manusia. Dalam bulan puasa terjadi peningkatan komunikasi psikososial baik dengan Allah dan sesama manusia. Hubungan psikologis berupa komunikasi dengan Allah akan meningkat pesat, karena puasa adalah bulan penuh berkah. Setiap doa dan ibadah akan berpahala berlipat kali dibandingkan biasanya. Bertambahnya kualitas dan kuantitas ibadah di bulan puasa akan juga meningkatkan komunikasi sosial dengan sesama manusia baik keluarga, saudara dan tetangga akan lebih sering. Berbagai peningkatan ibadah secara langsung akan meningkatkan hubungan dengan Pencipta dan sesamanya ini akan membuat jiwa lebih aman, teduh, senang, gembira, puas serta bahagia.
20. Menurunkan adrenalin
Keadaan psikologis yang tenang, teduh dan tidak dipenuhi rasa amarah saat puasa ternyata dapat menurunkan adrenalin. Saat marah terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial dan menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.
Berbagai kajian ilmiah melalui penelitian medis telah menunjukkan bahwa ternyata puasa sebulan penuh saat bulan ramadhan bermanfaat sangat luar biasa bagi tubuh manusia. Sebaliknya banyak penelitian menunjukkan bahwa puasa berbeda dengan starvasi biasa, secara umum tidak akan mengganggu tubuh manusia. Dalam mencermati temuan ilmiah tersebut akan lebih diyakini bahwa berkah kesehatan yang dijanjikan dalam berpuasa ternyata bukan sekedar teori dan opini. Manfaat puasa bagi kesehatan sebagian telah terbukti secara ilmiah. Wajar saja, bahwa puasa adalah saat yang paling dinantikan oleh kaum muslim karena memang terbukti secara ilmiah menjanjikan berkah dan mukjizat dalam kesehatan manusia.

Ramadhan Bulan Al-Qur'an


Hikmah » 
Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Oleh sebab itu, perbanyaklah membaca Al-Qur’an itu, baik di luar shalat maupun di dalam shalat. Khususnya ketika kita melaksanakan shalat tarawih pada bulan Ramadhan, perbanyaklah ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca di dalam shalat tersebut. Semakin banyak jumlah ayat Al-Qur’an yang dibaca dalam shalat tarawih, semakin baik. Meskipun membaca surat selain Al-Fatihah di dalam shalat, adalah suatu perbuatan yang bersifat anjuran atau sunnah, namun bagi setiap orang yang membaca Al-Qur’an dalam shalat tarawih, akan mendapatkan balasan pahala yang besar. Sebab satu amalan sunnah pada bulan Ramadhan, bernilai seperti satu amalan wajib di luar Ramadhan. 
Membaca Al-Qur’an di luar shalat saja pahalanya besar, apalagi di dalam shalat, dan apalagi pada bulan Ramadhan. "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan dari satu kebaikan itu berlipat menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan AlifLam Mim sebagai satu huruf, tetapi Alif satu huruf, La m satu huruf dan Mim satu huruf (H R. Tirmidzi, Al-Hakim, Baihaqi).
Apabila Rasulullah Saw melaksanakan qiyam Ramadhan atau shalat tarawih, beliau memperpanjang bacaan Al-Qur’an, lebih panjang daripada shalat-shalat yang lain. Beliau pernah shalat malam pada bulan Ramadhan, di dalam shalat itu beliau membaca surat Al- Baqarah, An-Nisa dan Ali-lmran. Setiap kali beliau berjumpa ayat tentang ancaman, beliau berhenti sejenak untuk memohon perlindungan. (HR. Muslim, dari Hudzaifah bin al-Yaman).
Umar bin Khattab ra memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim ad-Dari untuk mengimami shalat pada bulan Ramadhan. Mereka membaca sebanyak 200 ayat dalam satu rakaat, sehingga para sahabat bersandar (berpegangan) pada tongkat mereka, karena lama berdiri. Shalat baru selesai menjelang fajar. Disebutkan dalam satu riwayat, bahwa ada pula yang memasang tali di antara tiang-tiang masjid, kemudian mereka berpegangan pada tali tersebut.
Pernah Umar bin Khattab mengumpulkan tiga orang penghafal Al-Qur’an, untuk menjadi imam shalat tarawih.
Yang paling cepat bacaannya, beliau perintahkan untuk membaca 30 ayat pada setiap rakaat shalat tarawih. Yang bacaannya sedang, diperintahkan membaca 25 ayat pada setiap rakaat. Sedangkan yang paling lambat bacaannya, diperintahkan membaca 20 ayat setiap rakaat.
Pada masa tabi’iri (masa setelah sahabat Nabi), biasanya kalau mereka melaksanakan shalat tarawih, mereka menghabiskan bacaan surat Al-Baqarah seluruhnya, dalam 8 rakaat shalat. Jika ada imam yang membaca seluruh surat Al-Baqarah dalam 12 rakaat, mereka beranggapan bahwa imam telah memperpendek bacaan shalatnya.
Memang, sesungguhnya jumlah ayat Al-Qur’an yang dibaca dalam shalat tarawih tidaklah harus seperti yang digambarkan di atas. Sebab kemampuan setiap orang berbeda-beda. Akan tetapi, sangatlah bagus dilakukan jika mampu melakukan seperti itu. Gambaran di atas menunjukkan bahwa betapa agungnya membaca Al- Qur’an itu pada bulan Ramadhan, apakah ketika shalat, terutama pada qiyom Ramadhan (shalat tarawih), maupun di luar shalat.
Demikian pula dengan membaca Al-Qur’an di luar shalat pada bulan Ramadhan. Di antara ulama masa lalu, ada yang mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an setiap dua hari dalam bulan Ramadhan. Elerarti selama sebulan
Ramadhan beliau mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an sebanyak 15 kali. Ada ulama, seperti An-Nakha’i, yang mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an setiap tiga hari. Ada yang mengkhatamkan Al-Qur’an setiap 3 hari, tapi pada 10 hari terakhir Ramadhan, ia khatam setiap hari.
Menurut sebuah riwayat, bahwa Imam Syafi’i mengkhatamkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan, di luar shalat, sebanyak 60 kali. Demikian juga yang dilakukan oleh Imam Abu Hanifah. Subhaanallah. Apabila telah datang bulan Ramadhan, maka Imam Malik menghentikan sementara kegiatan membaca hadits-hadits dan belajar kepada para ulama, lalu berkonsentrasi untuk membaca Al-Qur’an.
Demikianlah perhatian yang sangat besar diberikan oleh orang-orang shaleh, oleh para ulama terhadap Al-Qur’an pada bulan Ramadhan. Begitu pula kaum Muslimin pada umumnya, meskipun jumlah mereka mengkhatamkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan, masih jauh di bawah para ulama tersebut.

Seorang Pemimpin Yang Arif


Hikmah »
Oleh adminabaSabtu, 28 Juli 2012




Seorang pemimpin yang arif sedang berkeliling mengitari wilayah kepemimpinannya. Tiba-tiba, seorang penduduk menghampirinya dengan terburu-buru dan mengadu kepadanya.
"Wahai pemimpinku, aku telah dizalimi," katanya.
"Apa yang telah terjadi?" tanya pemimpin itu.
Lelaki tua itu lalu berkata, "Seseorang telah meram¬pas milikku. Orang itu sangat kuat sehingga aku sangat takut untuk mengambil kembali milikku. Aku ingin kau membantuku mengambilkannya," ujarnya meminta tolong.
Pemimpin yang arif itu lalu mengikuti langkah si lelaki tua dan menghampiri orang yang ditunjuk oleh¬nya sebagai orang yang merampas hak. Orang yang ber-badan besar dan berwajah seram itu tahu bahwa sang pemimpin kota yang menghampiri dirinya. Ia tidak be-rani membantah ketika sang pemimpin menyuruhnya mengembalikan milik si lelaki tua. Dia lalu mengemba¬likannya kepada si lelaki tua. Namun, sepeninggal si pe-mimpin, orang itu menampar lelaki tua dengan kasar.
"Rasakan pembalasanku," ujarnya dengan marah.
Lelaki tua mengaduh. "Mengapa kau menamparku?"
"Sebab kau sudah mengadu dan membuatku malu!" teriaknya.
Tamparan serta suara mengaduh itu terdengar oleh sang pemimpin. Bergegas sang pemimpin kembali ke tempat tersebut.
"Apa yang teijadi?" tanya pemimpin sambil memandang lelaki tua.
Lelaki tua itu kembali mengadu, "Orang ini telah menamparku."
"Kalau begitu, balas tamparannya," kata pemimpin arif itu.
Lelaki tua menjawab, ’’Tidak perlu pemimpinku, aku sudah memaafkannya."
Sebenarnya, jauh di lubuk hatinya, dia hanya tidak berani melakukan itu sebab khawatir sepeninggal sang pemimpin dia akan diperlakukan lebih kasar oleh orang muda itu.
"Biarlah, aku sudah memaafkannya," ucapan itu kembali diulangi dengan nada lirih.
Tiba-tiba, sang pemimpin menampar orang muda itu. Plaaaak...! Pemuda itu tersungkur ke tanah. Seba¬gai pemimpin, dia peka bahwa lelaki tua itu tidak ikhlas mengucapkan kata maaf dan dia merasa harus menegak¬kan keadilan.
"Wahai pemimpin yang arif, bagaimana mungkin kau menamparku sedangkan dia sudah memaafkanku?" tanya orang muda itu tidak mengerti. Dia sama sekali tidak menduga akan mendapatkan tamparan dari pe¬mimpinnya yang terkenal arif dan bijaksana.
"Meskipun lelaki tua itu sudah memaafkanmu, tam¬paran ini harus tetap dilakukan sebagai tuntutan hukum. Ini adalah hak seorang pemimpin dalam menegakkan hukum dan keadilan," katanya dengan bijak. 
"Setiap pemimpin berkewajiban untuk menegak-kan keadilan, memberantas kezaliman, dan menerap-kan hukum-hukum syari’at serta yang berkaitan de-ngan hak dan kewajiban rakyat yang dipimpinnya. "

Ibadah Puasa Menemani Di Dalam Kubur



Oleh adminabaMinggu, 29 Juli 2012




Seorang Sufi besar bernama Sufyan Ats-Tsauri mengisahkan sebagai berikut:
"Aku telah tinggal di Makkah dalam kurun waktu yang lama. Ada salah seorang laki-laki dari penduduk Makkah yang setiap harinya selalu datang ke masjid pada tengah hari. Lalu ia thawaf dan melaksanakan shalat dua rakaat. Setelah itu ia memberi salam kepadaku lalu pulang ke rumahnya. Maka tumbuhlah rasa kasih sayangku padanya, dan aku senantiasa mengunjunginya.
Suatu ketika, lelaki itu jatuh sakit, lalu ia memang gilku dan berkata, "Jika aku mati, aku harap engkau me mandikan jenazahku, menyalatkan dan menguburkanku, dan pada malam harinya, janganlah engkau tinggalkan aku sendirian di dalam kubur. Kemudian tuntunlah aku dengan kalimat tauhid, untuk menghadapi pertanyaan Munkar dan Nakir." Akupun menyanggupi untuk mengem¬ban amanah tersebut.
Maka pada saat ia meninggal dunia, semua amanah itu aku laksanakan, dan aku berada di dekat kuburnya semalam untuk mendoakannya. Dan ketika aku berada dalam keadaan antara tidur dan terjaga, tiba- tiba aku mendengar ada suara yang berseru dari atasku, "Wahai Sufyan. Dia tidak membutuhkan penjagaanmu, tuntunanmu dan juga tidak butuh ditemani olehmu. Ada yang telah menemani dan menuntunnya." Lalu aku bertanya, "Apakah yang menjadi sebab dari semua ini?" Suara itu menjawab, "Semua itu disebabkan oleh puasa Ramadhan yang ditunaikannya, dan diteruskan dengan puasa enam hari bulan Syawal."
Lalu, akupun terjaga, tapi aku tidak melihat seorangpun di dekatku. Kemudian aku berwudhu dan shalat, dan aku tidur. Dalam tidurku, aku memimpikan hal yang sama, dan mimpi itu terulang sampai tiga kali. Maka aku menyadari bahwa mimpi itu berasal dari Allah Swt, dan bukan dari setan. Akupun meninggalkan kuburan lelaki tersebut dan berdoa, "Ya Allah, dengan karunia dan Kemuliaan-Mu, berilah aku kemampuan untuk dapat menjalankan ibadah puasa seperti itu." 
(Dikutip dari An- Nawadir, karya, Ahmad Syihabuddin al-Q.alyubi).

Kisah Orang Yang Serakah


Nasehat » 
Oleh adminabaSelasa, 31 Juli 2012




Ada seorang pemuda yang terkenal sangat baik dan terpelajar. Nama pemuda itu adalah Ustman. Ia tidak pernah pelit membagi ilmu. Itu sebabnya, dia sangat dipuji-puji oleh semua orang. Semua orangtua menginginkan anaknya bersahabat dengan Ustman. Walaupun Ustman miskin, perilakunya sangat terpuji.
Ali adalah salah satu pemuda yang ingin bersahabat dengan Ustman. Suatu hari, mereka bertemu setelah Ustman berbicara di atas mimbar.
"Ustman, aku sudah lama ingin berkenalan denganmu. Alhamdulillah, sekarang kita bertemu di sini. Aku sangat kagum kepadamu dan ingin belajar darimu," kata Ali.
"Mari kita sama-sama belajar," jawab Ustman dengan rendah hati.
"Bolehkah aku bersahabat denganmu dan mengikuti¬mu ke mana pun kau pergi?" tanya Ali.
Singkat cerita, Ustman dan Ali bersahabat. Ali selalu mengikuti ke mana pun Ustman pergi. Suatu hari, Ali berkunjung ke rumah Ustman. Selepas shalat Zuhur, saatnya untuk makan siang. Ustman yang tidak tahu Ali akan berkunjung siang itu hanya memiliki sepiring nasi dan sekerat daging. Karena dia sudah menganggap Ali sebagai sahabat maka dia membagi makanannya men¬jadi tiga. Sepertiga untuknya, sepertiga untuk Ali, dan sepertiga lagi disisakan untuk makan malam.
"Makanlah Ali. Aku akan mengambil air dulu di sumur. Aku ddak memiliki air untuk diminum," kata Ust- man seraya beranjak pergi.
Setelah mendapatkan air, Ustman memasaknya dan menyajikan air minum. Dia bertanya kepada Ali, "Apakah kau melihat sepertiga nasi dan daging yang tadi kubagi?" tanya Ustman ketika melihat ketiga piring telah kosong.
Ali menggeleng. "Entahlah. Tadi aku keluar sebentar dan ketika kembali, nasi itu sudah lenyap," jawabnya.
Ustman menarik napas, ’Ya sudahlah, mudah-muda- han ada rezeki untuk nanti malam."
Ustman lalu mengajak Ali menghadiri sebuah majelis taklim, di mana dia menjadi khatibnya. Seturunnya dari mimbar, dia mendapatkan banyak makanan dari penyelenggara. Ustman bersyukur karena dia mendapat rezeki untuk makan nanti malam. Tak lupa, dia berbagi dengan Ali. Ali senang sekali. Malam itu, mereka makan dengan sangat nikmat.
"Sahabatku, aku masih heran dengan nasi tadi siang. Apakah kau tidak tahu siapa yang memakannya?" tanya Ustman.
"Aku tidak tahu." Ali menjawab tak peduli. Ali malah sibuk dengan makanan di tangan dan mulutnya.
Keesokan harinya, Ustman mengajak Ali pergi ke sebuah danau untuk memancing ikan. Dua buah kail sudah disiapkan Ustman.
"Kita akan memancing ikan untuk makan siang nanti."
Kail Ali tidak satu pun menghasilkan ikan, sedangkan kail Ustman telah memperoleh sejumlah ikan yang besar.
Ali menjadi cemburu dengan keberhasilan Ustman.
"Apa rahasianya, Ustman?" tanya Ali.
"Sebelum memasukkan kail, aku membaca bismillah," jawab Ustman tenang.
Ustman lalu berkata lagi, "Wahai Sahabatku, hingga sekarang, aku sungguh heran dengan nasi yang habis tidakjelas rimbanya. Apakah kau benar-benar tidak tahu siapa yang melakukannya?"
Ali menggeleng, "Aku benar-benar tidak tahu wahai Ustman."
"Sahabatku, aku kasihan kepada orang itu. Dia mungkin benar-benar lapar hingga menghabiskan nasi tanpa izin pemiliknya. Sesungguhnya, hal itu hukumnya haram. Jika aku bertemu dengan orang itu, aku akan memberikan ikan-ikan ini untuknya agar apa yang dia makan halal dan mengenyangkan perutnya yang lapar." Mendengar ucapan Ustman, muncullah sikap serakah Ali yang selama ini ditutupinya.
"Ustman sahabatku, maafkan aku. Sebenarnya yang menghabiskan sisa nasi itu adalah aku. Aku sangat lapar saat itu dan nasi yang kauberikan sungguh enak, namun kurang mengenyangkan karena jumlahnya sedikit. Ma¬afkan aku telah membohongimu."
Ustman menatap Ali, lalu berkata, "Kau sungguh me¬miliki sifat serakah dan pembohong. Ambillah semua ikan ini untukmu. Jangan lagi bersahabat denganku," kata Ustman meninggalkan Ali seorang diri. Ali hanya bisa menatap kepergian Ustman dengan penuh penyesalan.

"Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila ia berbicara berdusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat." 
-HR Muslim

Terdapat Tujuh Faktor Kenapa Penyakit Hasad Dengki Menguasai Diri Manusia



Oleh: Ustaz Abu Basyer

Sahabat yang dirahmati Allah,
Hasad dengki adalah satu sifat mazmumah yang  dibenci oleh Allah S.W.T. Sesiapa yang ada sifat ini sebenarnya ia tidak meredai ketentuan Allah S.W.T  yang telah dikurniakan sesuatu kelebihan atau nikmat kepada seseorang dikalangan hamba-hamba-Nya.

Terdapat tiga ciri  sekiranya ada pada diri seseorang ia mempunyai penyakit hasad dengki.

1. Iaitu menginginkan nikmat yang diperolehi oleh orang lain hilang atau berpindah kepadanya.

2. Seseorang yang bersifat dengki tidak ingin melihat orang lain mendapat nikmat atau tidak ingin melihat orang lain menyerupai atau lebih daripadanya dalam sesuatu perkara yang baik. Orang yang bersifat demikian seolah-olah membangkang kepada Allah subhanahu wata‘ala kerana mengurniakan sesuatu nikmat kepada orang lain.

3. Orang yang berperangai seperti itu juga sentiasa dalam keadaan berdukacita dan iri hati kepada orang lain yang akhirnya menimbulkan fitnah dan hasutan yang membawa kepada bencana dan kerosakan.


Di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali ada disimpulkan tujuh faktor  yang menimbulkan perasaan hasad dengki tersebut.

Antara lain :-

1) Perasaan Permusuhan dan Kebencian

2) Merasa Diri Mulia

3) Takabbur

4) Ujub

5) Takut Terlepas Sesuatu Tujuan dan Habuan

6) Ghairah Menjadi Ketua dan Mencari Populariti

7) Busuk Hati.

Huraian faktor-faktor tersebuat adalah seperti berikut.

Pertama : Perasaan Permusuhan dan Kebencian

Ini adalah sebab yang paling banyak menimbulkan kedengkian. Kerana sesiapa yang disakiti oleh seseorang lain atas sebab-sebab tertentu atau menyangkalnya dalam tujuan-tujuan tertentu lantaran alasan-alasan tertentu, hatinya pasti marah lalu membenci orang yang menyakitinya itu, maka tertanamlah bibit dengki dalam dirinya. Dengki mengundang perlakuan yang agresif untuk memuaskan hatinya.

Pendekkata perasaan hasad dengki sentiasa bergandingan dengan perasaan marah dan permusuhan. Semua manusia pada dasarnya memiliki sifat marah, kerana marah adalah salah satu tabiat manusia. maka agama tidak melarang marah, tetapi kita diperintahkan untuk dapat mengendalikan marah dan senantiasa menjadi pema’af.

Fiirman Allah s.w.t  yang bermaksud : “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”
(Surah Al-A’raaf ayat 199)

Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud : ”Orang yang terkuat di kalangan kamu semua ialah orang yang dapat  mengalahkan hawa nafsunya di ketika dia marah dan orang yang tersabar ialah orang yang suka memberikan pengampunan di saat dia  berkuasa memberikan balasan (kejahatan orang yang menyakitinya)”
(Hadis Riwayat Baihaqi)

Kedua : Merasa Diri Mulia

Perasaan ini manifestasinya ialah seseorang itu merasa keberatan kalau ada sesiapa yang dianggapnya mengatasi dirinya. Dia tidak rela kalau ada orang lain melebihinya. Kalau ada orang –orang sepertinya yang mendapat lebih pangkat, kuasa, ilmu dan harta, dia bimbang kalau-kalau orang tersebut akan bersikap sombong terhadapnya. Dia tidak boleh tahan dengan sikap mengatasi yang ditunjukkan oleh saingannya itu. Malah dia tidak boleh menerima apa yang dirasakannya sebagai sikap mengatasinya.

Ketiga : Takabbur

Jelasnya seorang itu mempunyai watak membesarkan diri terhadap orang lain, selalu memperkecilkan dan mempergunakan seseorang untuk kepentingan dirinya. Ia menganggarkan seseorang itu mematuhinya. Apabila orang berkenaan menerima atau memperolehi sesuatu kurnia ia khuatir kalau-kalau orang itu tidak lagi merelakan diri untuk mengikut arahannya. Akhirnya orang yang telah mendapat kurnia tersebut akan enggan mengikutinya, atau boleh jadi ia menganggap orang tersebut akan cuba pula menyainginya.

Allah S.W.T. berfirman (di dalam Hadis Qudsi) : “Kesombongan adalah selendangKu dan kebesaran adalah sarungKu. Maka barang siapa menyamai-Ku salah satu dari keduanya, maka pasti Kulemparkan ia ke dalam Jahannam dan tidak akan Kupedulikan lagi.” 
Apabila kita meneliti maksud hadis ini, ia dengan jelas menyatakan bahawa kesombongan dan kebesaran itu hanya milik Allah s.w.t. semata-mata, tetapi bagaimanakah perasaan ini masih boleh timbul di dalam hati manusia?
Sebenarnya, perasaan sombong atau takabbur boleh berlaku apabila timbulnya suatu pandangan terhadap orang lain dengan pandangan yang kecil dan hina.

Keempat : Ujub (bangga diri)

Terdapat tiga ciri-ciri ujub iaitu :

a. Iaitu merasai atau menyangkakan dirinya lebih sempurna.

b. Orang yang bersifat ‘ujub adalah orang yang timbul di dalam hatinya sangkaan bahawa dia adalah seorang yang lebih sempurna dari segi pelajarannya, amalannya, kekayaannya atau sebagainya dan ia menyangka bahawa orang lain tidak berupaya melakukan sebagaimana yang dia lakukan.

c. Dengan itu, maka timbullah perasaan menghina dan memperkecil-kecilkan orang lain dan lupa bahawa tiap-tiap sesuatu itu ada kelebihannya.

Pernah Allah Subhanahu Wata’ala jelaskan kepada kita perihal umat-umat di zaman silam. Mereka merasa takjub dengan diri mereka sendiri. Hal ini menghalang mereka menurut kebenaran. Hujjah mereka selalunya ialah seperti yang tertera di dalam Al-Quran :-

“Bukankah kamu tak lebih dari manusia(biasa) seperti kami juga?”

Dan ungkapan yang berbunyi: “Dan mereka berkata adakah wajar kami mempercayai manusia yang seperti kami juga?”

Golongan tersebut merasa aneh melihat orang yang berjaya mendapat pangkat kerasulan, menerima wahyu dan martabat yang dekat di sisi Allah Subhanuahu Wata’ala ialah manusia seperti mereka. Sebab itu mereka menaruh rasa dengki kepada Rasul-Rasul tersebut.

Kelima : Takut Terlepas Sesuatu Tujuan dan Habuan

Biasanya perasaan ini wujud dalam kalangan orang yang saling berlumba-lumba merebut sesuatu habuan. Tiap orang akan merasa dengki kepada saingannya apabila saingannya mendapat suatu kelebihan yang boleh membantu dirinya sahaja membolot habuan yang menjadi tujuan mereka tadi.

Keenam : Ghairah Menjadi Ketua dan Mencari Populariti

Umpamanya seseorang yang bercita-cita untuk menjadi manusia pertama yang tidak ada tolok bandingnya dalam salah satu cabang seni. Apabila keghairahan terhadap pujian dan jolokan – bahawa dialah satu-satunya pakar yang tidak ada taranya di zaman itu – telah menguasai dirinya, tiba-tiba dia mendengar ada orang lain yang dapat menandinginya di tempat lain. Hal ini nescaya akan menyusahkan hati perutnya. Ia bercita-cita kalau tandinganya itu mati sahaja atau kemahirannya menurun dan pupus.

Ketujuh : Busuk Hati

Keadaan ini kalau ada pada seseorang maka ia akan bersikap tidak suka sesuatu kebaikan diperolehi oleh hamba Allah yang lain. Apabila disebutkan dihadapannya tentang kesenangan mana-mana hamba Allah, sempit hatinya mendengar perihal tersebut. Akan tetapi apabila dinyatakan pula sebaliknya, umpama tentang kesusahan, kegagalan dan nasib malang menimpa orang lain maka ia merasa gembira dan suka hati.

Sahabat yang dimuliakan,
Marilah sama-sama kita buangkan sifat hasad dengki ini samaada di dalam hati  atau di dalam tindakkan dan amalan kita. Sifat yang keji ini bukan saja mendapat kebencian manusia tetapi yang paling penting sifat ini di benci oleh Allah S.W.T. Hidup di dunia ini adalah sementara dan kehidupan di hari akhirat adalah kehidupan yang kekal abadi maka tinggalkanlah sifat hasad dengki ini kerana sesiapa yang menuruti sifat ini dia sedang mengikut hawa nafsunya dan mengikut bisikan syaiatan dan akan mendapat azab seksaan dihari akhirat nanti.

Diambil dari: http://abubasyer.blogspot.com/2011_01_02_archive.html