Tulisan Berjalan

SUKSES KOMUNITAS MAJU JOS, AKHIRNYA BIMBINGAN DIGITAL MARKETING SECARA GRATIS TANPA BATAS TELAH MEMBERI MANFAAT BESAR

Sabtu, 28 April 2012

JK Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia 2012-2017



Jakarta - Muktamar VI Dewan Masjid Indonesia, Sabtu (28/4/2012) secara aklamasi memilih mantan Wakil Presiden RI HM Jusuf Kalla, sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat DMI masa bakti 2012-2017.
Muktamar yang digelar di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Jumat (27/4/2012) tersebut dibuka Wakil Presiden Boediono. Wapres juga memberikan pengarahan.

Dari 33 pengurus Dewan Pimpinan Wilayah DMI, sebanyak 30 mendukung JK dan 3 mendukung calon lainnya, sehingga secara aklamasi JK terpilih. Syarat untuk dipilih jadi ketua umum DPP minimal harus didukung 11 DPW.

JK bukanlah tokoh asing di kalangan pengurus masjid di seluruh Indonesia. JK sendiri mengurus dua masjid besar di Makassar, yakni Masjid Raya Makassar dan Masjid Jenderal M Jusuf Al Markaz, yang merupakan masjid terbesar dan termegah di kawasan Indonesia bagian timur.

Bukan hanya pengurus, JK adalah ketua panitia pembangunan masjid tersebut. Sementara Masjid Raya Makassar berada di samping rumah orang tua JK, di mana JK pernah lama menjadi bendahara menggantikan ayahnya Hadji Kalla.


Sumber: INILAH.COM

Jumat, 27 April 2012

Bagaimana Cara Mengukur Skala Penyesalan Manusia?



 
menyesal
Seseorang yang memiliki pengharapan lebih pada umumnya lebih sensitif terhadap segala bentuk penyesalan dibandingkan seseorang yang mudah puas, khususnya mereka yang terkenal memiliki penyesalan dalam hal pembelian barang atau layanan jasa. Demikian dinyatakan oleh K. Johnson dalam sebuah penelitian yang bertajuk Feeling Powerless in a World of Greater Choice dan diterbitkan oleh New York Times tahun 2000.
K. Johnson menambahkan, jika Anda seorang yang mudah puas dan Anda memilih barang yang cukup baik untuk memenuhi standar Anda, Anda cenderung tidak begitu peduli jika ada sesuatu yang lebih baik di toko lain. Sungguh berat menjalani hidup dengan menyesali setiap keputusan yang telah Anda buat, karena merasa keputusan tersebut mungkin bukan yang terbaik. Dan jika Anda terus-menerus mengalami penyesalan, hal tersebut akan merampas setidaknya sebagian dari kepuasan atau keputusan baik yang Anda ambil.
American Psychological Association mengadakan penelitian tentang skala penyesalan. Hasilnya sungguh dramatis. Hampir semua orang yang memiliki pengharapan tinggi dalam hidup mereka, juga memiliki nilai tinggi pada uji skala penyesalan. Apa saja faktor penilaian yang dipakai dalam skala penyesalan? Berikut ini beberapa pernyataan yang dijadikan ukuran penyesalan.
1. Sekali saya membuat keputusan, saya tidak akan mengubahnya lagi.
2. Kapan pun saya mengambil suatu pilihan, saya ingin tahu apa yang akan terjadi jika saya memilih keputusan yang berbeda.
3. Jika saya membuat keputusan dan hasilnya baik, saya masih merasa gagal jika saya tahu bahwa keputusan lain mungkin menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
4. Kapan pun saya mengambil sebuah pilihan, saya akan mencari informasi tentang bagaimana jadinya alternatif lain seandainya saya memilihnya.
5. Ketika saya berpikir tentang kehidupan, saya sering menilai kesempatan-kesempatan yang saya lewatkan.
Untuk menilai posisi diri Anda pada skala ini, masukkan sebuah angka antara 1 (mewakili sangat tidak setuju) sampai 7 (mewakili sangat setuju) di samping setiap pernyataan. Kemudian, kurangi angka yang Anda cantumkan di samping pernyataan pertama itu dengan angka 8, dan jumlahkan hasilnya dengan angka berikutnya. Semakin tinggi nilai Anda, semakin rentan sikap Anda terhadap tumbuhnya penyesalan. Selamat mengukur penyesalan diri Anda sendiri!

Kamis, 26 April 2012

Di masa depan, peran CCTV digantikan oleh chip ini




Di masa depan, peran CCTV digantikan oleh chip ini
Ilustrasi (© Geeknizer.com)
KATEGORI
Teknologi
It


Apabila hanya sekedar memetakan tempat atau lokasi suatu daerah saja, tentu bukan menjadi suatu hal baru, karena hal tersebut dapat dilakukan oleh perangkat Global Positioning System (GPS). Namun, untuk memetakan lokasi seseorang di dalam sebuah bangunan tanpa bantuan CCTV adalah suatu hal yang tergolong baru.

Suatu perangkat yang mempunyai cara kerja seperti GPS yang dinamakan IPS atau Indoor Positioning Service Chip ini dapat melacak keberadaan seseorang yang ada di dalam sebuah bangunan. Cara kerja IPS Chip ini adalah dengan melacak semua sinyal wireless atau sensor yang dikeluarkan oleh perangkat elektronik seseorang.

MSN.com mengatakan bahwa hal tersebut sedikit melanggar privasi seseorang, karena dengan diciptakannya chip tersebut, maka setiap orang tidak bisa bergerak leluasa. Namun, bagi sebuah perusahaan atau sebuah swalayan, chip ini sangat berguna untuk mengawasi letak para konsumen mereka.

Menurut Geeknizer.com, chip ini kemungkinan akan dipakai oleh kebanyakan perangkat smartphone di masa mendatang. IPS Chip ini tidak memerlukan bantuan satelit dalam pengoperasiannya, karena semua gelombang elektromagnetik di dalam ruangan dapat ditangkap sempurna oleh perangkat ini. Kecil tapi berkualitas.

Tafsir Surat Al-Zalzalah



27/4/2012 | 05 Jumada al-Thanni 1433 H | Hits: 297
Oleh: Tim Kajian Manhaj Tarbiyah
          Diposkan lagi oleh : H. Syamsuddin, S. Ag dari Merauke


Kirim Print
Dakwatuna.com  Surat ini Madaniyyah dan terdiri dari 8 ayat. Di dalamnya Allah menegaskan bahwa kebaikan, apapun adanya, Allah akan membalas pelakunya. Dan kejahatan, apapun adanya, pelakunya juga akan dibalas. Semua itu terjadi pada hari Kiamat.
بسم الله الرحمن الرحيم
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا﴿١﴾وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا﴿٢﴾وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَا﴿٣﴾يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا﴿٤﴾بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا﴿٥﴾يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ﴿٦﴾فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ﴿٧﴾وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ﴿٨﴾
Artinya:
  1. Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan (yang dahsyat),
  2. Dan bumi Telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
  3. Dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”,
  4. Pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
  5. Karena Sesungguhnya Tuhanmu Telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.
  6. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,
  7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
  8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Makna Mufradat:
Arti
Mufradat
1. Keguncangan yang sangat kuat.
زلزلت
2. Jamak dari Tsiqal yang makna dasarnya perhiasan rumah. Yang dimaksudkan di sini adalah semua yang di alam kubur.
أثقالها
3. Maksudnya, keluar dari kubur mereka.
يصدر الناس
4. Berpisah. Sekelompok di surga dan kelompok lain di Sa’ir.
أشتاتاً
5. Sesuatu yang terlihat melalui cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela.
مثقال ذرة

Ilustrasi (inet)
Syarah:
Apabila Allah hendak menyudahi dunia ini dan memulai Kiamat, Allah memerintahkan bumi dan ia pun terguncang dengan sangat keras, tidak seperti biasanya. Semua yang tersimpan di dalamnya keluar; api, air, tambang, dan sisa-sisa bangkai. Saat itu, orang yang menyaksikannya berkata, “Apa ini?” Maksudnya, apa yang terjadi dengan bumi ini. Ini tidak seperti biasanya dan tidak diketahui sebabnya. Pada saat itu bumi menceritakan, berbicara dengan kejadian itu dan bukan dengan kata-kata. Sebagaimana yang dikatakan Al-Allamah At-Thabari dalam tafsirnya, “Ia melaksanakan perintah. Apa yang terjadi di muka bumi dan tidak biasa terjadi disebabkan karena Tuhanmu menitahkan kepadanya. Perintah-Nya yang sampai kepada bumi. Perintah semacam itu merupakan perintah kejadian. Semua yang terjadi di alam semesta ini akibat dari perintah kejadian yang datang dari Allah. Hanya saja ada peristiwa yang terjadi tanpa sebab lahiriah maka ia dinisbatkan kepada perintah kejadian, sedangkan yang terjadi akibat perkara biasa ia tidak dinisbatkan kepadanya, walaupun sejatinya ia juga bersumber dari Allah.
Pada hari itu manusia dikeluarkan dari perut bumi, mereka berbeda-beda, masing-masing sesuai dengan amal perbuatannya untuk melihat akibat perbuatan mereka. Barangsiapa melakukan perbuatan baik sebesar dzarrah akan dibalas dan barangsiapa melakukan perbuatan buruk sebesar dzarrah pun akan dibalas.
Allah SWT berfirman,
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ﴿٤٧﴾
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) Hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya’: 47).
Surat ini merupakan surat targhib dan tarhib.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/04/20136/tafsir-surat-al-zalzalah/#ixzz1tDmsiXAF

Si Pembawa Kayu Pembakar Suami Sendiri Dalam Surat Al-Lahab



بسم الله الرحمن الرحيم
ILUSTRASI. (foto: Kidsklik.com)

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (1) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (2) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (5)
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
[1] “Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan binasalah ia.”
Abu Lahab adalah salah satu paman nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat memusuhi nabi dan suka menyakiti beliau. Oleh sebab itulah Allah mencelanya dengan celaan yang sangat keras yang akan berbuah kehinaan baginya hingga hari kiamat tiba (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman [2/1307]).
[2] “Tidak bisa

Rabu, 25 April 2012

Agar Al-Qur’an Menjadi Motivasi Hidup Anda



26/4/2012 | 04 Jumada al-Thanni 1433 H Please wait
Oleh: Hadi Susanto

Kirim Print

Judul Buku: ”Agar Al-Quran Menjadi Motivasi Hidup Anda”
Penulis: Hidayatullah, Lc, Al-Hafizh
Tebal: 264 hal
Ukuran: 14,5 x 21 cm
ISBN: 978-602-9399-17-3
Penerbit: Pustaka Ikadi
Cetakan: Pertama, Februari 2012

Cover buku "Agar Al-Qur'an Menjadi Motivasi Hidup AMemotivasi diri dengan Al-Quran? Mungkin tema yang unik dan jarang diangkat dalam berbagai momentum ataupun tertuang dalam bentuk buku. Umumnya tema semacam ini dibahas pada bidang psikologis dan pengembangan diri saja. Para konsumennya pun adalah mereka yang ingin mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya. Terutama ketika mereka ingin mengejar impian dan cita-citanya dalam hidup ini. Hampir sebagian besar mereka lebih terinspirasi dari teori-teori falsafah modern barat tentang psikologi kesuksesan versi non Islam. Sedikit pun tidak ada unsur-unsur ruh Al-Quran dan nilai-nilai spiritual keislaman di dalamnya.
Sebagai muslim kenapa sebagian kita tidak memanfaatkan penggalian potensi motivasi kemenangan itu dari nilai-nilai Al-Quran dan ajaran Islam yang kita anut ini? Padahal semua teori-teori impor dan umum itu muaranya ke sana. Kalau kita mengamati secara mendalam dan seksama perjalanan sukses orang-orang barat saat ini, tidak ada ajaran kesuksesan yang mereka tapaki selain cara-cara yang sebelumnya sudah disinggung dalam ajaran Islam, dalam Al-Quran.
Sebagai contoh misalnya, suatu ketika di tahun 1970 Presiden Korea Selatan Park Chung Hee terkesan dengan sebuah ungkapan indah ketika ia berkunjung ke Aceh. Dalam singgahnya ke Masjid Baiturrahman secara tidak sengaja matanya tertuju kepada sebuah kalimat indah bertuliskan: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah (nasib) suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka sendiri.” Dia tidak mengetahui bahwa petikan kalimat itu adalah penggalan sebuah ayat dari surat Ar-Ra’du ayat 11.
Dengan rasa penasaran yang bergumul dalam benaknya, Presiden Korea ini lalu bertanya kepada salah seorang jamaah masjid. Dan ia pun menjelaskan terjemahannya. Park Chung Hee kaget dan demikian terinspirasi oleh ayat itu. Pemahaman dan kata-kata hikmah menembus hatinya lalu menyatu dalam dirinya. Kemudian ia pun kembali ke negaranya dan menjadikan ayat itu sebagai tagline bangsanya. Dan hasilnya benar! Tak berapa lama, Korea Selatan pun berubah menjadi negara maju, disegani dan dapat mengubah nasib rakyatnya menjadi lebih baik dan sejahtera. Subhanallah.
Sentuhan-sentuhan motivasi di atas -Insya Allah- terangkum dalam buku sederhana yang berada di tangan Anda saat ini. Ia akan menjadi acuan bagi Anda yang haus akan merealisasikan cita-cita hidup dan impian berlandaskan nilai-nilai spiritual Al-Quran dan keteladanan Rasulullah Saw, serta generasi terbaik umat ini.
Selamat menikmati!!


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/04/20094/agar-al-quran-menjadi-motivasi-hidup-anda/#ixzz1t7lp44H2

Selasa, 24 April 2012

IMAN YANG PALING ESENSIAL (Bagian 2 habis)




Ajaran Islam sebenarnya menawarkan kepada penganutnya agar kita selalu membuat renstra (rencana strategis) kehidupan. Inilah makna beriman kepada yang ghaib yang sesungguhnya. Beriman kepada Allah yang memiliki dimensi bathin tidak mungkin dapat dihadirkan dalam fisualisasi apapun, tetapi beriman kepada Allah pada dimensi lahir (dzohir) terbentang di alam jagat raya ini.

Allah (dalam pandangan Islam) diperkenalkan oleh Alqur'an lewat asma-Nya. Lewat asma-asma-Nya itulah orang-orang yang mengimaninya diminta untuk meneladani sifat-sifat Allah. Allah (Al Khaaliq), agar kita meneladani dengan kreatif, berkarya dan berdaya guna. Allah berfirman dalam Alqur'an surat Al-Kahfi (18) ayat 110 menegaskan yang artinya : “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” Allah Yang Maha Rahman dan Rahim mengharuskan hamba-Nya meneladani sifat itu, sehingga hidup ini terasa nyaman karena ada keramahan, ada kasih sayang yang mendalam antar sesama. Mengapa yang terjadi di dalam hidup ini, justru sebaliknya.

Adakah kaitan dengan rapuhnya keberimanan terhadap yang ghaib. Inilah persoalan-persoalan keberagamaan yang kini kita rasakan bersama untuk dicarikan model pembelajaran yang efektif dan berdaya tangkal yang kokoh. Berkenaan dengan nama Tuhan dalam al-Qur’an diungkap dengan redaksi yang berbeda-beda. Ada kata “Allah”, ada kata “Rabb”, dan kata “Ilah”. Semua kata itu diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai Tuhan. Al-Qur’an menjelaskan tentang Tuhan sama sekali tidak menyinggung zat karena penjelasan tentang Tuhan dari dimensi zat tidak akan terjangkau oleh pikiran manausia. Itu sebabnya Al-Qur’an menjelaskan-Nya dari dimensi sifat. Karena sifat berbicara fungsional seperti “Al Khaaliq” (Maha Pencipta), “Al ‘Aliim” (Maha Mengetahui), “Al Mulk” (Yang Maha Raja), “Al Qadiir” (Maha Kuasa), dan lain-lain.
Pengungkapan sifat-sifat ini sesuai dengan makna beragama yang berarti mencontoh atau meneladani sifat-sifat Tuhan. Manusia memiliki potensi untuk mencontoh sifat-sifat ini. Karena itu manusia dipilih Allah menjadi khalifah-Nya di bumi (khaliifatulllahi fil ardhi). Pada hakikatnya tugas manusia di bumi ada dua yaitu: mengabdi (‘ibaadah) dan tugas merawat kemakmuran bumi. Demi suksesnya tugas yang pertama ia harus berbekal imtaq dan untuk kesuksesan tugas yang kedua harus berbekal iptek. Pendidikan di negeri ini juga mestinya diarahkan untuk kesuksesan menjalankan kedua tugas di atas. Tuhan diperkenalkan al-Qur’an di mulai dengan kata “Allah” yang ini disebut “lafzhul jalaalah". Kata tertinggi baru diiringi dengan kata sifat, “al Rahmaan al Rahiim” seperti di dalam “bismillaahiramanirrahiim” . Lalu manusia diminta untuk memulainya dengan memujinya "al hamdu” segala puji. Kata segala (dalam segala puji) sebenarnya tidak diwakili oleh kata khusus melainkan oleh makna teologis bahwa tidak ada yang berhak mendapat pujian kecuali hanya Allah. Dan pujian terhadap semua makhluk Allah pada hakeketnya memuji yang menciptakannya
Siapa Tuhan yang kita puji itu. Itulah “rabbul ‘Aalamiin” Tuhan penguasa jagad raya. Tuhan yang merawat dan memelihara alam semesta. Tuhan yang memiliki sifat “al Rahmaan al Rahiim”. Jadi, bila “Rabb” yang kita imani, dan dari kata ini pula muncul kata “Tarbiyatun” (pendidikan), maka pendidikan yang dijalankan adalah pendidikan yang juga fungsional memperkenalkan sifat-sifat Tuhan. Perhatikan pengungkapan kata “Rabb” dalam Al-Qur’an “ada rabbin naas, ada rabba hadzal baiti, ada rabbun rahiim”, dan ada “rabbun ghafuur”. Semuanya menunjukkkan kata-kata yang fungsional dan aplikatif agar bumi dan segala isinya yang dalam genggamannya terpelihara. Lalu dimana tugas kekhalifan manusia diperankan agar amanat Allah yang rabbul ‘alamin terjamin, terpelihara dan dipertanggung jawabkan. Al-Qur’an baru menawarkan gagasan ide dalam konsep manusia dalam akalnya dipersilahkan membumikan konsep itu dalam rumusan-rumusan yang aplikatif disesuaikan dengan dunia realitas masing-masing. Tuhan yang merawat (pemilik) rumah ini (negeri ini) yang berusaha mengenyangkan yang lapar dan berusaha menghilangkan rasa takut.
Model pendidikan seperti apa yang diinginkan Al-Qur’an agar kesejahteraan (lapangan kerja) terpenuhi dan rasa aman/hukum, politik dan ekonomi juga terjamin. Manusia hukum, manusia ekonomi dan politik tentu harus memiliki persepsi yang sama tentang tugas-tugasnya di bumi (ber-Tuhan yang universal). Lihat pula kata “Rabb” dalam surat As Syu’aara 77-81 yang artinya berbunyi: “Mereka (penyembah berhala) itu musuh-musuhku kecuali yang menyembah Tuhan alam semesta, yakni yang menciptakan lalu memberi petunjuk. Dialah yang memberi makan dan minum, apabila aku sakit dialah yang memberi kesembuhan dan dialah yang mematikanku lalu menghidupkannya”. Jadi soal makan/minim, hidup, mati, sakit, sehat, ada di tangan kekuasaannya. Lalu bagaimana mewujudkan itu semua agar kita meneladani sifat-sifatnya. Apa mungkin lembaga pendidikan yang terlantar dapat menghasikan lulusan yang handal, konpetitif dan kreatif. Bagaimana muslim berintereaksi dengan ayat-ayat di atas, agar bumi Allah dalam wilayah Indonesia dapat menjamin makan dan minum sehat sejahtera.
Beriman kepada yang ghaib seperti dinyatakan dalam Alqur'an surat Qaaf (?) akan mendekatkan seseorang pada surganya yang telah Allah janjikan. Perhatikan bunyi Alqur'an surat Qaaf ayat 31-33 yang artinya sebagai berikut: “Surga itu akan didekatkan untuk orang-orang yang taqwa dan tidaklah jauh. Itulah yang dijanjikan kepadamu untuk setiap orang yang mau kembali dan menjaga rambu-rambu Ilahi. Orang yang takut kepada Allah yang pengasih (yang maha ghaib) akan datang dengan hati yang taubat.” Pemikiran umat Islam kini, terbalik sehingga tidak bisa membedakan mana kebenaran dan mana kebathilan, adalah lantaran keimanan hanya terpaut kepada yang nyata dan kasyaf mata. Aby (disarikan dari berbagai sumber)